Senin, 25 Februari 2019

Penyebar Hoax itu, Caper........

(Foto:kicknews.today)
Hoax itu informasi yang menyesatkan, memanipulasi fakta, menjadikan ilmu dan teknologi komunikasi sebagai pisau tajam yang menghujam akal dan melukai budi. Pelaku penyebar hoax, orang yang memiliki masalah dengan kepribadiannya.

Apa yang dilakukan terpusat pada upaya memuaskan nafsu untuk mendapatkan perhatian. Pemilu 2019 dan prosesinya merupakan salah satu arena, sekaligus kesempatan individu atau sekelompok orang yang haus dan ingin menjadi pusat perhatian. Lewat cara-cara yang tidak elok dengan menginjak-injak sejumlah nilai. Nilai tentang keadaban serta kesantuan sebagai mahluk yang berakal budi.

Orang-orang kesepian
Sejatinya para pelaku penyebar hoax adalah orang-orang yang kesepian di tengah hingar  bingarnya info di dunia maya. Ribuan berita serta informasi yang lalulalang membuat sejumlah netizen melakukan tindak kurang terpuji untuk mendapat perhatian.

(Foto:hoaxes.id)
Menebar informasi yang sifatnya bombastis jauh dari kebenaran. Penuh sensasi, jauh dari fakta. Bahkan sebagian orang rela mengorbankan harga dirinya dengan  merekayasa informasi atau berita. Semua demi memuaskan nafsu menjadi pusat perhatian.

Mendekati Pemilu 2019, tidak sedikit foto calon anggota dewan yang terpampang di pinggir jalan. Mereka adalah sebagian orang yang ingin mendapatkan perhatian. Persoalannya kita tidak mengetahui seberapa besar nafsu mereka untuk mendapatkan perhatian.

Tidak sedikit calon anggota dewan, yang tidak jelas jejak rekamnya dalam keterlibatan dan kepedulian membangun masyarakat.  Tiba-tiba kini meminta masyarakat untuk memperhatikannya dengan cara memilih, mencoblos gambar atau namanya.

Mereka belum tentu sebagai pelaku penyebar hoax. Namun kita tidak tahu sejauh mana  ketahan diri mereka akan godaan untuk  tidak menggunakan hoax sebagai strategi  memperoleh perhatian.

(Foto: liputan 6.com)
Penyebaran hoax di dunia maya begitu masif, diperlukan strategi kreatif dalam memerangi penyebaran hoax. Tidak cukup dengan counter berita bohong. Memberikan klarifikasi. Menyampaikan informasi lengkap beserta foto dan data-data.

Tidak salah meluruskan kabar yang miring. Memberikan berita dan informasi yang sebenarnya. Namun pertanyaannya, akan sampai kapan klarifikasi dilakukan jika para penyebar hoax terus menerus  menebar hoax dimana-mana.

Strategi kreatif lawan hoax
Strategi meluruskan yang bengkok, memadamkan panasnya hoax dengan menyirami lewat informasi yang benar serta akurat. Merupaka tindakan reaktif bukan antisipatif. Yang hanya akan menghabiskan energi dan pikiran sehingga mengurangi waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain yang lebih produktif serta bermanfaat.

(Foto: tribatranews.polri.go.id)
Untuk itu dalam melawan penyebaran hoax terkait suksesnya pemilu 2019 dan kedewasaan bermedia sosial. Perlu dilakukan beberapa upaya:

  • Pertama, memberikan edukasi yang terus menerus kepada masyarakat untuk mengenali ciri-ciri informasi dan berita hoax di media sosial. Edukasi tersebut tidak cukup diserahkan kepada pemerintah. Individu atau komunitas yang anti hoax dapat melakukan edukasi tersebut sesuai dengan kemampuannya. 
  • Kedua, tidak cukup menjadi “pemadam kebakaran” yang sifatnya reaktif setiap kali muncul hoax. Ramai-ramai memadamkannya dengan memberikan informasi yang benar atau meluruskannya. Adakalanya, hoax perlu dibiarkan. Tanpa tanggapan dan tanpa reaksi dari netizen. Dengan bereaksi, justru itu yang diinginkan oleh para penebar hoax, yaitu perhatian. Biarkan, para penyebar hoax sibuk dengan dirinya sendiri. Sibuk dalam kesunyian serta kesendirian karena tanpa reaksi atau tanggapan dari netizen lainnya.  
  • Ketiga, menjadi warga netizen yang kritis bermedia. Salah satu cirinya, tidak mudah percaya terhadap segala informasi atau berita yang diperoleh lewat media sosial. Bersikap skeptis, mempertanyakan keaslian dan kebenaran informasi. Baik dari isi, asal-usul informasi, oleh siapa, mencari tahu latar belakang informasi atau berita dan mengapa sampai muncul informasi atau berita seperti yang dimaksud.Pada intinya skeptis itu meragukan segalanya informasi atau berita yang diterima atau tersaji. Ragu dalam hal ini berbeda maknanya dengan pesimis.    
  • Keempat, netizen atau siapa saja yang memiliki kepedulian untuk memerangi hoax tidak ada salahnya membentuk sebuah grup off line membahas atau berdiskusi ringan terkait perkembangan medsos. Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah hoax. Berdiskusi offline atau copy darat memberi makna berbeda. Secara kualitatif diskusi off line lebih banyak memberi manfaat daripada diskusi secara on line. 
(Foto: keresahan.id)
(Foto:pixabay.com)

Si Caper
Satu hal yang patut dipahami oleh para pegiat medsos, para penyebar hoax itu sesungguhnya orang-orang yang perlu dikasihani. Dalam perkembangan kepribadiannya sebagai manusia mereka mengalami masalah dengan kurangnya perhatian atau kasih sayang semasa pertumbuhannya.

Manakala memiliki kesempatan, maka diungkapkan rasa sakit hati dan kesendiriannya dengan tulisan yang sifatnya destruktif.
Bertrand Russell filsuf dari Inggris pernah mengatakan, orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak dicintai. Akan berusaha membalas dendam pada dunia, entah dengan mengobarkan perang dan revolusi. Atau menulis dengan cara yang sangat menyakitkan. Hal itu merupakan reaksi akan kepahitan hidup yang dialaminya.

(Foto:kisspng.com)
Dengan demikian kita akan lebih mudah memahami. Lebih mudah mengerti , siapa orang-orang yang berada di belakang penyebar hoax. Apakah orang yang kita hadapi  mengalami post power syndrome, orang yang kurang kasih sayang dan merasa tidak dicintai dalam hidupnya.

(Foto:twitter)
Mereka menderita  histrionik, orang yang gemar cari perhatian atau caper dan ingin menjadi pusat perhatian. Orang-orang semacam itu membutuhkan konseling dengan psikiater, jangan sampai kedamaian negeri ini terganggu oleh orang-orang yang mengalami masalah dengan kepribadiannya.

Agar keberlangsungan pembangunan negeri ini terus berlanjut sehingga tercipta masyarakat yang adil makmur, berkualitas dan bermartabat.

Sabtu, 23 Februari 2019

Modalnya Rp 50 Ribu, Kini Keuntungannya Minimal Rp 2 Juta per Bulan

Produk Pawon Sentono (Foto:Ko In)

Jika ingin mengawali usaha jangan pernah mengatakan tidak memiliki modal (Amalia Galuh Yuniarti)
          Diawali dari dapur atau pawon milik kakeknya. Serta modal hanya Rp 50 ribu (lima puluh ribu rupiah), ditambah semangat pantang menyerah atau putus asa. Gadis berperawakan kecil ini membuktikan usaha tidak kenal lelah dapat mengantarkan kepada keberhasilan atau kesuksesan.
Walau demikian yang namanya usaha tidak selalu berjalan mulus. Ada pengalaman buruk dalam menekuni usaha berjualan wedang uwuh, minuman khas dari Yogya. Serta jagung manis dengan rasa keju, susu atau mesis.
Pernah dalam sebuah pameran dagangannya tidak laku satupun. Cerita pedih itu disampaikan gadis yang memiliki nama lengkap  Amalia Galuh Yuniarti. Namun akrab dipanggil teman-temannya dengan Amalia. Sementara di rumah, sering dipanggil dengan nama Galuh.

Amalia (Foto: Ko In)

Percakapan saya dengan Amalia berlangsung di sela-sela ramainya pengunjung yang membeli jagung keju di standnya di gelaran Jogja Surganya Kuliner, di Jogja Expo Centre (JEC). Pameran yang berlangsung selama  sepekan, menjelang akhir bulan Februari 2019. Diselenggarakan oleh Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta kerjasama dengan PLUT-KUMKMDI Yogyakarta.
Amalia tidak segan membuka rahasia merek dagang Pawon Sentono untuk produk wedang uwuh dan jagung manisnya. Semua itu berawal dari kegigihan cucu dari kakek Sentono. Keterdesakan masalah ekonomi membuatnya berpikir keras untuk memulai sebuah usaha.
Dengan modal awal Rp 50 ribu, Amalia memproduksi serta menjual wedang uwuh dan beberapa produk turunannya dari dapur atau pawon milik kakek Amalia yang bernama Sentono.

Pawon Sentono (Foto:Ko In)

Tempat dan nama itu diabadikan Amalia menjadi merek dagang Pawon Sentono. Namun demikian  dalam merintis usaha bukannya tanpa rintangan. Pengalaman mengajarinya untuk tetap semangat dalam berusaha.
         Pengalaman itu yang membuat Amalia  atau Galuh utuk belajar tetap bersemangat dalam berwirausaha. Kini usahanya terus berkembang bahkan produk jagung manisnya mampu memberi keuntungan 2 juta setiap bulannya. Mengalahkan usaha rintisan wedang uwuh.
Jagung manis ala Amalia (Foto: Ko In)

                Sebagaimana penuturannya di sela-sela melayani pembeli jagung manisnya, modal awal Rp 50 ribu, Amalia pergunakan untuk membeli bahan wedang uwuh, langsung dari petani di Klaten. Kemudian dikemas ulang dan dijual lagi.
                Untung atau laba penjual dikumpulkan dan menjadi modal guna mengembangkan usaha jualan jagung manis. Dengan bangga Amalia menceritakan setiap bulannya kini usaha yang dirintis empat tahun lalu, setiap bulannya memberi keuntung minimal 2 juta rupiah khusus dari jagung manis. Belum termasuk keuntungan dari wedang uwuh.
Manisnya jagung, manisnya usaha Amalia (Foto:Ko In)
                Penjualan jagung manis menurut gadis manis, yang mengaku masih jomblo ini, lebih banyak daripada wedang uwuh. Sebab konsumen jagung lebih banyak dibanding wedang uwuh. Pembeli atau pelanggan wedang uwuh kebanyakan wisatawan dari luar kota serta beberapa  cafe yang ada di Yogya. Sementara jagung kebanyakan ibu-ibu muda dari Yogya .
Dalam setiap pameran selain menjual wedang uwuh dan jagung manis kiloan. Amalia, yang pernah mempelajari ilmu bimbingan konseling di sebuah perguruan tinggi di Jogja, menjual jagung manis yang dicampur keju, susu atau mesis. Dengan harga Rp 5 ribu untuk ukuran cup kecil dan Rp 10 ribu untuk ukuran cup gelas.
 Guna menekan ongkos produksi, Amalia yang berperawakan kecil namun gesit dalam berwirausaha. Mendapatkan jagung manis langsung dari petani dari Magelang. Sehingga dirinya dapat menjaga langsung kualitas jagung yang akan dijualnya kembali.
Panen jagung (Foto: Ko In)
Amalia juga telaten memisahkan biji-biji jagung dari bonggolnya dengan memipilin sendiri, pekerjaan yang tidak ringan butuh kesabaran dan keuletan. Sebelum di kemas dalam plastik, dibersihkan dan diberi sedikit aroma supaya lebih menarik.
Menurut penuturannya, pelanggan jagung manisnya kebanyakan ibu-ibu muda, yang memiliki anak kecil, yang sangat memperhatikan makan yang sehat dan bersih untuk anak-anak mereka.
Daripada anak-anak jajan dari cemilan atau jajanan yang kurang terjamin kebersihannya. Mereka membeli jagung manis dari Amalia, kemudian membuat sendiri  di rumah sebagai aneka cemilan berbahan jagung manis. Ada yang dicampur susu, keju, mesis atau bahan-bahan lain yang menarik selera anak-anak.
Melayani pembeli (Foto: Ko In)

Usaha yang dirintis tahun 2015 dengan wedang uwuh dan kini berkembang dengan jagung manis. Diakui, produk jagungnya lebih mahal dibandingkan dengan harga jagung di pasaran karena  Amalia menjaga kualiatas serta kebersihan.
Demikian pula dengan produk wedang uwuhnya tetap menjaga kualitas rasa dengan mempertahankan jumlah rempah-rempah daripada gula.
 Dalam dua hari, Amalia  mampu menjual  100 kilogram jagung. Hampir tidak percaya jika melihat posturnya yang kecil, ternyat ulet dalam menjual jagung. Pekerjaan yang tidak mudah memisahkan butiran jagung dari bonggolnya.
Jagung manis pawon sentono (Foto: Ko In)

Amalia mengakui peran dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam memberikan pelatihan, serta fasilitas pameran sangat membantu usahanya. “Kita kalau diminta membayar tempat pameran jelas tidak sanggup. Daripada untuk membayar sewa tempat pameran lebih baiik untuk modal usaha,” jelas Amalia.
Gadis yang dari cara bicaranya nampak menunjukkan semangat usaha tinggi. Kentara dari bicaranya yang renyah setiap kali menjawab pertanyaan saya. Diakui manfaat pelatihan dari Dinas Koperasi dan UMKM, membuat kemasan produknya lebih menarik serta cara pemasaran menjadi lebih luas dan terbuka.
Wedang uwuh buat oleh oleh (Foto:Ko In)

Amalia mengakui pada awalnya kemasan produknya dulu sangat jelek namun setelah mendapat pelatihan kini kemasan wedang uwuh dan jagungnya menjadi nampak lebih manis. Cocok dengan penampilan Amalia yang kelihatan bersahaja sehingga memunculkan aura manis yang ada dalam dirinya dan produknya.
Ekstrak jahe (Foto:Ko In)
Dalam pemasaran, Amalia mengembangkan produk turunan dari wedang uwuh seperti memproduksi ekstrak jahe. Memanfaatkan rempah-rempah dari wedang uwuh menjadi produk yang memiliki nilai jual.
Saat ini mayoritas penjualan produknya lebih banyak dilakukan secara on line. Tidak hanya lewat instagram tetapi juga lewat website dan e-commerce lainnya.
Di akhir obrolan saya dengannya,  Amalia berpesan jika ingin mengawali sebuah usaha jangan pernah mengatakan tidak memiliki modal. “Sebab saya sendiri waktu itu hanya bermodalkan Rp 50 ribu dari uang jajan saya,” jelasnya.
Pawon Sentono di stand Depkop UMKM DIY (Foto;Ko In)

Pesan kedua jangan “ngedown” atau putus asa jika sepi. Caranya dengan menerima situasi atau kondisi karena yang namanya jualan itu selalu naik turun.





Itsmy blog

 It's my mine