Selasa, 02 Juli 2019

Ada "Thek, Thok, Thek, Thok, Dug" di Mandiri Jogja Marathon

Ada "Thek, Thok, Thek, Thok, Dug" di Mandiri Jogja Marathon
Lari (foto: kr)
Lari marathon sejatinya adalah lari untuk mengabarkan kemenangan. Mengabarkan berita baik. Mengabarkan keberhasilan akan sebuah perjuangan. Tinggal bagaimana orang mampu menangkap kabar tersebut sebagai semangat perubahan yang bermanfaat bagi orang lain dan kehidupan.
Mandiri Jogja Marathon  (MJM) kegiatan olahraga tahunan lebih dari sekadar lomba karena event ini mendorong semangat pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis sport tourism, dengan mempromosikan kekayaan seni budaya. Sekaligus cara kreatif dalam mengenalkan keindahan alam Jogja, khususnya candi Prambanan dan sekitarnya. 
Melakukan hal yang baik, seperti olahraga rutin setiap hari selama tiga puluh menit bagi sebagaian orang merupakan sesuatu yang tidak mudah. Ada saja alasan yang membuat pola hidup sehat itu kandas oleh berbagai macam kendala. Baik besifat natural, kultural, nalar atau hambatan internal eksternal. 
Lari marathon (foto:kompas)
Lari marathon (foto:kompas)
Sebuah tantangan sendiri mengikuti kegiatan Mandiri Marathon Jogja 2019. Paling tidak persiapan dilakukan sejak pukul 03.00 dini hari, apalagi jika rumah jauh dari candi Prambanan. Pukul 04:00 semua peserta lomba harus sudah kumpul di sekitar komplek candi Prambanan. 
Bukan perkara mudah bangun dini hari, apalagi terbiasa dengan rutinitas pekerjaan yang sampai malam. Untuk Mandiri Jogja Marathon, perlu istirahat cukup dan tidur lebih awal dari biasanya. Tidak lupa menyiapkan alarm  di handphone sebagai alat bantu bangun dini hari. 
Tentu Bukan hal mudah bagi bank Mandiri, rutin menyelenggarakan kegiatan olahraga dan tourism secara yang berkesinambungan dari tahun ke tahun. Apalagi melibatkan ribuan orang dari berbagai daerah dan negara. Seperti Amerika, Irlandia, Kenya, Prancis, Filiphina, China, India, Singapura dan Malaysia. 
Candi prambanan (foto: Ko In)
Candi prambanan (foto: Ko In)
Belum lagi mengkoordinir masyarakat sekitar candi Prambanan yang rumah atau jalan kampungnya  dilalui peserta lari marathon dengan jarak tempuh dan rute yang berbeda. Dari 42 km, 21 km, 10 km dan 5 km. 
Melibatkan masyarakat nampaknya sebagai upaya bank Mandiri untuk mengenalkan seni dan budaya lokal kepada publik. Sehingga peserta lomba dan wisatawan tertarik untuk selalu datang ke Jogja. Menikmati kekayaan alam dan seni budaya. Tidak hanya sekitar candi tetapi juga desa lain yang letaknya agak jauh dari Prambanan.
Kontur tanah sekitar Prambanan landai, memudahkan mata menikmati panorama alam yang masih didominasi persawahan. Jika terlihat bangunan tinggi, biasanya  rumah penduduk atau candi. Sehingga mata leluasa melihat pemandangan  tanpa halangan berarti. 
Prambanan siang hari (foto: Ko In)
Prambanan siang hari (foto: Ko In)
Gunung Merapi nampak indah saat disapa sinar mentari apalagi awan sudah malas untuk menyelimuti Merapi. Matahari terus beranjak tinggi dengan sinarnya yang semakin terang. Seolah mengingatkan Merapi untuk menyapa peserta Mandiri Jogja Marathon dengan keramahan yang berwibawa, jauh dari sebelah utara Jogja.   
Di kecamatan Prambanan sedikitnya terdapat 23 destinasi wisata, umumnya jenis wisata edukasi atau budaya dan sebagian wisata alam.  Bank Mandiri jeli dalam melihat potensi yang dimiliki desa dengan "seribu candi"nya. Menjadikan candi Prambanan sebagai pusat kegiatan tahunan Mandiri Jogja Marathon, yang diawali pada tahun 2017.
Jeli dalam menarik minat peserta serta dengan memanfaatkan potensi budaya lokal sebagai salah satu destinasi  wisata. Melibatkan masyarakat sekitar menjadi suporter, pemberi semangat bagi peserta lari dengan kegiatan hiburan bernuansa budaya di sepanjang jalan yang dilalui para pelari. Menjadikan event ini bukan sekadar lomba dan bukan sekadar berbeda tetapi jadi unik dan menarik.
Jeglug lesung (foto: tribun)
Jeglug lesung (foto: tribun)
"Thok, Thek, Thok, Thek, Thok, Dug"
Gejog lesung salah satu seni tradisional yang ikut meramaikan kegiatan lari pagi berbentuk marathon. Simbok-simbok, cekatan membenturkan alu, alat penumbuk padi ke lesung di bagian atas, tengah dan samping.  Sehingga menimbulkan bunyi "thok, thek, thok, thek, thok", bak instrumen musik perkusi.
Benturan yang berirama dan bergantian ke lesung, memunculkan suara unik. Demikian pula saat berbenturan dengan bagian tengah yang dalam  dari lesung, yang terbuat dari kayu utuh besar dilobangi tengahnya sedemikian rupa, sehingga berbentuk cekungan. Maka akan menghasilkan bunyi atau suara "dug". 
"Thok, thek, thok, thek, thok dug. Thok, thek, thok, thek, thok, dug, dug. Thok, thek, thok, thek, thok, dug. Thok, thek, thok, thek, thok, dug, dug".
Tidak salah jika ada yang menyebut musik kothekan, istilah yang muncul karena suara yang ditimbulkannya. Tidak heran pula sesekali melihat senyum peserta Mandiri Marathon Jogja. Entah geli mendengarnya atau karena melihat keunikan musik tradisional. 
Abadikan moment (foto: kompas)
Abadikan moment (foto: kompas)
Bergodho dan pelari (foto:kontan)
Bergodho dan pelari (foto:kontan)
Jangan heran jika melihat satu dua peserta lomba marathon, yang merubah ritme lari. Dari ayunan kaki yang lebar mejadi pelan dan telapak tangan mengepal jadi terbuka. Kemudian digerakan seperti orang menari.  "Wuuiii......"
Saat pelari melewati prajurit Keraton atau bregodho dengan baju khasnya, memainkan peralatan musik yang dibawa. "Dhek, deredhek, dhek, pong. Dhek, deredhek, dhek, pong." Sesekali diselingi suara seruling. Terpancar kekaguman peserta sehingga menambah semangat peserta untuk berlomba. 
Mandiri Jogja Marathon bukan sekadar lomba karena ikut mengedukasi banyak orang tentang pentingnya olahraga. Cukup olahraga 150 menit atau sekitar dua setengah jam sekali dalam seminggu. Atau rutin 30 menit sehari  berolahraga akan membuat tubuh sehat. 
Bonusnya jika mampu mengukir prestasi, bukannya tidak mungkin membawanya mengunjungi tempat favorit dan mendapat hadiah berharga atau sejumlah uang.  Dalam tiap perlombaan atau pertandingan.
Lebih dari sekedar lomba (foto:goopps)
Lebih dari sekedar lomba (foto:goopps)
Tubuh yang sehat artinya mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Melakukan kegiatan produktif, bermanfaat secara ekonomis dan orang lain. Sehingga berkorelasi  positif dengan pertumbuhan atau pembangunan.  
Membangun artinya merawat dan terlibat dalam sebuah perkembangan. Sekaligus menjaga supaya tetap baik, rapi, indah dan sehat. Dalam arti sehat jiwa raga, kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Lebih dari sekadar lomba
Mandiri Jogja Marathon lebih dari sekadar lomba karena :
  • Menciptakan wisata baru bagi Jogja. Tidak harus selalu tempat yang baru. Tetapi  menciptakan daya tarik baru. Membuat orang rindu untuk selalu ingin kembali ke Jogja dengan keragaman  sebagai magnetnya. 
  • Menggerakkan perekonomian warga Jogja. Perputaran uang menjadi lebih cepat dengan kedatangan wisatawan dari berbagai daerah di seluruh tanah air atau belahan dunia. Membawa rupiah atau dolar yang siap dibelanjakan. Menikmati olahan berbagai produk hasil bumi dalam sajian kuliner yang memiliki citarasa khas. Atau membayar jasa layanan pariwisata. Dari penginapan, tour guide, sewa mobil, pembelian cindera mata kerajinan dan yang lainnya.  
  • Melestarikan seni budaya. Bukan sebatas kegiatan yang eksibisionis semata. Tetapi sekaligus menunjukkan bahwa budaya itu sarat akan nilai-nilai kehidupan. Menyadarkan setiap orang untuk mengajarkan sifat rendah hati, suka menolong, memiliki kepedulian terhadap orang yang kekurangan. Menghargai orang yang lebih tua. Walau status sosialnya lebih tinggi, secara ekonomi atau pendidikan.
  • Membiasakan gaya hidup sehat.  Lewat olahraga atau kegiatan fisik yang terukur, guna tercipta lingkungan dan gaya hidup yang sehat. Salah satunya menata, membersihkan, merapikan rute jalan yang akan dilalui para peserta marathon dengan cara gotong royong. Dengan harapan setelah acara selesai kondisi jalan tersebut tetap rapi dan bersih. 
  • Membuat efek domino terhadap pertumbuhan destinasi wisata baru. Dari dan lewat candi Prambanan diharapkan tempat lain mampu mengembangkan diri menjadi daerah tujuan wisata baru dengan ciri khasnya masing-masing.  
Mandiri Jogja Marathon lebih dari sekedar lomba karena menawarkan harapan. Menawarkan efek berantai atau domino bagi desa lain. Salah satunya kecamatan Kalasan, letaknya sebelah barat kecamatan Prambanan. Memiliki potensi wisata yang tidak kalah menarik. Bukan candi yang menjulang tinggi tapi candi yang mblesek atau ambles dalam tanah.
Sore di candi Sambisari (foto:Ko In)
Sore di candi Sambisari (foto:Ko In)
Candi pendem atau candi blesek?
Candi pendem Sambisari, candi  yang terletak di bawah tanah. Entah terpendam atau ambles tidak ada saksi mata yang bercerita tapi menurut penelitian sih terpendam. Puncak tertinggi candi mungkin hampir sama dengan jalan dan halaman rumah penduduk yang ada di dekatnya.
Pertama kali ditemukan, secara tidak sengaja oleh petani yang sedang mencangkul di sawah. Sebelum tahun 1966 candi ini masih terpendam dalam tanah. Kini orang lebih banyak menyebutnya dengan nama candi Sambisari. 
Dari jalan raya Solo Jogja, jarak tempuh sekitar dua kilometer ke arah utara. Mudah untuk mencapainya karena banyak papan penunjuk yang membantu sampai lokasi. Untuk menikmati keindahan candi dan pemandangan, disarankan saat pagi atau sore. Di pagi hari tidak sedikit warga yang memamanfaatkan lokasi sekitar candi untuk jogging.
Asri lingkungan candi (foto: Ko In)
Asri lingkungan candi (foto: Ko In)
Jika Mandiri Jogja Marathon tahun depan digelar kembali, tidak ada salahnya mencari penginapan dekat candi Sambisari. Sebab di sebelah timur candi Sambisari terdapat home stay. Untuk menuju Prambanan tidak butuh waktu lama. Sekitar 15 menit  karena jaraknya kurang lebih hanya empat kilometer. 
Candi Sambisari nampak indah selepas pukul 16.00. Tetapi mesti diingat, candi tutup pukul 18.00, pukul 17.30 petugas jaga candi biasanya meminta pengunjung untuk naik ke atas dan mengosongkan area candi.
Candi ini berada di bawah tanah. Kedalamannya sekitar 6,5 meter dari permukaan tanah. sebagian halaman ditumbuhi rumput yang tertata rapi. Sehingga banyak dimanfaatkan pengunjung sebagai tempat duduk, menjalin keakraban antar anggota keluarga atau kekasih. 
Tempat bercengkerama bersama keluarga (foto: Ko In)
Tempat bercengkerama bersama keluarga (foto: Ko In)
Candi sambisari masuk wilayah Kalasan. Nama Kalasan biasanya mengikuiti nama kuliner ayam goreng. Booming wisata kuliner ikut menambah daya tarik sekitar candi. Ada sop Djadoel  terletak di sebelah timur. Khas sop ini kuahnya terbuat dari susu murni bukan dari santan perasan parutan kelapa. Dilengkapi dengan daging iga sapi. 
Sip Djadoel (foto: deskgram)
Sip Djadoel (foto: deskgram)
Makanan khas lainnya pisang goreng yang manis. Tidak sedikit wisatawan sebelum atau usai menikmati sop Djadoel  mampir ke candi Sambisari.  Dan tidak jauh dari sop Djadoel ada saoto Bathok mbah Katro, letaknya sekitar 100 meter ke utara dari pagar terluar candi.
Saoto tidak jauh dari candi Sambisari (foto: Ko In)
Saoto tidak jauh dari candi Sambisari (foto: Ko In)
Saoto Bathok dan sawah (foto: Ko In)
Saoto Bathok dan sawah (foto: Ko In)
Daya tarik warung ini terletak pada tempat yang dikeliling sawah. Pengunjung dapat menikmati saoto dengan mangkok dari tempurung kelapa atau bathok, yang berisi daging ayam atau sapi. Tauge dan daun sledri. Lauk khasnya tempe goreng. Sebagai pelengkap ada cabe, potongan jeruk nipis dan kecap.
Agenda mengikuti event Mandiri Jogja Marathon terasa semakin mudah karena ada homestay yang tidak jauh dari candi Prambanan, lokasinya dekat dengan candi pendem, Sambisari. Tempat kulinernya pun dapat ditempuh dengan jalan kaki sebab berdekatan dengan homestay
Maka usai mengikuti Mandiri Jogja Marathon tidak ada salahnya memanjakan diri dengan jalan-jalan keliling desa Kalasan. Siapa tahu mendengar, "thek, thok, thek, thok, dug."
Tulisan ini sudah lari-lari di www.kompasiana.com/koin1903 

5 Capaian dan Tantangan Infrastruktur Pertanian

5 Capaian dan 5 Tantangan Infrastruktur Pertanian
Tempat tinggal di desa (foto;Ko In)
Bertani itu kegiatan dan aktivitas yang berhadapan dengan perubahan. Tidak ada yang tetap. Selalu terlibat dalam proses hidup, dengan menjaga, merawat agar tumbuh atau berkembang. Hingga berbuah dan ikut melihat atau andil pada  kematian pada tanaman atau pohon. 
Berinteraksi dengan sesuatu yamg hidup seperti tanaman. Baik padi, jagung, kedelai, cabai. Bukan perkara mudah, adakalanya dapat diprediksi dengan tepat pertumbuhannya namun tidak jarang salah perhitungan. Itulah seni hidup, membuat orang belajar untuk mengelola, mengorganisasi, memprediksi dan mengantisipasi terkait dengan perilaku hidup tanaman.
Keberhasilan menurunkan inflasi pangan  dan menaikkan ekspor pertanian, merupakan capain yang perlu mendapat acungan jempol, untuk kantor Kementeran Pertanian (Kementan) bersama koleganya. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), BUMN, Bulog, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan dan Pemerintah Daerah.
Air di saluran irigasi (foto:Ko In)
Air di saluran irigasi (foto:Ko In)
Mendahulukan masalah kelancaran dan ketersediaan air bagi kebutuhan pertanian merupakan langkah jitu dalam mendongkrak naiknya hasil pertanian. 
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi pangan bulan Januari tahun 2019 sebesar 0,32 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 yaitu 0,62 persen dan jauh lebih rendah lagi jika dibandingkan tahun 2017 yaitu 0,97 persen. 
Air merupakan kebutuhan utama setiap mahluk hidup. Naif jika tidak memperhatikan penting dan perlunya ketersediaan air bagi mahluk hidup termasuk tumbuhan dan tanaman. Apalagi sekitar 70 persen permukaan bumi ini ditutupi oleh air dan sekitar 55 persen  berat tubuh kita ini juga terdiri dari air.  
Sawah kering (foto:ko in)
Sawah kering (foto:ko in)
Sangat tidak adil jika setiap hari kita mengonsumsi hasil pertanian dan perkebunan seperti beras, ketela, jagung, kentang dan aneka sayuran serta buah-buahan. Namun tidak memperhatikan kepentingan tumbuhan atau tanaman yang selalu butuh air. 
Negeri ini, negeri tropis. Hujan dan kemarau bagai saudara kembar yang silih berganti mengunjungi rumah ibu pertiwi. Pemerintah berusaha mengatasi dampak kedatangan musim kemarau, yang mengganggu usaha petani. Membuat kering sungai dan beberapa sumber air. Membuat tanaman pertanian mati karena tidak mendapat suplai air yang cukup.
Padi menguning di belakang rumah petani (foto: ko in)
Padi menguning di belakang rumah petani (foto: ko in)
Perbaikan infrastruktur pertanian yang komperehensif
Mengatasi kekeringan adalah masalah utama dalam menjaga kelangsungan hidup usaha pertanian. Oleh karena itu perlu infrastruktur pertanian yang lengkap dan komperehensif. Untuk  memenuhi kebutuhan usaha petani secara luas dan dari hulu sampai hilir. 
Pertama, menambah ketersediaan lahan pertanian, mengingat luas sawah pertanian semakin menyusut oleh karena alih fungsi lahan. Sehingga pemerintah bekerja keras untuk membuka lahan sawah baru dan mengaktifkan lahan-lahan yang tidak produktif.
Kementan menyiapkan 20 juta hektar lahan kering dan rawa untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan secara nasional. Dengan harapan dapat memberi dampak positif pada peningkatan pendapatan petani.
Menurut data Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSLP) lahan rawa pasang surut, memiliki potensi jadi lahan pertanian,  seluas 34,5 juta hektar. Lahan rawa lebak seluas 15 juta hektar dan lahan kering yang berpotensi menjadi lahan produktif seluas 24 juta hektar. Semuanya tersebar di Lampung, Kalimantan Selatan dan Tengah serta Sumatra Selatan.
Senja di embung (foto:ko in)
Senja di embung (foto:ko in)
Kedua, membangun embung. Embung, bandungan, waduk menjadi salah satu jalan keluar mengatasi kekurangan air saat musim kemarau. Termasuk rehabilitasi terhadap jaringan irigasi untuk kebutuhan pertanian.  
Setidaknya seribu embung dibangun pemerintah sejak tahun 2015. Kementerian PUPR telah membangun 949 unit embung hingga tahun 2018, tahun ini seratus lebih embung dalam proses pembangunan. Dalam masa pemerintahan Jokowi, menargetkan pembangunan 1.053 embung untuk mendukung kelancaran usaha pertanian.
Oleh sebab itu meningkatnya ekspor pertanian, turunnya inflasi pangan dan keberhasilan usaha tani lainnya. Tidak lepas dari ketersediaan infrastruktur pertanian yang meliputi saluran irigasi beserta waduk, bendungan atau embung. Bertujuan menjaga dan mengontrol ketersediaan air. Baik di musim hujan atau musim  kemarau.
Embung saat kemarau (foto:ko in)
Embung saat kemarau (foto:ko in)
Pembangunan waduk atau embung, disertai pembangunan jaringan irigasi baru yang mencapai satu juta hektar. Guna merehabilitasi jaringan irigasi yang mencapai sekitar tiga juta hektar, merupakan target yang ingin dicapai dalam mengamankan ketahanan pangan nasional. Semua itu dilakukan secara terencan dan terorganisir mulai tahun 2015 sampai 2019.
Grafis embung (sumber:indonesiabaik)
Grafis embung (sumber:indonesiabaik)
Kerja keras memberi hasil dengan meningkatnya indeks pertanaman petani yang mulanya 176 persen menjadi 250 persen. Artinya, petani dapat menanam padi sebanyak dua kali dan satu kali tanam palawija.
Ketiga, ketersediaan pupuk. Meningkatnya indeks pertanaman petani tidak serta merta naik begitu saja tanpa adanya perencanaan dan keterlibatan instansi lain. Sehingga menghasilkan panen seperti yang diharapkan. Oleh karena itu ketersediaan pupuk sebagai salah satu infrastuktur pertanian perlu dijaga kecukupan kebutuhan dan keterjangkauan harga oleh petani.
Pupuk (foto: bisnis.com)
Pupuk (foto: bisnis.com)
Pemerintah dalam hal ini Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan meminta pemerintah daerah, melakukan validasi ulang luas lahan pertanian yang dimiliki. Untuk kepentingan alokasi pupuk bersubsidi yang diberikan pemerintah kepada petani di daerah. Tahun 2019, pemerintah menyiapkan 9,1 juta ton pupuk dengan anggaran mencapai 29 triliun.  
Ketika ketersediaan air dan pupuk serta luas lahan pertanian mencukupi maka akan berkorelasi positif dengan hasil panen. Agar hasil bumi dapat segera di jual ke pasar, perlu juga dukungan akses jalan pertanian yang baik. Tidak heran jika pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur pertanian dengan membangun jalan pertanian desa, sepanjang 191 ribu kilometer untuk 75 ribu desa. 
Jalan desa (foto: ko in)
Jalan desa (foto: ko in)
Petani di jalan desa (foto:ko in)
Petani di jalan desa (foto:ko in)
Keempat, akses jalan pertanian desa yang memadai memudahkan petani menjual hasil buminya ke pasar atau ke kota. Sehingga memungkinkan petani terlepas dari jeratan tengkulak karena dapat menjual langsung ke pasar. 
Bayangkan, jika 75 ribu desa semakin mudah terhubung dengan kota-kota di dekatnya maka akan mudah meredam harga cabai bak orang yang naik jetcoster, naik turun dengan tajam dan cepat berubah-ubah.
Kelima, alat mesin pertanian (alsinta) seperti traktor, cultivator, rice transplanter dan excavator mendukung kelancaran kerja usaha pertanian. Menurut Dirjen PSP Kementan Dadih Permana bantuan alsinta mampu menekan biaya operasional dari 35 persen sampai 48 persen.
Petani dan traktor (foto:ko in)
Petani dan traktor (foto:ko in)
Kementan tahun ini mengalokasikan bantuan alsinta sebanyak 40.390 unit kepada petani. Dengan bantuan ini diharapkan pekerjaan petani menjadi lebih efisien. Hanya butuh waktu dua sampai tiga jam, untuk membajak satu hektar sawah dari sebelumnya yang butuh waktu berhari-hari. Produksinya juga bertambah karena berlipatnya penanaman dari satu menjadi dua kali bahkan ada yang tiga kali dalam setahun.
 Sejak tahun 2015 pemerintah telah menyalurkan 54.083 unit alsinta. Tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, tahun 2017 tersalur 82.560 unit dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit diberikam ke petani. Guna menjaga keawetan aksinya  dan tepat sasaran banruan. Dilakukan pengawasan lewat cek rutin oleh petugas di lapangan. 
cultivator (foto: anyebp2kp)
cultivator (foto: anyebp2kp)
Dampak bantuan tersebut  ternyata mampu menaikan komiditas tanaman utama pertanian padi, rata-rata naik sebesar  4,07 persen, jagung 12,5 persen dan kedelai naik 8,79 persen dalam lima tahun akhir. 
Keberhasilan atau meningkatnya produk pertanian memang patut mendapat apresiasi. Capaian jangan membuat Kementan berpuas diri tetapi harus segera memikirkan bagaimana menangani hasil pertanian atau pasca panen. Agar hasil produk pertanian cepat terserap pasar dan tidak cepat rusak.  
Tantangan infrastuktur pertanian dan solusinya
Sebagaimana pemerintah memperbaiki dan membuat jalan pertanian desa, agar produk pertanian mudah diangkut dan dijual ke pasar. Maka pemerintah harus memikirkan bagaimana membenahi dan membangun infrastruktur hasil pertanian pasca panen. 
Panen jagung (foto: ko in)
Panen jagung (foto: ko in)
Tantangan pertama manakala hasil pertanian melimpahBagaimana mengelola hasil pertanian pasca panen dengan cara yang baik sehingga dapat mempertahankan kualitas. 
Solusinya membangun atau menyediakan tempat yang menjamin keawetan produk pertanian di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten dengan cara berjenjang. Dengan mengingat akan jenis hasil panen dan banyak sedikitnya permintaan pasar.
Tantangan keduamemberi bekal pengetahuan secara berkelanjutan kepada petani. Tentang cara penanganan hasil pertanian pasca panen agar kualitasnya tetap terjaga hingga mampu bersaing dengan produk-produk pertanian impor. Baik penyimpanan secara mandiri atau kelompok.
Membangun dan memberi pemahaman kepada petani untuk bersikap lebih terbuka akan hal atau pengetahuan baru. Walau ini tidak semudah membalikkan tangan. Oleh karena itu perlu keterlibatan institusi lain, yang mampu melakukan pendekatan ke petani, supaya tujuan mengenalkan sesuatu yang baru yang menguntungkan petani tersampaikan. 
Kelompok tani (caramenanamkebun.blogspot)
Kelompok tani (caramenanamkebun.blogspot)
Seperti lembaga kesehatan, walau tidak memiliki keterkaitan langsung tapi memiliki hubungan yang erat antara hasil pertanian dengan kesehatan manusia yang mengonsumsinya.
Oleh karena itu pemberdayaan petani harus terus menerus dilakukan secara berkelanjutan dan tidak terputus.
Tantangan ketiga, mebangun kepercayaan diri petani bahwa menjadi petani bukan hanya berjasa bagi banyak orang tetapi juga dapat menaikkan tingkat ekonomi. Untuk itu petani perlu bukti bukan janji, yang dapat ditunjukkan dengan naiknya harga jual produk pertanian atau meningkatnya jumlah panenan 
Tidak mudah merubah pola pikir, yang menumbuhkan kepercayaan dan kemandirian petani. Saatnya petani berdaya dan memiliki posisi tawar akan hasil panen tanaman pertaniannya dengan mendapat pengawasan yang optimal dari pemerintah. Termasuk dalam pengendalian harga. 
Panen padi (foto: ko in)
Panen padi (foto: ko in)
Tantangan keempat, pengembangan penelitian terkait dengan bibit dan benih tanaman pertanian. Perlu ditemukan bibit bervarietas unggul, yang dapat bersaing dengan produk lain dari luar negeri. Selain tahan akan hama dan kondisi alam, juga menghasilkan buah yang banyak, besar dan enak bila dikonsumsi.
Tidak ada salahnya, Kementan terus mengintensifkan kerjasama dengan perguruan tinggi dan balai-balai penelitian yang sudah dimiliki. Untuk menemukan varian bibit atau benih yang unggul dan tahan akan berbagai macam hama dan cuaca atau kondisi alam yang ekstrim.
(direktorat publikasi ilmiah dan informasi strategis IPB)
(direktorat publikasi ilmiah dan informasi strategis IPB)
Semua itu membutuhkan komitmen politik dari semua pihak, tidak hanya pemerintah. Tetapi juga steak holder karena tanpa kesamaan visi dan misi dalam menyejahterakan petani, maka menjaga ketahanan pangan hanya jadi sebuah mimpi.
Maka pembangunan pertanian hanya diisi oleh semangat pencitraan. Minim aksi yang bertolak belakang dengan etos kerja petani. Bangun pagi, pergi ke sawah atau ladang dan pulang sebelum matahari terik. Tidak segan berkubang lumpur dan tidak risih dengan kotoran hewan, yang mengotori bajunya saat merabuk sawah atau ladang dengan pupuk kandang.
Bersatu (foto:pixabay)
Bersatu (foto:pixabay)
Saatnya semua saling bantu demi negara dan bangsa. Bukan hanya demi petani atau partai politik tertentu. Inilah tantangan terakhir atau kelima untuk menahan egoisme pribadi atau kelompok. Utamakan kepentingan bersama bukan kelompok atau golongan.  Awali semangat kepedulian sebagai solusinya.  
 Capaian ini ada juga di www.kompasiana.com/koin1903 

Itsmy blog

 It's my mine