Minggu, 30 Desember 2018

Memancing di Kemuning, Umpan Kulempar Ingkung Ayam Kudapat

Hutan Jati (Foto:Ko In)


                Jalannya tidak lebar, tidak juga lurus. Tidak juga halus karena dikeraskan dengan semen dan batu, bukan aspal. Berkelok dan naik turun. Sejauh mata memandang hanya pohon jati dan kayu putih yang mulai meranggas.
Satu persatu daunnya jatuh dengan perlahan, ke kanan dan ke kiri. Seperti gadis yang malu-malu ingin mengajak berkenalan, mendekat namun saat didekati malah menjauh. Membuat saya semakin penasaran yang baru pertamakali berkunjung ke dusun Kemuning, desa Bunder, Kecamatan Patuk, Gunung  Kidul, Yogya.
Jalan berkelok dan naik turun (Foto:Ko In)

Mendung Menggantung di atas hutan jati (Foto: Ko In)

Letaknya di tengah hutan jati. Jauh dari jalan utama Yogya Wonosari.  Walau waktu tempuh tidak sampai satu jam dari kota Yogya, jaraknya  kurang lebih sekitar 35 kilometer.
Tanah tandus dan kering ciri khas dari daerah Gunung Kidul. Kemarau belum juga berlalu. Walau mendung sudah menggantung di langit tetapi masih butuh waktu untuk menurunkan butiran-butiran air ke atas hamparan tanah yang sudah dipenuhi dengan lembaran daun jati kering.
Sesekali  terdengar suara deru mesin sepeda motor di kejauhan. Dari suaranya seolah bisa menebak jika kendaraan tersebut sedang di jalan landai, naik atau turun. Suasana sekeliling hutan sepi, bahkan suara burung pun jarang terdengar. Mungkin karena kemarau, pohon meranggas dan panas sehingga burung enggan bermain di pohon-pohon jati.
Tanah penuh daun kering (Foto:Ko In)

“Petok.....petok.....petok.....,” tiba-tiba terdengar suara ayam, lari keluar diantara pepohonan jati dan rimbunnya tumpukan daun jati di tanah. Cukup mengejutkan siapa pun yang ada di dekatnya  sebab nampak tidak ada apa pun. Kecuali pohon jati, pohon kayu putih dengan daunnya yang berguguran serta angin yang menerbangkan daun jatuh menjauhi pohonnya.
Ayam itu terkejut juga bukan karena ada orang tetapi karena ada daun jati yang jatuh meliak-liuk seperti hewan pemangsa dari atas langit.
Ayam itu terus berlari menjauh bersama suaranya yang mulai menghilang diantara pohon dan tumpukan daun-daun jati yang menyamarkan keberadaannya lagi.
Rasa terkejut itu, menyadarkan tujuan kedatangan ke dusun Kemuning. Melihat telaga Kemuning, walau airnya nampak keruh tapi tidak pernah kering disaat musim kemarau  yang panjang di Gunung Kidul .
Telaga Kemuning (Foto: Ko In)


Tantangan atau kendala itu peluang dan aset
Telaga Kemuning tengah berproses menjadi daerah tujuan wisata dan siap bersaing dengan daerah tujuan wisata lainnya di Gunung Kidul. Optimisme itu nampak dari sorot mata Suhardi, Kepala Dusun Kemuning  yang melihat setiap tantangan atau kendala sejatinya adalah peluang.
Demikian pula saat disinggung jauhnya lokasi telaga atau pemancingan dengan jalan raya atau jalan masuk.
“Kekurangan menjadi tantangan bahkan dapat menjadi aset,” ucapnya mantap.
Kepala Dukuh Kemuning, Suhardi (Foto:Ko In)

Untuk mengatasi sulitnya akses ke Telaga Kemuning, sebab bus pariwisata ukuran besar belum dapat menjangkau ke dalam hutan. Terpikir oleh Suhardi, untuk menjemput wisatawan dengan kendaraan pick up bak terbuka . Sehingga wisatawan dapat melihat langsung hutan jati di kanan-kirinya.
Sampai di telaga Kemuning, wisatawan dapat menikmati berbagai pemandangan dan menikmati berbagai macam sajian kuliner dari ikan. Oktober,  Suhardi dan warga sedang mempersiapkan membangun warung sederhana di pinggir telaga. Sekaligus mulai mempromosikan nasi kembul bujono atau nasi ingkung, yang terdiri dari nasi, sayuran dan ayam jawa atau ayam kampung.
Walau akses jalan masih menjadi kendala namun mereka yang memiliki hoby mancing sudah memanfaatkan telaga Kemuning sebagai sarana rekreasi. Deru suara motor yang terdengar tadi salah satunya adalah pengunjung telaga, yang datang dari jauh untuk mancing.

Telaga Kemuning potensi wisata baru Gunung Kidul (Foto; Ko In)

Beberapa pemancing nampak menarik alat pancingnya, namun tanpa hasil. Kembali memasang umpan di kail dan melempar jauh ke tengah telaga. Kemudian menunggu lagi umpan dimakan ikan.  Soal ketersediaan ikan, mancing mania tidak perlu khawatir sebab Dinas Kelautan dan Perikanan Gunung Kidul rutin memasok ikan ke telaga.
“Bibit ikan nila dan tawes dibantu dari Dinas Kelautan dan Perikanan Gunung Kidul,” jelas  Anisa Herdanigtyas, warga dusun Kemuning yang selalu mendampingi Suhardi dalam upaya mengembangkan dusunnya. Menjadi daerah tujuan wisata alternatif lainnya di kabupaten Gunung Kidul.
Bahu membahu untuk Kemuning (Foto:Ko In)

“Akses jalan yang sulit menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi memancing di tengah hutan jarang ditemui di daerah lainnya” tambah Nisa, panggilan akrab sehari-harinya . Seolah mengamini apa yang disampaikan Suhardi, yang menyebutkan kekurangan adalah tantangan sekaligus aset.
Sementara itu Eli Martono dari Dinas Pariwisata Gunung Kidul membenarkan masalah akses menuju telaga menjadi kendala tersendiri. “Namun dengan berkembangnya beberapa desa wisata yang basisnya juga kuliner dan restoran baru yang tidak jauh dari Kemuning. Desa Kemuning dapat menawarkan hal baru lainnya dengan mengangkat kelebihan yang dimiliki. Seperti kuliner di tengah hutan,” contoh Kabid Industrial Kelembagaan Dinas Pariwaisata Gunung Kidul.
Eli Martono (Foto :Ko In)

Suhardi dan Blogger (Foto:Ko In)

Suhardi yang memiliki postur tubuh cukup tinggi menyadari jika hanya mengembangkan wisata berbasis ikan harus bersaing dengan tempat atau daerah lain. Untuk itu, Kepala Dukuh ini tengah menyiapkan nasi ingkung ayam jawa atau nasi kembul bujono menjadi daya tarik alternatif lainnya untuk dusun Kemuning.

Nasi ingkung daya tarik Kemuning
Menawarkan nasi ingkung ayam sama artinya melestarikan budaya serta tradisi yang sudah berkembang dan berjalan cukup lama. Tradisi kembul bujono dengan makan nasi ingkung ayam jawa lengkap dengan sayur-sayuran sudah rutin dilaksanakan setiap tahunnya.
“Diselenggarakan minimal setiap satu tahun sekali saat upacara adat rasulan atau saat acara bersih desa,” jelas Suhardi.
Ingkung ayam (Foto: Ko In)

Kepala Dusun yang selalu bersikap optimis dalam mengembangkan dusunnya. Tak segan menjelaskan makna filosofi dari nasi ingkung yang menjadi sajian adat di desanya yang dapat ditawarkan menjadi daya tarik wisatawan.
Ayam ingkung, dari ayam jawa atau ayam jago. Ayam laki-laki. Disajikan sedemikian rupa sehingga terlihat manengkung atau nampak seperti bersujud. Artinya sebagai manusia, orang harus selalu menyembah kepada Yang Maha Kuasa. Demikian pula dengan nasinya yang gurih diharapkan menjadi warna bagi kehidupan.
Sementara bentuk nasi dibuat mengkerucut dan lurus  ke atas untuk mengingatkan mereka yang menyantap nasi ingkung untuk melihat ke atas. Dilengkapi dengan berbagai sayuran seperti kacang panjang, daun pepaya, kangkung dan bayam.
Nasi ingkung dengan sayuran (Foto: ko In)

“Kacang panjang, sebagai manusia kita harus memiliki pikiran atau penjangkauan yang jauh kedepan atau panjang. Daun pepaya yang rasanya pahit. Menyadarkan manusia untukmemahami bahwa kehidupan itu tidak selalu pahit,” jelasnya dengan sangat  lancar.
Kangkung, memiliki makna simbolis sebagai manusia harus winangkung atau lebih dari orang yang lain. Lebih dalam arti positif. Sedangkan daun bayam atau bayem diharapkan manusia dalam menjalani hidupnya itu ayem tentrem, penuh kedamaian dan rasa aman serta nyaman.  
Cara makannya juga seru. Dimakan secara bersama-sama langsung dengan tangan tanpa sendok dan garpu. Dari hal sederhana tersebut sebenarnya terbangun kebersamaan, keakraban dan kedekatan yang dapat mengikis sikap canggung.
Makannya beralaskan daun. Bukan daun pisang tetapi daun jati, yang banyak tersedia di dekat rumah warga. Minumannya wedang secang hangat yang berwarna merah, merah alami berasal dari kulit kayu pohon secang.
Piring daun jati dan minuman kulit kayu secang (Foto:Ko In)

Jangan lupa sambal (Foto:Ko In)

Mengembangkan nasi ingkung menurut penilaian Kepala Bidang Industrian Kelembagaan Pariwisata Gunung Kidul, Eli Martono kuliner yang sudah berkembang di masyarakat yang dicari wisatawan bukan menu modern.
Menu menarik wistawan menu yang ada di desa dimana semua orang desa dapat membuatnya sehingga tidak perlu belajar dari tempat lain, tambah Eli .
“Seperti sayur lombok ijo, nasi merah, nasi ingkung. Bahkan bahan bakunya tersedia di kampung atau desa.” Eli mencontohkan.  
Bahan baku menurt Nisa sangat banyak di kampung hampir setiap rumah memilki ayam kampung. “Dengan mengembangkan kuliner nasi kembul bujono atau nasi ayam ingkung jawa. Nilai jual ayam menjadi dua kali lebih mahal. Dan hal itu cukup menguntungkan,” jelas gadis bertubuh mungil dan gesit .
ayam jago (Foto:Ko In)

Posyandu Hewan (Foto:Ko In)

Suhardi yang sudah enam tahun menjabat sebagai kepala dusun menambahkan, kesehatan ternak di desanya selalu dalam pantauan kesehatan Dinas Peternakan Gunung Kidul. Di Kemuning setiap tiga bulan sekali terdapat kunjungan dari petugas kantor Dinas Peternakan untuk memeriksa hewan peliharaan warga. Seperti sapi, kambing dan ayam. Ada tiga titik posyandu hewan masing-masing ada di Rt 1, 2 dan 3.
Khusus untuk ayam, petugas kesehatan hewan biasanya datang du sore atau malam hari. Ini dilakukan karena siang hari ayam-ayam bebas berkeliaran di hutan. Sehingga sulit untuk memberikan vaksin atau pengobatan.
Demikian pula untuk mendapatkan ingkung ayam yang enak, tidak mungkin memesan secara mendadak perlu pesan jaun sebelumnya. Sebab, merebus ayam dalam air yang sudah diberi berbagai bumbu akan membuat bumbu meresap ke dalam daging ayang dan membuat cita rasa nikmat tersendiri.

Sinergi KBA Kemuning dengan desa atau kampung tetangga
Tidak mudah untuk mengembangkan sebuah wilayah atau desa menjadi desa yang mandiri serta produktif. Dusun  Kemuning di desa Bunder Pathuk Gunung Kidul menghadapi berbagai kendala seperti akses jalan yang harus pintar-pintar disikapi.
Solusi manis datang dari Karnanda dari Astra. Menurutnya masalah di Kemuning harus dipecahkan bersama dengan desa-desa di dekatnya . Dengan harapan, desa-desa sekitar kampung atau desa yang menjadi binaan Astra dapat ikut berkembang dan merasakan perubahan.
Gerbang desa (Foto; Ko In)

“Untuk itu perlu dicari orang sebagai motor, yang mampu menggerakkan warga seperti  Kepala Dukuh Kemuning, Suhardi. Desa tetangga harus memiliki people champion atau motor,” jelas Karnanda Kurniardhi dari Astra.
Masalah akses jalan menurut Karnanda yang akrab dipanggil Nanda sebagai Manager Head of Internal Relations Departemen Corporate Comunications Division di Astra. Tidak sebatas pada lebar sempit jalan tetapi bagaimana merangkul dan melibatkan desa tetangga dalam kegiatan pembangunan.
Nanda (Foto:Ko In)

 “Bagaimana menjadikan telaga Kemuning, sebagai milik sekaligus aset bersama tidak hanya milik dusun Kemuning. Perlu people champion, penggerak atau motor yang dapat memotivas serta menggerakkan masyaraka di desa atau kampung tersebut,” tambah Nanda.
Sehingga kampung di dekatnya dapat dibina oleh Astra namun titik berat pembinannya tidak sama seperti Kampung Berseri Astra (KBA) yang sudah dibina terlebih dahulu.  Tetapi memperhatikan kebutuhan serta keberlangsung kelanjutan dari desa yang ada supaya dapat bersinergi dengan KBA.
Nanda mencontohkan, Kemuning tidak eksklusif untuk desa mereka saja tetapi harus merangkul kampung atau desa lain ikut andil memaksimalkan dan meningkatkan produktivitas di kampung atau desanya sendiri.
Di kelilingi hutan dan bukit (Foto: Ko In)

Memperhatikan potensi yang dimiliki kampung atau desa tetangga serta people champion atau penggerak di kampung atau desa tersebut. Supaya kegiatan di KBA dan kampung atau desa di dekatnya dapat saling bersinergi, jelas Nanda,
Tak terasa, percobaan saya memancing di telaga Kemuning dari tadi dengan melempar umpan berkali-kali ke tengah telaga tidak membuahkan hasil. Diam-diam hal itu diperhatikan Kepala Dusun Suhardi, yang kemudian menawari saya makan siang nasi kembul bojono di balai dusun Kemuning.
Tawaran yang sayang jika disia-siakan. Kapan lagi memancing ikan, dapat ingkung ayam.

Jumat, 28 Desember 2018

Milenial #CerdasDenganUangmu, Ayo Investasi Emas

(Foto:moneysmart.id)

Generasi milenial alami masa keemasan didukung kemajuan pengetahuan dan teknologi komunikasi yang semakin canggih dan keren. Serta memiliki kesempatan untuk menggunakan secara tepat dimasa produktifnya.
Sehingga menjadikannya bermanfaat dan berguna bagi banyak orang serta kehidupan, sebelum kesempatan lewat sesuai perjalanan waktu. Karena kesempatan tidak pernah datang untuk kedua kalinya.
Generasi milenial itu generasi emas yang memiliki kesempatan terbuka menggenggam dunia. Menentukan bagaimana warna kehidupan ini nantinya. Oleh karena itu harus memiliki  kemampuan melihat masa kini sebagai momentum yang tepat untuk menjadi masa depan lebih baik.
Semua itu memungkinkan jika sadar dan sabar proses. Tidak menjadikan kecukupan finansial sebagai satu-satunya tujuan, hanya mengarah pada terbentuknya generasi instant. Yang dapat menyeretnya pada kemiskinan kepedulian.
(Foto:moneysmart.id)

Generasi 80an sampai kahir 90an, khususnya mahasiswa kala itu melihat kantor pegadaian sebagai solusi memenutupi kebutuhan sehari-hari manakala kiriman orang tua seret. Generasi yang cukup kreatif mengatasi masalah tanpa harus menimbulkan masalah baru.
Pegadaian tempat solutif yang mengantarkan mesin ketik, radio tape compo, komputer, laptop dan handphone untuk “sekolah” atau digadaikan.  Sebagian ada yang malu-malu, duduk bersama ibu-ibu atau simbah-simbah yang juga menggadaikan barang berharganya seperti  kalung emas, anting atau cincin.
Seiring perjalanan waktu, kantor pegadaian kini berubah. Mengembangkan diri, menyadari serta tanggap kebutuhan masyarakat. Kantor Pegadaian bukan hanya tempat untuk memperoleh dana segar untuk kebutuhan sehari-hari atau sebagai modal usaha. Tetapi juga sebagai tempat berinvestasi secara aman.

         Pegadaian tempat investasi
Kini sulit membedakan seseorang yang datang ke kantor pegadaian, sebetulnya  sedang kesulitan dana, kelebihan dana atau menjadikannya sebagai tempat investasi. Khususnya investasi emas.
Jika ada salah satu dari generasi milenial, mahasiswa datang ke pegadian jangan buru-buru memberi cap tebal pada dirinya sedang butuh uang bro. Bisa jadi dia sedang berhemat secara smart dengan uangnya. Menyisihkan uangnya untuk membeli emas batangan dengan cara mengangsur  lewat rekening tabungan emas yang dia punya.
Ini artinya dia milenial yang #CerdasDenganUangmu.
Saat ini cara memiliki emas murni sebagai investasi dalam bentuk batangan menjadi lebih mudah di Pegadaian. Investasi emas bukan lagi miliki generasi old dan pengusaha tetapi juga miliki generasi now . Emas salah satu bentuk investasi yang cukup aman dari fluktuasi harga dan perubahan nilai mata tukar uang serta kondisi perekonomian global atau regional.
(Foto:moneysmart.id)

Beberapa alasan emas menarik sebagai investasi:
·         Pertama, mudah mendapatkannya. Kantor Pegadaian menyediakan emas sebagai sarana investasi sekaligus sebagai tempat aman dalam masalah penyimpanan.
·         Kedua, sewa tempat atau biaya penyimpanan tergolong cukup murah. Hanya Rp 30 ribu selama satu tahun.
·         Ketiga,  kantor Pegadaian memberi kesempatan kepada nasabahnya untuk membeli emas murni dengan kelipatan 0,01 gram. Jika harga emas Rp 700 ribu pergramnya. Maka milenial dapat membelinya dengan harga Rp 7 ribu untuk 0,01 gramnya. Jika minimal menabung Rp 50 ribu dapat dihitung kira-kira berapa gram emas yang sudah dimiliki milenial.
·         Keempat, memiliki emas artinya bukan hanya sebagai investasi tetapi dapat dijadikan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Emas yang dimiliki dapat digadaikan, jangan dijual sebagai bentuk pembelajaran diri disiplin berinvestasi.
·         Kelima, prosedur gadai sederhana dan mendapatkan dana cukup mudah serta cepat. Apalagi jika sudah menjadi nasabah pegadaian dengan tabungan emasnya. Biaya administrasi dan pajaknya cukup ringan. Pajaknya hanya 0,45 persen.

Pelajari investasi emas
Investasi emas lewat kantor Pegadaian memiliki banyak manfaat serta keuntungan, maka sudah waktunya milenial melakukan aksi atau eksekusi investasi. Awali dengan membuka rekening tabungan emas. Kemudian mengusahakan setiap bulan membeli emas dengan cara menabung.
Kegiatan investasi tidak jauh dari aktivitas mengamati serta mencermati kondisi perekonomian global, nasional atau regional. Untuk itu mesti cermat dengan berbagai perubahan yang terjadi, bersedia belajar terus menerus terkait investasi.
Walau investasi emas yang menjadi salah satu investasi dengan risiko rendah tetapi bukan berarti tanpa risiko. Pelajari segala hal yang terkait dengan emas.
(Foto:klikhost.com)

Tidak ada salahnya, milenial menjadikan investasi emas bukan sebagi satu-satunya investasi. Milenial sedang mengalami fase emas. Fase produktif yang mesti menyikapi dengan bijak. 
Ada pepatah yang mengatakan jangan menaruh semua telur dalam kranjang yang sama. Guna menghindari kerugian besar, sekaligus sebagai cara untuk membuka peluang lain dalam berinvestasi. Namun sekali lagi perhatikan faktor keamanan, risiko serta kemampuan finansial.   
Mengumpulkan modal usaha dengan menabung. Emas salah satu pilihan yang cukup menggiurkan karena nilai tukuarnya tergolong stabil dibandingkan dengan mata uang manapun. Menabung mernjadi kata kunci jalan menuju sukses sebagaimana ditunjukkan oleh Cythia Tan, desainer  kondang yang sudah menjadi langganan selebritis.
Sejak kuliah Cynthia Tan terbiasa menabung. Hasilnya dapat menjadi modal.  menabung untuk membeli mesin jahit. Dari satu mesin jahit dipakai membuat baju. Dengan jasa order dan iklan dari mulut ke mulut dilakukan sejak mahasiswa. Usahanya berkembang sampai saat ini. 
(Foto:moneysmart.id)

Generasi milenial memiliki kesempatan terbuka untuk berinvestasi secara profit atau non profit. Jangan buru-buru kesuksesan diukur dari hal yang profit dan langsung menghasilkan. Investasi non profit dengan membangun jejaring pertemanan lewat beragai aktivitas di masyarakat merupakan salah satu investasi tersendiri di kemudian hari.
Pertemanan dan persahabatan itu sebenarnya  “emas”. Nilainya bisa jadi melebihi nilai emas itu sendiri. Keuntungan pertemanan tidak cukup dinilai secara finansial atau material. Orang-orang bijak sudah sering memberi wejangan. Tinggal bagaimana milenial yang sedang berada di fase keemasan pandai memanfaatkan dan menggunakannya. Networking istilah kerennya.
(Foto:moneysmart.id)

Emas akan tetap jadi emas jika tetap dibiarkan begitu saja. Namun keberadaan emas akan lebih bermanfaat serta berguna tergantung orang yang ada di belakangnya, Man behind the gun, eh golden kata pepatah .
Emas menjadi tidak ada artinya jika dibiarkan tetap jadi emas. Menjadi bermakna jika ada aktivitas terkait dengannya. Maka teori atau pengetahuan yang dimiliki mesti diaplikasikan atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di dunia investasi dan bisnis.
Pengalaman adalah guru paling baik. Pengalaman akan menutupi setiap kekurangan. Sebagaimana salah satu pesan Merry Riana  wanita sejuta dolar, yang menyebutkan teori memang penting namun pengalaman bakal menyempurnakan, dapat di baca www.moneysmart.id
Buat meraih kesuksesan Merry Riana, yang berhasil meraih sejuta dollar sebelum usia 26 tahun membagi delapan kiat meraih sukses.  Semua tidak lepas dari perilaku generasi milenial, yang menampakkan kesahajaan, dinamis serta memiliki ide-ide kreatif yang seolah-olah tidak pernah habis.
(Foto:moneysmart.id)

         Untuk itu, milenial tidak hanya sebagai emas tetapi harus "menjadi emas". Kilauannya menarik banyak orang karena bentuknya yang indah. Memiliki manfaat berlipat untuk banyak orang. Tidak hanya mempercantik penampilan perempuan dengan perhiasan kalung, cincin, gelang dan anting emas. 

Namun kokoh dan bermakna bagi kehidupan. Emas memiliki daya tahan lebih stabil dibandingkan nilai mata uang. Demikian pula milenial mesti tahan terhadap berbagai gempuran tantangan dan tidak mudah patah arang oleh rintangan. 
Karena milenial sejatinya adalah emas itu sendiri. Jadikan dirimu sebagai milenial yang #CerdasDenganUangmu.



               

Sabtu, 22 Desember 2018

Layanan Penuh Kasih dari Faskes dan Si Om

Layanan Penuh Kepedulian dari Faskes dan Si Om
Faskes Pertama (Foto:Ko In)
Masuk ke Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas, disambut tatapan dan wajah-wajah yang lesu. Sebagian diantara mereka duduk bersandar dengan malas seolah hilang semangat.  Beberapa ada yang menyandarkan kepalanya ke bahu orang di sebelahnya.
Mereka menunggu giliran untuk diperiksa karena sakit. Belum selesai saya melihat sekeliling ruangan, terdengar sapaan ramah "Selamat siang," dari satpam sambil menanyakan dan mengarahkan untuk mengambil nomer antrean.
 "Sudah daftar on line belum ?" tanya satpam, sambil mengarahkan untuk mengambil nomer antrean. Karena saya belum tahu jika pendaftaran pasien dapat dilakukan secara on line. Di Puskesmas Ngaglik 2 disebut dengan Antrean Pasien Mandiri  atau Anjungan Pendaftaran Mandiri  (APM) sebagaimana yang sudah berjalan di beberapa rumah sakit besar. 
Mesin antrian pasien mandiri (Foto: Ko In)
Mesin antrian pasien mandiri (Foto: Ko In)
Saya mengetahui pendaftaran di Puskesmas, dapat dilakukan secara on line. Saat mengantar keponakan ke Fasilitas Kesehatan (Faskes) tingkat pertama sesuai yang tertera di Kartu Indonesia Sehatnya (KIS).
Dia selalu manja jika saya berkunjung ke rumahnya. Ke Puskesmas harus dengan saya. Setelah mengambil nomer antrean dan menyerahkan KIS kami menunggu panggilan. Duduk di kursi yang terbuat dari besi  yang tertata rapi. Kursi terasa dingin, sebagaimana dinginnya tatapan pasien yang datang ke Puskesmas. 
Ada yang tiduran menunggu giliran diperiksa. Bantalnya paha sanak keluarga atau tangannya sendiri. Demikian pula dengan keponakan saya. Bawaannya sudah manja dan menjadi lebih rewel dibanding biasanya. 
Suhu badannya tinggi, mengeluh dingin saat duduk di kursi yang terbuat dari besi. Orang sakit memang sulit beradaptasi dengan perbedaan dan perubahan suhu suatu benda atau cuaca. 
Kartu Indonesia Sehat (Foto: Ko In)
Kartu Indonesia Sehat (Foto: Ko In)
Layanan Cepat dan kendala APM
Kami duduk bersama pasien atau keluarga pasien lainnya,  yang lebih dahulu datang. Walau sebagian ruangan dipenuhi orang sakit namun Puskesmas Ngaglik 2, salah satu dari sekian banyak fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat pertama. Nampak terang dan bersih. Jendela pintu tertata sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara bersikulasi dengan baik. 
Itu membantu menghalau bau atau aroma kurang sedap dari orang sakit. Mungkin mereka tidak mandi beberapa hari atau karena bau badannya bercampur dengan bau dari minyak angin atau minyak gosok yang dibalur ke tubuhnya. Belum lagi bau jaket yang mungkin sudah berminggu-minggu belum dicuci, langsung dipakai saat ke Puskesmas.
 Sesekali keponakan menyandarkan kepalanya di bahu saya. Seperti  tidak tahan menahan rasa pusing yang membuat kepalanya terasa berat. Sambil memeluknya supaya tidak merasa kedinginan, saya mengarahkan pandangan mata ke seluruh ruangan Puskesmas. Kesannya bersih, dindingnya di dominasi warna hijau muda.
Faskes tingkat pertama di puskesmas (foto: Ko In)
Faskes tingkat pertama di puskesmas (foto: Ko In)
Yang terlintas pertama di kepala, andai sudah mendaftar secara online lewat APM (Antrean Pasien Mandiri) mungkin tidak harus menunggu sedikit lebih lama. Menurut salah satu petugas di Puskesmas Ngaglik 2 masyarakat lebih senang datang langsung. Keberadaan APM belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar kecamatan Ngaglik dan Pakem. 
Namun demikian saya melihat pelayanan berjalan cepat. Panggilan nomor antrean pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan seolah tidak pernah berhenti.
Kedua, kemungkinan masyarakat pedesaan khususnya golongan paruh baya dan usia lanjut tidak terbiasa dengan aplikasi kesehatan yang ada di hp android. Tidak dipungkiri penggunaan smartphone baru sebatas chatting,  kirim pesan atau gambar.
(Sumber :Bangka Post- tribun news.com)
(Sumber :Bangka Post- tribun news.com)
Ketiga, sinyal atau koneksi internet di daerah pedesaan terkadang kurang lancar. Apalagi di saat musim penghujan disertai angin, yang mempengaruhi kualitas koneksi. Kerap membuat jengkel pengguna internet. Akibatnya tidak sedikit masyarakat di desa memilih sistem antrean manual.
Ini kurang menguntungkan upaya mengurangi lamanya pelayanan di Faskes tingkat satu diantaranya Puskesmas. Beberapa rumah sakit di kota besar, penggunaan APM (Antrean Pasien Mandiri), terbukti memangkas waktu antrean pasien secara signifikan.  
Keempat, sistem APM (Anjungan Pasien Mandiri atau Antrian Pasien Mandiri) belum lama dikenalkan sehingga masih membutuhkan waktu untuk mesosialisasikannya. 
Walau menunggu, antrean tidak lama. Mungkin hal ini disikapi beda oleh pasien. Dalam situasi dan suasana sebaik apapun tetap tidak nyaman karena yang ada hanya keinginan istirahat atau tidur.
Satu persatu pasien bergantian keluar masuk dari ruang bagian poli umum. Yang sudah diperiksa selanjutnya menuju ke bagian obat. Menyerahkan secarik kertas seperti resep, kemudian duduk menunggu giliran panggilan mengambil obat. 
Kesabaran, Keramahan dan Profesionalisme
Tidak lama berselang, panggilan nomer tertentu di bagian obat dilakukan berulang. Pemilik nomor  tidak ada yang mendatangi loket obat. Panggilan selanjutnya menggunakan nama pasien, baru ada seseorang yang mendekat ke bagian obat.  Hal itu bisa terjadi karena pasien atau keluarga pasien kadang lupa dengan kartu nomer antriannya. 
Entah terjatuh atau lupa meletakkan sehingga tidak ingat nomer antreannya. Kesabaran dan keramahan petugas Puskesmas di Faskes tingkat pertama memang harus ekstra, saat berhadapan dengan orang sakit atau keluarga pasien yang sensifitasnya menjadi  lebih tinggi. Maklum mereka cemas dan khawatir terkait kesehatan anggota keluarga yang sedang sakit. 
Semakin siang semakin sepi (Foto: Ko In)
Semakin siang semakin sepi (Foto: Ko In)
Keponakan saya memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari golongan Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari pemerintah karena keluarganya tergolong kurang mampu. Iuran perbulan ditanggung oleh pemerintah. Tetapi dalam menerima fasilitas layanan kesehatan tidak ada bedanya dengan yang bukan penerima bantuan.
Nomer antrean periksa keponakan dipanggil dan tertera di layar teks berjalan atau running text, dengan warna lampu merah. Saya antar dia masuk, di dalam sudah ada dua orang yang menunggu untuk diperiksa dokter.
Petugas medis  bertanya keluhan yang dialami keponakan sambil mengukur tekanan darah atau tensinya. Pasien sebelumnya sudah keluar dari ruang periksa dokter, keponakan dipersilahkan masuk. Tapi tangannya tidak lepas dari tangan saya, tanda dia minta ditemani omnya.
KIS keponakan (Foto : Ko In)
KIS keponakan (Foto : Ko In)
 Dokter yang memeriksa bertindak profesional. Melayani pasiennya sebagaimana di rumah sakit. Bahkan saat menulis resep, dokter menyebutkan nama jenis dan fungsinya obat yang diberikan untuk apa dan kapan mengonsumsinya. Demikian juga di bagian obat, petugas menjelaskan pemakaiannya  bahkan mengulangi jika kita nampak ragu atau tidak mengerti cara pakainya. 
Sambil mengembalikan KIS (Kartu Indonesia Sehat)milik keponakan, petugas mengucapkan "Semoga cepat sembuh." Selesai. 
Obat dari Faskes, Puskesmas Ngaglik 2 (foto: Ko In)
Obat dari Faskes, Puskesmas Ngaglik 2 (foto: Ko In)
Tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun untuk periksa dan mendapat obat di Faskes tingkat pertama, seperti Puskesmas atau klinik lain yang bekerjasama dengan BPJS.  Dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
Kelebihan lain jika terpaksa harus periksa atau berobat di Faskes yang tidak sesui dengan Faskes yang tertera di kartu BPJS Kesehatannya. Atau belum memiliki kartu BPJS kesehatan. Pasien atau masyarakat dapat mengetahui biaya konsultasi dan tindakan medis yang didapat. 
Puskesmas Ngaglik 2 masuk wilayah Kabupaten Sleman. Daftar atau rincian biaya pelayanan dan tindakan medis dipigura dan digantung di dinding. Contoh jika warga kabupaten  Sleman belum memiliki kartu BPJS Kesehatan atau memiliki tetapi Faskes tingkat satu di kartu berbeda.Maka dikenai biaya poli umum Rp 5000. Untuk yang dari luar kabupaten Sleman Rp 17.000.
Tindakan medis seperti jahit luka, untuk warga Sleman yang belum memiliki kartu BPJS Kesehatan atau sudah memiliki tetapi tujuan Faskesnya berbeda. Biaya, satu sampai empat jahitan sebesar Rp 37.500. Untuk pasien di luar kabupaten Sleman Rp 49.000 
Hari sudah siang, jumlah pengunjung tidak banyak. Jangan ditanya jika Senin, pengunjung lebih banyak dari hari biasa. Tidak hanya Puskesmas tetapi juga  rumah sakit atau kantor-kantor layanan publik lainnya. Biasa usai liburan. 
Kepastian Layanan Rujukan
Menurut petugas pendaftaran, rata-rata terdaftar  75 pasien setiap harinya. Puskesmas Ngaglik 2 telah menerapkan kepastian layanan rujukan secara on line. Jika ada pasien yang harus mendapat rujukan ke rumah sakit. Sebagai Faskes tingkat satu, akan melihat daftar rumah sakit dan dokter yang tersedia sesuai dengan sakit pasien dengan tujuan agar segera tertangani, kemudian pasien langsung dikirim dengan ambulans.
Ambulans siap antar pasien rujukan (foto: Ko In)
Ambulans siap antar pasien rujukan (foto: Ko In)
Perlu diakui, kerap terjadi salah pengertian antara petugas Puskesmas dan keluarga pasien. Pertanyaan yang muncul mengapa mendapat rumah sakit yang jauh dari rumah, padahal dekat rumah pasien ada rumah sakit. Barangkali pasien atau keluarganya kurang memahami masalah ini:
  • Pertama, rumah sakit di dekat rumah pasien mungkin tidak memiliki fasilitas rawat inap yang dibutuhkan pasien.
  • Kedua, rumah sakit di dekat rumah pasien memiliki fasilitas yang dimaksud tetapi ruangannya sudah penuh.
  • Ketiga, tenaga medisnya dalam hal ini jumlah dokter  di rumh sakit dekat rumah pasien terbatas.
  • Keempat, walau ruangan dan tenaga medis tersedia namun klasifikasi layanan akomodasi kesehatan tidak sama dengan pilihan di awal pendaftaran. Jika pilihan klas dua namun yang tersedia di rumah sakit dekat rumah hanya ada klas satu. Maka secara on line akan diarahkan ke rumah sakit lain, sesuai pilihan klas pilihan di data pendaftaran awal.
Walau terdapat perbedaan layanan akomodasi bagi pemegang kartu yang dikeluarkan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)  sesuai dengan pilihan besaran iuran perbulannya. Termasuk PBI dan non PBI (Penerima Bantuan Iuran).
Namun semua pemegang kartu jaminan kesehatan diperlakukan sama dalam menerima manfaat pelayanan kesehatan. Sebagaimana tertulis di  buku sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Guna mendukung kepastian layanan rujukan, dari faskes tingkat satu atau Puskesmas ke rumah sakit tersedia ambulans. Diperuntukan pasien yang memerlukan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Kecuali dalam keadaan kegawat daruratan medis.
Kursi roda dan tongkat penyangga siap di depan Faskes tingkat pertama (Foto: Ko In)
Kursi roda dan tongkat penyangga siap di depan Faskes tingkat pertama (Foto: Ko In)
Layanan kesehatan tingkat satu semakin baik, mengutamakan kepentingan masyarakat. Tersedia kursi roda dan alat bantu pasien seperti walking stick dengan kaki empat di depan pintu masuk Puskesmas Ngaglik 2. Termasuk mobil ambulans. 
Tidak sampai satu jam kami berada di Puskesmas. Saya dan keponakan kemudian pulang. Eh, belum. Saya, sebagai om harus memenuhi janji mentraktir keponakan ke warung sop atau soto kesukaannya.
Melayani itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dari menemani berobat, makan soto bareng. Atau memberikan pelayanan  medis secara profesional dan sepenuh hati untuk anak-anak negeri  karena melayani itu wujud kepedulian, cinta dan kasih.
Kepedulian ini ada juga di www.kompasiana.com/koin1903www.kompasiana.com/koin1903

Itsmy blog

 It's my mine