Jumat, 30 Agustus 2019

Mengapa Kunci Pintu Mesti Ada di Lubangnya ?

(Foto: pixabay)
Kunci benda yang tidak terlalu besar namun memiliki fungsi yang tidak dapat dianggap remeh. Maka tidak heran sebagian orang meletakkan kunci di tempat yang mudah dijangkau, diingat dan dicari.
Tetapi tidak sedikit dari kita pernah merasakan kehilangan kunci karena lupa dimana meletakkan padahal menurut perasaan sudah diletakkan di tempat semestinya. Agar mudah dicari saat dibutuhkan atau saat akan digunakan.
Demikian halnya saat sulit menemukan kunci kendaraan, entah mobil atau motor yang tidak ada di tempat. Khususnya saat akan berangkat ke tempat kerja atau aktivitas lainnya seperti sekolah dan tempat usaha.
Bahkan ibu-ibu yang terkenal rapi dalam menata rumah dengan semua isinya, jadi jengkel dan mudah sewot karena tidak menemukan kunci kendaraan dengan mudah pada saat diperlukan untuk belanja ke pasar atau mini market terdekat.
Tidak sedikit orang mengalami hal serupa, walau sudah ada tempat tersendiri dan menjadi kesepakatan anggota keluarga kunci kendaraan di letakkan di tempat tersendiri dan khusus. Sehingga mudah terlihat dan mudah dicari oleh seluruh anggota keluarga saat dibutuhkan.
(foto:etsy)
(foto:etsy)
Tidak usah saling menyalahkan sebab kita sendiri terkadang menjadi aktor yang "menghilangkan" kunci seperti pesulap. Namun tidak dapat mengembalikan lagi dengan cepat.
Pada awalnya seperti biasa mengambil kunci kendaraan dari tempatnya dan sudah ada di tangan. Tetapi karena suatu hal masuk kembali ke dalam rumah untuk mengambil barang yang terlupa.
Pada saat itu tidak jarang kita lupa menaruh kunci kendaraan, yang tadi merasa sudah ada ditangan atau saku. Entah baju atau celana namun kenyataannya tidak  ada. 
Sehingga mencoba merunut kembali semua aktivitas saat akan bepergian. Ada yang  dapat menemukan kembali dengan cepat namun tidak jarang yang membutuhkan waktu lebih lama. Bahkan ada yang tidak berhasil menemukannya kembali.
Apa jadinya jika di saat genting, seperti saat terjadi gempa atau kebakaran. Seisi rumah tidak dapat keluar rumah untuk menyelamatkan diri gara-gara kunci rumah tidak ditemukan dengan cepat dan mudah. 
Walau sudah ada kesepakatan seluruh anggota keluarga untuk meletakkan semua kunci rumah di tempat khusus dan tersendiri.
(foto:shutterstock)
(foto:shutterstock)
Pengalaman memang guru terbaik. Apalagi pernah menjadi anak kos di Yogyakarta, yang bebas melakukan apa saja dengan isi kamar kos. Ingin dibuat rapi atau ingin seperti kapal pecah, tidak ada yang melarang.
Pada suatu malam di kos tiba-tiba terbangun gara-gara kebelet pipis. Celakanya saat akan membuka pintu, tidak menemukan kunci pintu kamar kos yang biasa saya taruh di atas meja belajar. Antara bingung mencari kunci dan menahan pipis menjadi siksaan tersendiri saat itu.
Sudah mencoba tenang dan mengingat dimana kunci pintu kamar kos diletakkan, ternyata tidak membantu ditambah rasa yang tidak enak saat menahan keinginan buang air kecil.
Sejak peristiwa itu, kunci kamar kos tidak pernah lepas dari pintu. Tetap berada di lobangnya dengan posisi terkunci saat tidak bepergian atau tidur. Sebagai bentuk kecil budaya sadar bencana.
Apalagi tinggal di Yogya lebih dari empat tahun, memberi pelajaran berharga tentang cara cepat keluar dari kamar kos atau rumah guna menyelamatkan diri bila terjadi gempa. Selalu siap untuk selamat.
Yogyakarta kota yang sering disambangi gempa. Sabtu malam (10/8/2019) sebagian warga Yogya merasakan getaran bumi yang berpusat 105 km di sebelah Barat Daya Bantul menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Gempa malam Minggu itu sempat mengejutkan sebagian warga, yang mendengar seperti suara gesekan dan melihat tembok seperti bergerak. Padahal delapan hari sebelumnya (2/8/2019) sebagian warga Yogya merasakan gempa cukup keras. Lampu gantung di rumah penduduk bergoyang keras atau cepat.
Menurut BMKG, gempa itu pusatnya di 147 klometer barat daya Sumur, Banten dengan kekuatan 7,4 SR yang berpotensi tsunami. Padahal dua bulan sebelumnya Yogya juga sudah dikunjungi gempa. Tepatnya pada hari Minggu (9/6/2019) yang pusatnya berjarak 185 km barat daya Yogya dengan kekuatan 5,7 SR.
Gempa yang sering melanda Yogya mengingatkan dan menyadarkan diri bahwa pengetahuan tentang ancaman bahaya bencana seperti erupsi gunung berapi, lahar  dingin, awan panas, angin puting beliung dan bencana. Merupakan pengetahuan yang wajib diketahui, selama tinggal di kota yang penuh pesona. Mari kenali bahayanya, kurangi risikonya.
(foto: pixabay)
(foto: pixabay)
Hidup di negara yang sebagian besar wilayahnya rentan dengan berbagai ancaman bencana,  menuntut  diri untuk selalu siaga terhadap kemungkinan setiap bencana. Baik yang dapat diprediksi atau tidak. 
Dengan siaga bencana, minimal dapat menghindarkan diri dari kemungkinan menjadi korban dengan luka atau cedera yang fatal. Memiliki reaksi atau tanggap situasi dengan cepat tetapi tetap tenang dan tidak panik.
Pengalaman saat mengalami bencana menjadi pengetahuan yang layak dibagikan agar bermanfaat bagi orang lain.
Pertama, biarkan kunci pintu kamar kos atau kunci pintu rumah tetap ada di lobangnya walau posisi pintu terkunci. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan panik saat terjadi bencana karena kepanikan tidak jarang membuat orang tidak mampu berpikir logis dan mengingat secara baik.
(foto: pixabay)
(foto: pixabay)
Kedua, sediakan air dalam  gelas putih di kamar tidur atau kamar kos dan letakkan ditempat yang mudah terlihat saat membuka mata. Air dalam gelas berfungsi sebagai alat bantu sederhana untuk memastikan terjadi gempa atau tidak. Jika saat tidur merasakan ada goyangan. Jika melihat air dalam gelas bergoyang keras maka mesti bangun dan langsung lari keluar rumah atau keluar dari kamar kos.
Ketiga, jangan lupa selalu tersedia senter atau alat penerang berenergi baterai dekat tempat tidur yang mudah diraih. Tidak jarang sesaat setelah gempa, angin puting beliung atau erupsi gunung berapi aliran listrik padam.  
Entah karena  jaringan listriknya putus terkena bencana atau sengaja diputus untuk menjaga keselamatan warga atau masyarakat terkena sengatan aliran  listrik dari kabel yang putus akibat pohon tumbang, banjir, gempa atau yang lainnya.
Keempat, jangan lupa selalu menyiapkan tas siaga bencana. Apalagi jika sudah ada peringatan dari BMKG terkait kondisi cuaca atau alam.
(foto:detik)
(foto:detik)
Kelima, manakala bencana usai seperti gempa untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi keamanan bangunan. Jika aman segera cek instalasi listrik guna memastikan ada kabel yang putus atau tidak. Akan lebih aman jika mematikan arus terlebih dahulu yang masuk ke rumah guna menjaga segala kemungkinan dari hubungan pendek atau konsleting.
Jangan lupa pula cek kembali dapur apakah kompor gas masih menyala atau tidak manakala diitinggal menyelamatkan diri dari bencana seperti gempa. 
Kompor menyala saat ditinggal menyelamatkan diri berpotensi mengakibatkan kebakaran karena api masih menyala terjatuh sehingga membakar benda atau barang yang mudah terbakar.
Jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga. Mari kita jaga alam, alam jaga kita.

Eh, tulisan ini ada juga di kompasiana.com/koin1903

Kamis, 22 Agustus 2019

Yogyakarta, Kota Siaga Bencana ?

Mencari ilmu di Yogya (foto:ko in)
Belum genap satu tahun tinggal di Yogya, kala itu.  Mendapat pengalaman baru, yang belum pernah dialami seumur hidup. Pengalaman pertamaku mengalami  dan  merasakan tanah tempat berpijak, yang selama ini terasa padat, diam dan keras ternyata bisa bergerak.
"Apa ini...?", hal pertama yang terlintas di kepala. Walau goyangan tidak terlalu lama dan keras sempat membuat hati cemas dan melihat beberapa benda yang tergantung ikut bergoyang, untuk beberapa saat.
Aku hanya terpaku diam di tempat, sementara beberapa tetangga kamar kos yang belum berangkat ke kampus, yang sudah lama di Yogya langsung lari berhamburan keluar dari kamarnya. Terdengar orang berteriak, "Lindu-lindu." Artinya, "Gempa-gempa."
Setelah itu keadaan sekitar kos-kosan kembali tenang, berjalan seperti biasa, orang kembali dengan aktivitas dan rutinitas kesehariannya karena gempa yang terjadi tidak kencang dan tidak lama. Sebagian orang masih ada yang berkumpul dan membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi, di luar rumah atau bangunan.

(Foto:wkyt)
Jujur, itulah untuk pertama kali saya merasakan dan mengalami sendiri bagaimana tanah yang biasa diam tiba-tiba bergerak. Reaksi saya kala itu, bengong. Tidak sigap bereaksi. Merasa heran dan aneh tanah bisa bergerak. 
Ini menunjukkan bahwa diri ini mungkin termasuk dari bagian orang yang tidak siap siaga bencana. Atau budaya sadar bencana sebagaimana disurvei oleh Litbang Kompas. Dimana hampir separuh dari 806 responden yang tinggal di zona bahaya tidak menyadari ancaman bahaya bencana di daerah yang ditinggali.
Pengalaman pertama itu menjadi sesuatu yang berharga bagi saya. Ternyata untuk menjadi warga Yogya mesti selalu siaga bencana. Apalagi setelah peristiwa pertama kali merasakan gempa. Menyadarkan saya untuk harus berbuat apa, saat merasakan tanah bergerak. 
Indonesia merupakan wilayah rawan bencana geologi seperti gempa  bumi dan tsunami. Tempat pertemuan empat lempeng. Lempeng Benua Eurasia, lempeng Samudera Indo-Australia, lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Filipina. Yogyakarta merupakan daerah terdekat tumbukan lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Untuk itu perlu kenali bahayanya, kurangi risikonya.
(Foto:news act)
Yogyakarta bukan hanya kota pelajar tempat mahasiswa belajar tentang segala macam ilmu dan pengetahuan. Tetapi juga laboratorium besar bagi mereka yang pernah tinggal di Yogya. Untuk selalu sadar dan siaga bencana. Gempa lebih sering terjadi di bagian selatan pulau Jawa dibandingkan asal kota kelahiran saya di bagian utara Jawa.
Pengalaman pertamaku alami gempa di Yogyakarta, walau reaksinya bengong saat itu. Menjadi pengalaman berharga. Setiap ada goyangan yang diperkirakan dari bumi, bukan dari truk besar lewat. Sebab fenomenanya hampir sama. Langsung waspada untuk angkat kaki menjauhi gedung atau bangunan tinggi.
Hingga suatu hari saat duduk di kursi di kamar kost, kebetulan ada beberapa teman yang main ke kos.  Saya merasakan kursi, yang saya duduki terasa seperti bergoyang sendiri, dengan sigap saya berdiri untuk lari ke luar kamar. Siap untuk selamat.
Tetapi yang terjadi kursi itu malah terjatuh karena kehilangan beban berat badan saya sebagai penyangga saat teman menaruh kakinya di kursi sambil rebahan di lantai. "Glodakkk.....," keras bunyinya. Membuat kami kaget tetapi setelah sadar, kami tertawa semua.
(Foto: kumparan)
Hal-hal lucu dan menggelikkan tidak lepas dari kepanikan saat menghadapi suasana genting dan menakutkan, seperti saat tidur lelap tiba-tiba terjadi gempa. Saya terbiasa tidur di lantai beralaskan kasur busa di kos. Sehingga jika terjadi goyangan tanah sedikit saja mudah terasa. Seperti saat kendaraan berat lewat.
Suatu hari beberapa tetangga kamar kos main ke kamar dan ngobrol atau main game sampai larut. Tanpa terasa kami semua merasa capek dan tertidur. Tiba-tiba saya merasakan goyangan yang membuat terbangun disertai bunyi kaca jendela seperti di ketuk-ketuk orang beberapa kali. 
Spontan saya teriak "Gempa, gempa, gempa.....", sambil membangunkan tamu-tamu di kamar kos saya. Satu tetangga kamar kos sudah bangun dan langsung lari keluar kos - kosan. Tapi masih ada satu tamu kos saya yang belum bangun. 
Sementara goyangan tanah semakin keras dan menimbulkan bunyi berderik di atas kamar. Saya paksa dia untuk bangun sambil berteriak gempa, gempa, gempa dan menarik kedua tangannya.
(Foto:Tirto)
Beruntung gempa berhenti dan saya lepaskan kedua tangan saya yang memegang tangannya. Begitu susahnya dia dibangunin saat gempa terjadi pikir saya, sambil berjalan ke luar dari kamar kos. Guna mengantisipasi siapa tahu terjadi gempa susulan. 
Biasanya sambil menunggu suasana aman. Muncul cerita-cerita ketakutan, kecemasan dan tidak sedikit hal-hal lucu, sekaligus menjengkelkan sebagaimana yang saya alami saat gempa baru saja terjadi.  Saya bercerita ke sesama penghuni kos-kosan bagaimana saya gemas dengan tetangga kamar kos yang satu itu, yang sulit dibangunkan saat terjadi gempa. Sehingga saya harus menyeretnya dengan menarik kedua tangannya agar bangun dan keluar kamar.
Tapi sungguh mengejutkan, dia menjawab dengan enteng seperti merasa tidak bersalah, "Gimana mau lari, tangan dan kakiku di tarik bareng,". Mendengar jawaban itu, meledaklah tawa di suatu malam yang memberi pelajaran tentang penting artinya untuk selalu siaga bencana.
(Foto:blogtiket)

Tidak panik, saat terjadi gempa itulah pelajaran berharga, yang saya dapat selama tinggal di Yogya manakala terjadi bencana. Yogya seperti kampus, yang memberi pelajaran bagaimana harus bersikap dan bertindak manakala terjadi bencana.
Tidak ada salahnya masa-masa penerimaan mahasiswa baru, kegiatan ospeknya diisi dengan simulasi mitigasi bencana alam. Mahasiswa senior yang aktif di himpunan mahasiswa pencinta alam dapat menjadi mentor untuk mahasiswa yunior.
Jika kegiatan mahasiswa pencinta alam beku di tingkat fakultas atau universitas, kampus dengan usulan mahasiswa dapat minta pihak rektorat atau dekanat mengundang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memberikan pelatihan atau simulasi siaga bencana.
(Foto:anakuntad)
Tujuannya guna mengasah ketrampilan dan pengetahuan siaga bencana setiap mahasiswa. Tidak ada salahnya saat kuliah kerja nyata (KKN) memberi tips atau pengetahuan ringan ke masyarakat yang menjadi lokasi atau tempat KKN tentang berbagai hal terkait bencana. Dari penyebab, tanda-tanda, cara menyelamatkan diri dan apa yang harus dilakukan saat dan setelah peristiwa bencana terjadi.
Sebagai agent of change, tidak ada salahnya mahasiswa memiliki inisiatif melakukan kerja sama dengan sekolah asalnya, untuk mendorong almamaternya rutin melakukan simulasi siaga bencana. Sekaligus sebagai ajang promosi untuk menarik adik-adik kelas supaya kuliah di kampusnya.
Atau sebagai kegiatan dalam rangka memotivasi belajar adik-adik kelasnya, agar mereka lolos test dan di terima di perguruan tinggi terkemuka seperti dirinya. Lewat aksi edukatif, simulasi siaga bencana. Sekaligus sebagai aksi tebar pesona. Tujuannya, supaya tidak jomblo. Ehm.
(Foto:BNPB)
Pengalaman setiap mahasiswa di kampus Yogya pasti berlainan sesuai masa studi dan lokasinya. Ada yang ikut panik mendengar isu tsunami saat terjadi gempa 2006. Ada yang ikut mengungsi dari tempat kos saat erupsi gunung Merapi 2010, atau ikut membantu warga yang terkena bencana angin puting beliung. 

Yogyakarta selalu terbuka sebagai tempat untuk belajar. Termasuk belajar bersahabat dengan alam. Kita jaga alam, alam jaga kita.  Supaya kita tetap bisa menjaga kerendahan hati. 


Tulisan ini siaga juga di www.kompasiana.com/koin1903

Jumat, 16 Agustus 2019

VivoBook Ultra A412DA, Tentengan yang Gak Bikin Mati Gaya

(Foto:repro Asus Product Guide)
Hidup itu mesti gembira. Masa muda tidak dapat ditukar dengan apapun. Walau terkadang tersita oleh tugas-tugas yang diberikan dosen. Sehingga jadi nampak tua dan kumel karena sering mengerutkan dahi saat mencari jawab dari pertanyaan dosen.

Bagaimana pun dosen membantu mahasiswa mampu berpikir komperehensif, kritis dan mendalam. Usai kuliah, bergegas melangkahkan kaki ke kantin kampus dengan menenteng laptop di tangan kanan. Tas di punggung berisi berbagai literatur atau buku-buku bacaan kuliah. Sesekali tangan kiri melambaikan tangan ke beberapa teman atau menepuk bahu salah seorang teman. Sambil mengingatkan rencana nanti malam.

Sebenarnya laptop VivoBook Ultra A412DA yang ditentemg masih, muat jika dimasukkan dalam tas bersama buku-buku lain karena ukurannya kecil, tipis dan ringan. Rasanya malas jika harus sering buka tutup resleting tas. Belum lagi kalau lupa nutupnya. Bisa jadi barang-barang penting lainnya dalam tas, jatuh atau ketahuan apa saja isi tas. Malu......
Malu...(foto: ko in)
Sesampai di kantin apa daya penuh. Sambil menunggu tidak begitu ramai, mencari tempat yang tidak dilalui banyak orang, dekat kantin. Tangga paling ujung dari gedung kuliah jadi pilihan buat duduk dengan nyaman untuk buka laptop. Sambil ngemil makanan ringan sebagai ransum jika menghadapi kondisi darurat. Seperti kantin penuh dan ramai. Hehehe......
Manfaatkan tangga (foto:ko in)
Enteng dan menarik
Jika masih kebagian tempat duduk di kantin, bukan jadi masalah meletakkan laptop VivoBook Ultra A412DA di atas meja berbagi tempat dengan piring dan gelas. Sebab ukurannya hanya selebar majalah. Jika tiba-tiba teman satu meja menumpahkan minuman di meja. Tinggal buktikan sejauh mana daya reflek masih bekerja normal, gerak cepat mengangkat laptop produk Asus yang ringan. Hanya 1,5 kilogram termasuk dengan baterai.

Duduk lama di kantin sambil buka laptop, kerjakan tugas dosen, mengisi mulut dengan menu makan siang. Apalagi jika teman ikut nimbrung satu meja, jadi seru. Antara ngobrol dan kerjakan tugas, pasti pada tahu porsinya banyakan mana.
(Foto:anakui)
Belum lagi jika ada yang lewat, selalu ada yang menoleh atau mengarahkan mata ke laptop. Warna VivoBook Ultra A412DA memang menarik perhatian. Eh, mata atau perhatian. Terserah ingin menyebut menarik perhatian atau menarik mata orang karena temen satu meja jadi kegeeran dikira ada yang memperhatikannya. Padahal VivoBook Ultra A412DA itulah yang diperhatikan.

Apalagi yang berwarna peacook blue. Warna casingnya dapat berubah sesuai dengan ketajaman cahaya yang diterima. Kadang terlihat biru atau bergradasi warna birunya sehingga terlihat keungu-unguan.
(Foto: repro Product Guide)
Laptop kecil, ikut nampang di meja makan. Ingat, lebar layarnya tetap 14 inch. Warnanya colorful. Jika ingin melampiaskan ngobrol, laptop saya tutup. Tidak saya masukkan kedalam tas karena masih akan dipakai. Saat asyik ngobrol, ada panggilan alam sehingga harus  ninggalin VivoBook Ultra A412DA dengan teman-teman. Saat berdiri, salah satu teman ingin melihat sebagian hasil laporan saya.

Jari sakti
Sambil berjalan, saya persilahkan buka laptop sekalian menyebutkan folder dan nama file. Usai dari kamar kecil dan kembali ke meja. Saya dengar gerutu teman yang gak bisa membuka menu di laptop.

Saya baru sadar kalau laptop VivoBook Ultra A412DA telah dilengkapi dengan fitur keamanan. "Maaf, guys....", sambil menempelkan jari saya ke laptop. Mereka bingung dengan wajah penuh keheranan melihat saya dengan sentuhan jari dapat membuka menu. "Jari sakti untuk laptop sakti, " canda saya. Sontak mereka pada kesel.
(Foto:AMD-id)
Asus VivoBook Ultra A412DA memiliki sensor finger print serta pemindai wajah pemilik atau pengguna utama lewat Windows Hello. Salah satunya untuk menjaga keamanan data dalam laptop andai tertinggal disuatu tempat atau hilang. Sehingga data-data yang ada aman dan tidak memungkinkan bagi orang lain melakukan akses ke laptop kesayangan.

Tidak terasa ngobrol di kantin bersama teman berjalan hampir dua jam tetapi halaman laporan tugas kuliah belum beranjak dari halaman satu. Ketika satu persatu dari mereka pergi untuk melanjutkan kuliah atau pulang ke kos. Baru terasa, VivoBook Ultra A412DA adalah teman setia yang bersedia menunggu dan menemani ketukan jari-jemari. Waktu sudah terbuang sia-sia. Tetapi tidak kehilangan power atau energi karena umur baterainya, tiga kali lebih lama sebagaimana dilansir majalah Asus Product Guide.

Menunggu, pekerjaan membosankan. Apalagi saat menunggu teman untuk mengerjakan tugas bersama. Untuk membuang kejenuhan, laptop VivoBook Ultra A412DA dapat menjadi alat yang memberikam solusi bagaimana membuang rasa bosan atau jenuh.
(Foto: AMD-id)
(Foto:AMD-id)
Main game di laptop VivoBook Ultra A412DA, cara mudah mengisi waktu karena dapat memainkan game berat seperti Fallout76, FIFA 19, F1 2019, League of Legenda dan games lainnya. Karena dukungan prosesor AMD Ryzen 3 3200 U dan AMD Ryzen 5 3500U yang membuat laptop ini 48 persen lebih kencang dibanding laptop yang berumur tiga tahun.

Gabungan kedua prosesor tersebut bersandi Picasso, menjadikan laptop ini 10 persen lebih kencang dari laptop pendahulunya yang mengonsumsi daya sama sebab menggunakan teknologi fabrikasi 12nm. Sehingga mendukung untuk selesaikan pekerjaan komputasi grafis seperti desain 2D atau 3D.

Laptop untuk yang kreatif dan dinamis 
Soal baterai jangan khawatir. Hasil penelitian internal Asus menurut Head of PR Asus Indonesia, Muhammad Firman saat ditemui di Yogyakarta menjelaskan, baterai VivoBook paling besar. Ini sangat mendukung aktivitas kaum muda yang tidak hanya sibuk di kampus atau sekolah mengerjakan tugas atau ngegame. Tetapi aktif juga kembangin kreativitas, sport dan traveling.
(Foto:repro Product Guide)
(Foto:repro Product Guide)
"Generasi milenial walau masih mudah banyak melakukan kegiatan. Tidak hanya di kampus tetapi juga di luar kampus. Dengan ikut berbagai komunitas bahkan tidak sedikit yang berbisnis. VivoBook Ultra jawaban untuk mereka yang aktif dan dinamis," tambah Firman.

Menggunakan laptop VivoBook Ultra A412DA semakin nyaman berkat sistem Windows 10 asli dan berlisensi. Bukan KW dan gak bakalan mati gaya jika pakai yang asli. Apalah artinya laptop mahal dan keren tapi windowsnya KW. Malu mak...!


Soal harga, menurut Firman yang berkulit agak gelap disesuaikan dengan budget mahasiswa. Namun soal teknologi tetap baru dan tidak kalah dengan laptop klas premium. Perbedaan terletak ditampilan VivoBook Ultra lebih warna warni atau colorful.

Asus VivoBook Ultra A412D tipis dan mudah ditenteng. Tampilannya trendy dan fashionable cocok dengan gambaran tentang dirimu yang dinamis, aktif dan gak pernah kering ide-ide kreatifnya.

Spesifikasi lengkap dari Asus VivoBook Ultra A412DA:

Layar           14.0″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) 60Hz Anti-Glare Panel
Prosesor     AMD Ryzen™ 5 3500U 4 Core 8 Thread Clockspeed hingga 3.7 Ghz
Grafis          Radeon Vega 8 Graphics
RAM             4 GB DDR4 2400MHz, Tersedia 1x Slot Upgrade Kapasitas Total 12GB
Storage        SSD M.2 256 GB.
Konektivitas  Combo BT 4.2 + Wi-Fi AC (2×2)
Webcam      HD 720p
I/O                 1 x COMBO audio jack
                       1 x Type-A USB2.0
                       1 x Type-A USB 3.1 (Gen 1)
                       1 x Type-C USB 3.0 (USB 3.1 Gen 1 / Gen 2)
                       1 x HDMI
Baterai         2 Cell 37 Whr
OS                  Windows 10
Dimensi       322 x 212 x 19.9 mm
Berat             1,5 kg termasuk baterai
Fitur unggulan Illuminated chiclet keyboard (optional), Fingerprint, Windows Hello, Fast Charging, Asus SonicMaster.

Itsmy blog

 It's my mine