Sabtu, 15 Juni 2019

Memaknai Demokrasi Lewat Luber dan Jurdil

Memaknai Demokrasi lewat Luber dan Jurdil
Cermati pilihan (foto: Ko In) 

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sejatinya adalah orang-orang yang memahami demokrasi secara lebih dewasa, dibandingkan dengan mereka yang gemar meneriakkan kata demokrasi. Namun muaranya tidak jauh dari kepentingan individu dan kelompoknya.
KPPS adalah sekelompok kecil orang yang memandu gelaran kenduri politik tahun 2019. Mereka contoh orang yang memahami sekaligus melaksanakan konsep demokrasi dengan penuh tanggungjawab,  berintegritas dan independen.Tetapi tetap menjadi orang yang memiliki pilihan.
Mereka menahan euforia politik yang  bergelora dalam dirinya. Meredam keinginan pamerkan pilihan politiknya dan menempatkan diri sebagai orang yang  tidak berpihak. Aktualisasi berdemokrasi, serta sikap politik KPPS dilakukan saat menggunakan hak pilihnya dibilik suara.
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Demokrasi menjadi bermakna manakala diwujudkan dalam tindakan. Bukan sebatas narasi atau wacana semata. Demokrasi menjadi berarti ketika kebebasan berpendapat, berkumpul dan menentukan pilihan. Disertai dengan tanggungjawab akan pilihan atau putusan yang diambil.
KPPS, orang-orang yang memahami arti demokrasi dengan dewasa. Memilih menjadi KPPS bukan semata-mata ingin melancarkan proses demokrasi tetapi juga karena kesadaran untuk melakukan hal terbaik bagi bangsa.
Sebagaimana pesan Fery Yunus petugas KPPS kepada warga di TPS 02 Menteng, Jakarta Pusat. "Harus teliti, ini kan urusan negara.  Ini urusan nasib rakyat ke depan."  Sehari kemudian usai melakukan tugasnya Fery meninggal diduga karena kelelahan.(BBC,24/4/2019)
Asas luber dan jurdil
Mereka memikul beban. Jujur dan harus adil dalam proses pemungutan suara, yang melibatkan ratusan pemilih. Tugas yang tidak ringan. Sebagai contoh di tempat pemungutan suara (TPS) 22 Purwobinangun, Pakem, Sleman. Sebagian KPPS yang masih tetangga sendiri, sejak pukul 06:00 sudah mempersiapkan diri untuk kelancaran pencoblosan.
(foto: brainly)
(foto: brainly)

Tidak heran jika persiapan mesti dilakukan sejak pagi supaya semua pemilih dapat terlayani saat memberikan suaranya secara langsung. Tidak boleh diwakilkan dan tanpa perantara. Berlaku secara umumuntuk semua warga yang telah memenuhi syarat dan memiliki hak pilih.
Dalam menentukan pilihan, pemilih bebas dari segala bentuk tekanan dan paksaan. Dengan kata lain, bebas memberikan suara pada calon yang dikehendakinya. Dan rahasia karena yang mengetahui pilihannya, hanya dirinya sendiri.
Proses pemilu cukup panjang hingga akhirnya muncul nama-nama capres-cawapres dan calon wakil  rakyat. Perlu kejujuran niat peserta pemilu hingga layak menjadi pilihan pemilih. Demikian pemilih mesti jujur dengan pilihan berdasarkan pertimbangan akal sehat dan suara hati. Sehingga tercipta sebuah korelasi yang sehat antara yang memilih dan yang dipilih.
Terakhir, semua itu berjalan dengan adil manakala semua peserta pemilu mendapat perlakuan sama, tidak dibedakan dan dirugikan. Sebagaimana pula pemilih tidak mengalami perlakuan yang diskriminatif dan merugikan saat menggunakan haknya.
Asas pemilu (foto:youtube)
Asas pemilu (foto:youtube)
Malam hari, masih berlangsung kegiatan penghitungan suara. Nampak wajah-wajah yang menggambarkan keletihan dari KPPS. Sesekali diantara mereka saling mengingatkan untuk tidak terlalu cepat dalam membuka kertas suara dan mencatat hasil suara yang di tempel di dinding atau papan.
Sekitar pukul 21:00 saya mendatangi TPS karena sayup-sayup mendengar suara KPPS yang angka atau nomor. Sekaligus ingin tahu sejauh mana perhitungan suara sudah berlangsung.
Antri menunggu giliran coblosan (foto: Ko In)
Antri menunggu giliran coblosan (foto: Ko In)
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Sesekali terdengar canda diantara KPPS untuk mengurangi rasa letih dan kantuk. Jika ada yang salah tulis, salah memasukkan suara ke kolom yang semestinya. Dengan sportif minta maaf kepada sesama petugas dan saksi, sebab bukan maksud dan tujuannya menghambat kelancaran penghitungan suara. Tetapi karena kelelahan sehingga konsentrasi menurun.
Tentu tidak lupa mencatat hal yang penting dalam laporan atau berita acara, yang ditandatangani ketua dan anggota KPPS dan saksi. Termasuk jika ada kejadian khusus, semua dicatat dalam formulir yang disediakan dan ditandatangani oleh KPPS dari ketua dan anggota juga saksi peserta pemilu yang hadir.
Jika ada KPPS atau saksi yang menolak tandatangan. Ada formulir yang diperuntukkan untuk mengisi keterangan, mengapa yang bersangkutan menolak menandatanganinya.
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Merekalah orang-orang yang memahami arti demokrasi sesungguhnya. Manakala para pemberi suara dapat tidur dengan nyenyak, para petugas penyelenggara pemilu masih bergulat dengan kertas suara, ditemani saksi, beberapa pengamat dan tentunya pengawas.
Sekitar pukul sembilan pagi, penghitungan suara dan pengisian laporan pelaksanaan coblosan  di TPS 22, selesai. Warga, saksi dan siapapun dapat melihat hasil coblosan pemilu Presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD di TPS 22. Beberapa warga dan sekitar dua ratus pemilih merasakan bahwa pelaksanaan pencoblosan berlangsung bebas, rahasia, jujur dan adil. Dan semua orang, masyarakat umum dapat melihat seluruh proses penghitungan suara.
Saat datang ke TPS, mendaftarkan diri dengan menyerahkan surat undangan. Kemudian antri menunggu giliran dipanggil sambil ngobrol segala macam dengan tetangga. Setelah mencoblos, mencelupkan jari ke tinta. Jika masih ingin ngobrol dengan tetangga atau pemilih lainnya. Atau ikut menunggu sampai selesai juga diperbolehkan. Tidak ada yang melarang.
Antusiasme coblosan (foto:Ko In)
Antusiasme coblosan (foto:Ko In)
Sebagai pemilih atau pemberi suara pada acara kenduri demokrasi 17 April lalu, merupakan bentuk mempercayakan suara atau pendapat kepada pasangan presiden dan wakilnya serta calon anggota dewan yang dipercaya.  Soal siapa yang menang, siapa yang terpilih lewat raihan suara terbanyak itu persoalan kemudian.
Pesta atau acara kenduri demokrasi sudah usai, tidak ada salahnya memberi pujian kepada KPPS yang telah melakukan tugasnya dengan penuh tanggungjawab.  Bahkan tidak sedikit anggota KPPS yang meninggal karena kelelahan, ini tentu akan menjadi bahan evaluasi bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dalam buku panduan KPPS 2019 yang dapat diunduh oleh siapa saja untuk dibaca. Masyarakat  yang hadir diperbolehkan untuk mendokumentasikan formulir hasil pemungutan dan penghitungan suara setelah ditandatangani oleh KPPS dan saksi.
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Jika sampai ada yang mengatakan telah terjadi kecurangan dalam pelaksanaan pemilu maka perlu dilihat lebih teliti ada di TPS mana saja kecurangan itu terjadi. Apakah sesuai tidak dengan keterangan saksi yang hadir. Jangan sampai informasi atau berita kecurangan pemilu bersumber dari katanya dan katanya.
Jangan-jangan yang bersuara keras tentang adanya  kecurangan dalam pelaksanaan pemilu tahun ini, tidak pernah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu melihat  proses penghitungan suara di TPS nya. Yang berlangsung sampai keesokan hari.
Dapat dipahami jika ada sebagian KPPS yang merasa sakit hati mendengar tuduhan sebagian orang yang menilai ada kecurangan sacara massif di pemilu tahun ini.  Apakah yang melakukan tuduhan tersebut hadir di TPS saat penghitungan suara ? Adakah bukti catatan dalam formulir yang ditandatangani oleh KPPS dan saksi yang hadir, yang mengarah pada kecurangan? Bukankah di tiap TPS hadir pengawas ?
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Tegas tindak pelanggaran
Tugas dan fungsi pengawas berjalan, setiap pelanggaran di proses sesuai tingkat dan skala pelanggarannya. Setiap pelanggaran dalam pemilu ada sanksinya.
Seperti yang terjadi di TPS 5 Lembang Puting Penantian, Tantenya, Toraja Utara ketua KPPS divonis hukuman kurungan dan denda karena terbukti melakukan pencoblosan lebih dari satu kali (Toraja daily.com, 23/5/2019).
Demikian pula hukuman harus diterima pasangan suami istri yang kedapatan melakukan pencoblosan dua kali di TPS yang berbeda. TPS 10 dan TPS 12, Kandis, kabupaten Siak, Riau (detik.com,29/5/2019)
(foto: twetter KPU)
(foto: twetter KPU)
KPPS yang meninggal dalam rangka menjalankan tugas, akan pergi dengan senyum melihat kedewasaan cara berpolitik dan berdemokrasi dari pemilih dan peserta pemilu. Sebab pengorbanannya tidak sia-sia. Jangan buat mereka bersedih melihat bangsa ini yang sudah merdeka tujuh puluh tahun lebih, masih bersikap kekanak-kanakan dalam memahami dan memaknai kemerdekaan.
Belajar demokrasi juga di www.kompasiana.com/koin1903

Kangen Lodeh, Cak ?

Kangen Lodeh, Cak?
Lodeh dan Mendoan (foto:Ko In)
Makan bersama itu aktivitas yang tidak hanya mengenyangkan perut tetapi juga mampu membangun relasi yang dalam antar pelakunya. Sehingga terjalin keakraban yang kualitatif berdasar kepedulian, saling menghargai pengalaman yang telah dijalani.
Berbagi pengalaman hidup dan ilmu bagian sifat baik manusia yang mesti dipelihara. Ditularkan kepada siapa saja agar semangat berbagi menjadi warna kehidupan sehingga bermanfaat bagi orang lain. Sebab sejatinya orang hidup itu berarti atau bermakna bila mampu berbagi dalam keterbatasan atau kekurangannya.
Sebagian Kompasianers Jogja (Kjog),di dalah satu akhir pekan di bulan kelima 2019 menggelar acara buka  bersama di Depot Jawa Timur, Sleman City Hall, Yogyakarta. Sambil mendengarkan pengalaman Monyoku admin instagram @fyijogja, tentang bagaimana mengelola medsos yang memberi pengaruh bagi banyak orang di dunia maya dan nyata.
Si pemalu ? (foto: ko in)
Si pemalu ? (foto: ko in)
Laki-laki kurus ini mengawalinya dengan malu-malu yang membuat sebagian Kjogs tertawa dan menghangatkan suasana di Depot Jawa Timur, khususnya di lantai dua. Ruangannya cukup lebar. Cocok untuk acara meeting kantor atau diskusi ringan seperti sore itu.
Lantai 2 Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Lantai 2 Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Menurut pengalaman Monyoku, hal penting dalam bermedsos khususnya Instagram jeli memperhatikan follower, view dan hastag. Pria yang gemar memakai kacamata bulat melihat ada beberapa karakteristik follower dan hal itu harus dicermati perilakunya.

Monyoku di hp (foto:ko in)
Monyoku di hp (foto:ko in)
Ada yang suka follow akun dan memberi like. Atau sebaliknya jarang memberi like atau follow back tetapi sering meminta pemilik akun lain untuk memfollow dirinya. Dalam kesempatan itu, Monyoku membagi beberapa tips dan trik cara meningkatkan jumlah follower.
Acara seru tersebut, semakin seru manakala saat berbuka puasa tiba. Soto Lamongan, sayur lodeh gurih dan ayam kremes menjadi pengisi perut yang sudah kosong. Buka puasa terasa manis dengan es buah dan sirup dingin. Tidak lupa kolak ketela. Menambah kenangan manis tentang hari ini di akhir pekan.
Soto Lamongan (foto:ko in)
Soto Lamongan (foto:ko in)
Soto Lamongan tanpa nasi cukup membuat kenyang perut karena bihunnya yang cukup banyak. Apalagi saat disantap dalam kondisi hangat. Tambah kecap dan sambal. Ehm...., uritan daging ayamnya pun cukup besar.
Satu mangkok soto Lamongan sudah habis. Namun lidah ini masih ingin mencicipi menu lainnya, yang cukup mengundang selera. Sayur lodeh dan tempe mendoan. Jangan lupa kecap dan sambal. Tak terasa tempe mendoan ketiga sudah menyusul ke mulut.
Suasana yang tadi cukup ramai dengan celotehan Kjog, menjadi sedikit hening karena Kjog sibuk dengan makanan yang ada di depannya. Saat Lihana, salah satu pengelola dari Depot Jawa Timur menanyakan bagaimana rasa masakannya.
Lodeh dan mendoan (foto:ko in)
Lodeh dan mendoan (foto:ko in)
Lidah saya kelu seolah sulit untuk menjawabnya. Masalahnya dalam pikiran ini berputar-putar pikiran bagaimana bisa membawa pulang sayur lodeh yang begitu gurih, buat makanan sahur. Sehingga kata yang keluar pertama kali dari mulut saya, "Sayangnya......, perut ini sudah kekenyangan. Padahal pingin nambah lodehnya."
Bukan kalimat itu yang  sebenarnya ingin saya utarakan. Yang ingin saya sampaikan,"Sayangnya..... tidak bisa bawa pulang sayur lodehnya. Padahal enak sekali." Ah, lidah memang tidak bertulang.
Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Gurihnya pas dan tidak terlalu asin. Sebetulnya sayur lodeh itu bukan menu utama. Yang utama rawon dan cingur khas Jawa Timuran. Maka tidak aneh jika Lihana mengambil nama Jawa Timur untuk depotnya karena Rawon dan  rujak Cingur itu khas milik Jawa Timur.
Identitas lokal yang ditandai dari jenis kuliner memang memperkaya bangsa ini. Perbedaan selera, jenis makanan sampai adat dan budaya menjadikan Indonesia itu unik. Perbedaan yang menyatukan walau rawon dan cingur ada di Jogja tapi dapat hidup berdampingan dengan gudeg dan makanan lainnya yang memilik brand dari luar negeri.
Tampak depan (foto:ko in)
Tampak depan (foto:ko in)
Ruangan depot Jawa Timur kesannya sederhana tetapi justru disitu letak daya tariknya. Warna krem dan coklat mendominasi ruangan dengan letak kasir yang ada di tengah. Tidak di pintu atau pojokan dekat dinding. Sebagaimana warung atau cafe lainnya. Ini menambah suasana keakraban.
Beberapa lukisan menggambarkan identitas Jawa Timur mengisi sebagian dindingnya. Benar-benar ruangan yang semakin membuat rindu pulang kampung, Cak.
Krem dan coklat (foto:ko in)
Krem dan coklat (foto:ko in)
Setelah kenyang dengan soto dan sayur lodeh, tiba-tiba isi kepala ini dipenuhi dengan lagu yang akrab di telinga. Hampir setiap orang mengenalnya karena cukup populer.
Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan
Rek ayo rek rame rame bebarengan
Cak ayo cak sopo gelem melu aku
Cak ayo cak golek kenalan cah ayu

Ngalor ngidul liwat toko ngumbah moto
Masio mung nyenggal nyenggol ati lego
Sopo ngerti nasib Awak lagi mujur
Kenal anake sing dodol  motor mabur
Ups.....
Yang kangen juga di www.kompasiana.com/koin1903 

Telah Terjadi "Tembak-Tembakan" di Mall Jogja

(Foto: Dimas Kjog)

Telah terjadi tembak-tembakan di salah satu mall di Jogja. Kira-kira 20 orang, terlibat dalam tembak-tembakan. Mereka memakai penutup wajah sebagai pelindung agar tidak terluka saat tertembak di bagian muka. Sekitar pukul 14.00 sampai 16:00 aksi itu terjadi di Lippo Plaza Mall Yogya (27/4). 
Bukan baku tembak beneran antar blogger tapi tembak-tembakan. Mall ternyata bukan sekedar tempat bertransaksi antara penjual dan pembeli. Mall juga bukan hanya tempat untuk memuaskan nafsu konsumtif dan bukan sekedar tempat untuk melepas penat dengan cara mencuci mata.
Konotasi mall selama ini sebatas tempat tempat untuk menghambur-hamburkan uang. Jika tidak,  ya sebagai tempat untuk buang-buang waktu. Tidak harus belanja tetapi cukup jalan-jalan dari lantai ke lantai selanjutnya, sekalian ngademin badan dan pikiran.
Di mall, tersedia pula tempat makan dan minum. Maka tidak heran jika definisi mall semakin luas bukan hanya tempat belanja tetapi juga mendapat tambahan kata wisata di depannya. Wisata belanja, juga wisata kuliner karena tidak sedikit mall yang menyediakan tempat khusus sajian kuliner.
(foto: Dimas Kjog)
(foto: Dimas Kjog)

Berkat kejelian  Muhammad Subroto, fungsi mall semakin luas. Mall jadi tempat atau sarana olahraga. Jangan cepat-cepat berasumsi tempat olahraga seperti gymnastik atau tempat kebugaran pada umumnya, dengan sejumlah peralatannya yang berat dan besar di sana. Mas Antok demikian panggilan akrabnya merubah tempat parkir di mall menjadi arena perang-perangan, tembak-tembakan, atau tet, tet, tet, tet.......
Apalah sebutannya bebas. Dor-doran, rasanya tidak pas karena suara yang dikeluarkan dari unit, yang menyerupai senjata bukan dor tapi tet tet, tet, tet, tet, tet. Menyebut tembak-tembakan, boleh juga dan karena kegiatan ini tidak lepas dari membidik sasaran.
Kecuali jika mau membidik hati gebetan. Mesti cari momen yang pas, jangan sampai salah sasaran bilang "I love you" ke Marshal atau pengawas permainan di arena tempur. Sebab selama berada di arena semua peserta wajib memakai pelindung muka yang disebut google. Jadi tidak terlihat jelas wajah gebetan yang akan kamu tembak.
Siap tembak (foto:Ko In)
Siap tembak (foto:Ko In)
Mengawasi lawan (foto:Ko In)
Mengawasi lawan (foto:Ko In)
Yakin mau nembak hati si dia ? Cari dulu dimana dia diantara luasnya tempat parkir dan beberapa pelindung dari teriplek, tumpukan karung dan ban bekas serta pilar-pilar bangunan. Jangan sampai dia malah yang nembak duluan dirimu dengan tanda merah di kulit dan sedikit panas. Efek terkena peluru atau ball bearing yang ukurannya kecil dengan diameter sekitar 6 mm.
Di tangan mas Antok, tempat parkir berubah menjadi tempat rekreasi dan olahraga, bagi pengunjung atau orang-orang yang bekerja di Lippo Plaza Jogja. Tidak perlu menunggu lama supaya keringat mengalir.
Gabungan keinginan mengalahkan lawan, menembak dan khawatir tertembak duluan. Memompa adrenalin sebab jika tertembak harus angkat tangan dan mengangkat  unit permainan di atas kepala sambil berjalan menyusuri pinggir arena permainan. Permainan ini menumbuhkan ketegangan, berusaha lebih lama "hidup" dan terus bergerak di arena yang membuat cepat berkeringat.
Replika senjata (Foto:Ko In)
Replika senjata (Foto:Ko In)
Lari, tembak, cari perlindungan, amati gerak lawan, tembak, lari lagi. Dekati lawan dalam jarak tembak, supaya tepat sasaran tembakannya. Suara tet, tet, tet ada dimana-mana. Sesekali diiringi suara tek, tek, tek bunyi benturan peluru lawan yang berbentuk bulatan dengan papan triplek. Pelurunya berwarna putih seperti pilus, demikian ucapan spontan teman-teman Kompasianers Jogja melihat peluru atau ball bearing. Terbuat dari plastik lunak.
Maklum sebagian Kjog ini kerap mendapat undangan untuk mereview makanan maka dibenaknya selalu berputar-putar aneka jenis makanan.
Walau pelurunya terbuat dari plastik lunak jika kena anggota tubuh yang tidak terlindungi terasa sakit dan memunculkan warna merah. Tapi jangan khawatir, tidak lama kemudian akan hilang. Sakit mana antara tertembak dan gigitan semut? Sumpah, lebih sakit digigit semut.  
Bukan pilus (foto: Ko In)
Bukan pilus (foto: Ko In)
Lalu bagaimana rasanya jika hati yang ditembak? Ah, sebagian besar pasti sudah pernah mengalami. Ada yang bingung, merasa mati kutu, tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Seperti yang saya alami. Setelah berlari, tembak, tet, tet, tet...... Sembunyi diantara papan atau pilar gedung sebagai perlindungan.  Berusaha membidik atau nembak lawan di depan. Tet, tet, tet .......Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari belakang "Freeze....!!!". Bukan I love you.
Itu tanda saya, mati tanpa tertembak. Begitu kira-kira artinya dan saya harus keluar arena dengan angkat tangan. Sambil mengangkat unit perang-perangan di atas kepala. Keluar sebelum permainan selesai. Kalah sebelum finish. Rasanya seperti mengungkapkan rasa cinta tapi kemudian ditolak. Baru terasa keringat sudah mengalir dimana-mana. Padahal permainan belum sampai 10 menit.

Tempat perlindungan membidik (foto; Ko In)
Tempat perlindungan membidik (foto; Ko In)
Permainan dor-doran, tembak-tembakan, tet-tetan mesti diperpanjang satu ronde lagi karena dengan freeze tadi tim saya kalah. Hasilnya seri, setelah sebelumnya tim saya menang. Di ronde berikutnya, tim saya menang hingga akhirnya sampai final.
Sayang di final tim saya kalah karena gagal mempertahankan bom mainan dan kalah dalam perebutan bendera. Sebagian tim saya tertembak dan lawan berhasil membawa bendera sebagai tanda kemenangan.
Seru, kata yang pas untuk menggambarkan permainan sekaligus kegiatan olahraga ini. Ada baiknya sebelum memulai latihan. Eh, pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu. Bukan pemanasan mengucapkan kata "I love you" atau "Freeze" ya.
Tropi dan bendera kemenangan (foto:Ko In)
Tropi dan bendera kemenangan (foto:Ko In)
Terkapar setelah kalahkan 4 tim (foto:Ko In)
Terkapar setelah kalahkan 4 tim (foto:Ko In)
Permainan ini dibuka pertengahan Februari 2019 oleh Jogja Airsoft Wargame (JAW) di Lippo Plaza Mall . Keberadaan permainan ini menurut mas Antok sebagai sarana mengenalkan olahraga air soft ke masyarakat. Apalagi JAW tergabung dalam Persatuan Olahraga Air Soft Seluruh Indonesia atau Porgasi cabang DIY.
JAWS (foto:Ko In)
JAWS (foto:Ko In)
Tata tertib permainan (foto: Ko In)
Tata tertib permainan (foto: Ko In)
Waktu untuk seru bermain dibuka dari pukul 14:00 sampai 22:00, kecuali akhir pekan buka lebih awal mulai pukul 10:00. Sedikitnya empat orang untuk dapat bermain dengan biaya Rp 50 ribu per orang. Sudah mendapatkan sekitar tiga ratus butir pilus. Eh, ball bearing atau peluru. Jika ingin mengisi ulang tinggal nambah Rp 15 ribu per unitnya. Durasi permainan 90 menit.Biaya tersebut sudah termasuk perlengkapan permainan seperti unit, sebutan untuk replika senjata. Pelindung muka dan dada.
Selama puasa JAW memberi kesempatan bermain dari pukul 14:00 sampai 15:30 dan pukul 16:00 sampai 17:30 dengan biaya Rp 40 ribu  perorangnya. Ayo, tembak - tembakan.

Tulisan ini telah tertembak di www.kompasiana.com/koin1903 

Itsmy blog

 It's my mine