Sabtu, 23 Maret 2019

ASUS VivoBook Pro F570 dan Tiga Raksasa

(Foto:www.tek.id)

Manakala ada dua raksasa membuka jalanmu, siap menghalau siapa dan apa saja yang mengganggu atau merintangimu pergi ke suatu tujuan. Maka dirimu tidak perlu resah dan khawatir melakukan perjalanan dan pekerjaan saat memakai  laptop, yang sudah menanamkan dua raksasa prosesor di dalamnya.
Produsen laptop kelas dunia Asus berinovasi menanamkan dua raksasa GPU (Graphics Processing Unit) dari AMD dan Nvidia di ASUS VivoBook Pro F570. Maka berbagai macam hambatan yang membuat lelet laptopmu akan dilibas habis oleh dua raksasa tersebut.
Tidak akan ada kata-kata lambat, lemot, lelet atau low batt, baterai cepat habis. Sebab dengan kemampuan serta pengalaman dari dua  produsen raksasa  dalam hal memproduksi prosesor  grafis, kartu grafis dan yang lainnya. Persaingan AMD dan Nvidia dapat diredam oleh Asus bahkan menjadikan kedua raksasa itu bekerjasama guna meningkatkan performa laptop keluaran ASUS.

(Foto:www.tek.id)
Asus menempatkan prosesor AMD Ryzen 5 atau Ryzen 7 dengan prosesor grafis Nvidia GeForce GTX 1050 dalam laptop ASUS VivoBook Pro F570ZD.
Raksasa pertama, AMD Ryzen 5 atau Ryzen 7 memiliki kemampuan menghemat daya tahan baterai sampai 58 persen. Bayangkan sampai setengahnya dari penggunaan sebelumnya dengan kata lain jika sohib sedang asyik nonton film atau ngegame. Atau sedang asyik kerja maka memiliki durasi yag lebih lama. Dengan kata lain waktu hidup laptopmu, yang diproduksi ASUS lebih lama dua kali dari biasanya.
Belum lagi performanya, yang dapat meningkatkan performa tiga kali lebih cepat dibanding generasi-generasi GPU sebelumnya. So, tidak heran jika laptop ASUS VivoBook Pro F570ZD dapat memenuhi aneka pekerjaan penggunanya yang bersifat multitasking. Dapat dilakukan dimana dan kapan saja.

(Foto:www.amd-id.com)
(Foto:www.amd-id.com)
Raksasa pertama di dalam  ASUS VivoBook Pro F570ZD mampu mendukung aktivitas laptop saat dirimu merasa penat dengan pekerjaan. Butuh hiburan atau musik karena laptop ini mampu melakukan streaming film, musik bahkan saat utak-utik atau ngedit foto hingga 1080 megapixels. Belum lagi dengan kemampuan mendukung game-game seru.
Mau main Rise of Tomb Rider atau Resident Evil bersama raksasa. Eh, teman dekat maksudnya. Atau nonton film bersama gebetan sambil ngemil kacang kulit atau snack lainnya. Semuanya oke, karena AMD Ryzen 5 atau Ryzen 7menjaga kenikmatan kalian saat streaming YouTube dan menyimak layar laptop ASUS.
Jika tiba-tiba aliran listrik mati dan lampu padam. Jangan khawatir,  ASUS VivoBook Pro F570ZD masih mampu bertahan karena hemat daya. Berapa lama nonton film atau ngegame? Biasanya dua jam khan? Semuanya akan dilibas oleh dua raksasa di dalamnya. Dua jam belum ada apa-apanya. Untuk mendukukung daya tahan baterai, notebook atau laptop ini ditemani dengan baterai 48 Wh 3 cell.

(Foto:www.amd-id.com)
Raksasa kedua, NVIDIA kemampuanya saling bahu membahu dengan AMD. Maka cukup mengherankan jika ASUS dapat mengendalikan kedua raksasa tersebut ke dalam satu laptop. Seri Ge Force adalah salah satu produk yang terkenal keluaran NVIDIA, yang akrab untuk program permainan di PC .

(Foto:blogspot.nvidia.com)
ASUS  menanamkan NVIDIA GeForce GTX 1050 di VivoBook Pro F570ZD, yang biasa untuk PC di tanamkan di laptop. Woi.......ASUS benar - benar memanjakan gamers patut dapat acungan jempol. Sehingga menikmati segala bentuk permainan yang dimainkan di laptopnya tanpa aneka gangguan.
Kartu grafis NVIDIA game meningkatkan kecepatan membuat konsumsi daya untuk kebutuhan graphics card powernya rendah hanya 75 watt. Tidak sedikit yang mengakui jika kartu grafis 3 D ini dinilai paling hemat  dengan kinerja yang cukup.
Bahkan menurut hasil  uji suhu FurMark, NVIDIA GeForce GTX 1050 maksimum yang dikeluarkan hanya mencapai 56 derajat celcius dan stabil di 54 derajat celcius. Jauh lebih rendah dibandingkan yang lain yang mencapai suhu diatas angka 70 derajat celcius.

(Foto:www.thenextweb.com)
Disamping itu NVIDIA membawa fitur PhysX yang memberikan pengalaman gaming atau ngegame menjadi lebih halus. Sehingga membuat nyaman dirimu dalam memainkan setiap game yang menjadi kesukaan atau pilihan.
Dengan kehadiran  NVIDIA GeForce GTX 1050 memberi kesan lingkungan game  serta fitur-fiturnya lebih dalam. Seperti adanya ledakan disertai dengan reruntuhan dan debu. Gerakan yang terasa lebih hidup. Kehadiran asap atau kabut di sekitar obyek yang bergerak menjadi lebih mendukung keasyikan dalam gaming. Dan tampilan yang lebih natural serta efek yang luar biasa , yang membuat betah ngegame.

(Foto:www.tek.id)
ASUS VivoBook Pro F570 versi AMD Ryzen 7menyediakan storage atau penyimpanan kecepatan tinggi yakni SSD M.2 SATA3 berkapasitas 256 GB, yang dilengkapi harddisk kapasitas ekstra 1 TB. Sementara untuk versi Rzyen 5, ASUS VivoBook Pro F570 dilengkapi oleh harddisk 1 TB. Tinggal pilihan, yang jelas  tidak mengurangi keasyikan ngegame.

Spesifikasi ASUS VivoBook Pro F570:
CPU                            AMD Ryzen™ 5 2500U Mobile Processor (4C/8T, 6MB cache, up to 3.6GHz)
AMD Ryzen™ 7 2700U Mobile Processor (4C/8T, 6MB cache, up to 3.8GHz)
Operating System   Windows 10 Home 64-bit
Memory                    8GB DDR4 2400MHz SDRAM (onboard) with SO-DIMM socket up to 16GB
Storage                      SATA 1TB 5400RPM 2.5' HDD
SATA 1TB 5400RPM 2.5' HDD + SATA3 256G M.2 SSD
Display                      15.6” Full HD 1920x1080p 16:9, Anti-glare, ultra slim 200nits with 45% NTSC
Graphics  Integrated AMD Radeon Vega 8 / AMD Radeon RX Vega 10 Graphics
Nvidia GeForce GTX 1050 with 4GB GDDR5 VRAM
Input/Output           1x Type-C USB3.1 port, 1x USB 3.1, 2x USB 2.0, 1x audio combo jack, 1x HDMI, 1x MicroSD Card Reader, 1x RJ-45 LAN
Camera                      HD Web Camera
Connectivity             Dual-band 802.11ac Wi-Fi, Bluetooth 4.2
Audio                         ASUS SonicMaster stereo audio system with surround-sound, Array microphone with Cortana voice-recognition support
Battery                      3 - Cell 48 Wh Battery
Dimension                37.4 x 25.6 x 2.19 cm (WxDxH)
Weight                      1.96 kg with battery
Colors                        Reaper Black with Lightening Blue edges
Warranty                  2 tahun garansi global

Dengan kemampuan yang dimiliki ASUS VivoBook Pro F570 sangat mendukung kerja multitasking. Kecepatan dan ketajaman pengguna ASUS ini. Maka tidak heran jika raksasa ketiga akan betah bergaul dengan kedua raksasa yang ada di dalam ASUS VivoBook Pro F570. Raksasa ketiga ?

(Foto:www.tek.id)

Raksasa ketiga, mereka yang mengendalikan semua teknologi. Mengendalikan atau menggunakan laptop atau notebook ASUS VivoBook Pro F570. So, sebagai raksasa jangan lupa untuk  bijak menggunakan teknologi, manfaatkan ketrampilan serta pengetahuan untuk kemajuan dan kebaikan bersama. Ada waktunya bermain dan ada waktunya untuk bekerja atau belajar. Salam raksasa.

(Foto: Asus)



Jumat, 22 Maret 2019

From Bantul to Malaysia, Singapur, Jepang and Jamaica

Sebagian karya warga Bantul (Foto:Ko In)


Bantul gudangnya orang-orang kreatif, dari tangan mereka barang-barang yang awalnya nampak biasa saja dengan kemampuan, kelebihan serta keuletan yang dimiliki. Berubah menjadi barang bernilai seni tinggi, yang menarik minat orang dari berbagai belahan dunia.
                Nama lengkapnya Sumilah tapi biasa dipanggil Mila, tinggal di Sendangsari, Pajangan Bantul. Perempuan ini gigih memasarkan produk batik kayu dari satu tempat pameran ke pameran lainnya. Bahkan media sosial akrab digeluti untuk mengenalkan karya hasil dari sanggar Rama Shinta yang dikelolanya.
                Ada kotak kayu bermotif batik yang fungsinya untuk menyimpan teh, gula dan teman-temannya. Bahkan dapat difungsikan sebagai tempat perhiasan. Saat ditemui di acara Gelar Produk Craft dan Fashion di Piramid Jl. Parangtritis, Bantul Yogya (22/3/2019) yang diselenggarakan Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta bersama PLUT-KUMKM DI Yogyakarta .
               Mila antusias menceritakan tentang item-item produknya dari yang berukuran kecil sampai ukuran sedang. Seperti gantungan kunci, tempat perhiasan dan nampan.
Perlengkapan rumahtangga dari kayu (Foto: Ko In) 

                Usaha kerajinan berbahan dasar kayu sudah digeluti cukup lama. Kayu-kayunya pun khusus. Kayu yang harus berwarna putih dan tidak bergetah seperti kayu kepil, sengon, babelina, akasia dan kayu jati.
                Di Bantul untuk mencari kayu-kayu jenis itu mulai sulit sehingga  dengan karyawannya tidak jarang dirinya berburu kayu ke tetangga kabupaten yang ada di Yogyakarta, Kuloprogo. Bahkan tidak jarang harus ke Wonosobo, Muntilan dan Klaten yang berada di Jawa Tengah.
                Dari desa Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul produk kerajinan kayunya memiliki minat tersendiri. Walaupun produk kerajinan kayu ini tergolong kerajinan yang peminatnya khusus. Tidak semua orang gemar dengan kerajinan berbahan kayu.

                Mila, main-main dengan kayu sampai Malaysia
Namun demikian Mila mengaku memiliki langganan yang rutin memberinya order untuk membuat aneka kerajinan tangan yang terbuat dari kayu. Cukup lama dirinya bekerja sama dengan pengusaha dari Malaysia dan Singapur yang siap memasarka produk kerajinannya. Ada piring, tempat tissu, nampan dan yang lainnya. Tidak tanggung-tanggung sudah lebih dari lima tahun kerjasama dijalaninya.
(sanggar-rama-sinta.blogspot.com)

Mila memang marketing yang gigih. Kayu seolah jadi mainan kesehariannya. Nampak dari kesigapannya menjelaskan setiap produk yang dipamerkan. Dari bibirnya lancar menjelaskan aneka macam produk kerajinannya. Tidak pandang bulu siapa yang datang ke stand pamerannya. Mila dengan antusias menceritakan fungsi, manfaat serta keunikannya. Semuanya terbuat dari kayu, selalu diucapkan dengan tegas dan mantap.
(Foto: Pemkab Bantul)

Bantul memang wilayah yang unik. Warganya pandai membuat sesuatu barang dengan kreasi yang unik dan menarik. Salah satunya Akhyani. Tinggal di Juron, Pendowoharjo, Sewon Bantul, Alhyani memanfaatkan tempurung atau bathok kelapa yang menurut orang lain dianggap tidak ada manfaatnya.
Namun di mata Akhyani yang memiliki brand Yanti Bathok Craft, sisa bathok kelapa merupakan bahan baku yang sangat bermanfaat untuk dijadikan barang lain yang memiliki nilai seni tinggi dan menarik bagi banyak orang.
Tidak heran jika beberapa warga Malaysia dan Belanda tertarik dengan hasil karyanya. Bahkan saat pameran di Belanda Akhyani menceritakan bagaimana orang Belanda sangat menghargai hasil kerajinan tangannya. Karena dari sisa-sisa bathok kelapa yang dianggap tidak berguna  dapat di buat sebuah karya yang memiliki nilai keindahan tersendiri.
Ahyani dengan karyanya (Foto:Ko In)

“Mereka sangat menghargai karya seni khususnya yang dibuat dengan tangan. Maka tidak heran saat saya jual dengan harga delapan kali lipat dari harga biasanya. Mereka langsung membayar tanpa menawar,” cerita Akhyani di sela-sela kesibukanya melayani pengunjung yang antusias mengamat-amati  karyanya.

Bathok bekas “dibuang” ke Jamaica
Beberapa produk seperti tas yang berbentuk persegi empat dan bulat dipajang dengan manis sehingga menyedot pengunjung untuk mampir ke standnya yang berlangsung di Piramid Jl. Paris. Bersama dengan barang lain seperti teko, cangkir dan sabuk.
Pemilik sanggar atau galeri Yanti Bathok Craft ini menjelaskan jika sampai sekarang ada buyer yang sangat berminat dengan produknya sehingga rutin dikirim ke Jamaica. Siapa sangka dari barang yang sering dianggap sudah tidak berguna, dibuang ke tempat sampah. Di tangan Akhyani ternyata “dibuang” sampai Jamaica dalam rupa dan bentuk yang berestetika. 
Alat minum dari bathok (Foto: Ko In)

Kelebihan tempurung atau batok yang tidak berpori menjadi jaminan kualitas produk kerajinan yang menggunakan nama istrinya, Yanti. Pasangan suami istri yang berbagi tugas dalam usaha memajukan hasil kerajinan dari pohon kelapa.
Istrinya, Yanti bertugas sebagai marketing atau pemasaran sementara dirinya, Akhyani memikirkan inovasi produk dan membuat produk yang unik. Karena keunikan merupakan salah satu daya tarik tersendiri jelasnya.
Hasil kerajinan tempurung kelapa Akhyani  terkenal awet karena bahan dasar tempurung yang tidak memiliki pori-pori sehingga aman dari ancaman ngengat atau rayap yang dapat merusak produknya.
Akhyani dan istrinya (Foto:Ko In)

Dalam kesempatan tersebut Akhyani bercerita bagaimana dirinya kaget dengan salah satu buyernya asli Palembang yang khusus datang ke Jogja hanya untuk memotong cangklongan tas yang terbuat dari bathok karena terlalu panjang.    
Akhyani, manakala melihat salah satu produknya yang masih bertahan lebih dari delapan tahun dan masih digunakan untuk acara-acara resmi. Bedanya hanya nampak kusam. Setelah dibersihkan dan dipotong cangklongannya tas tersebut nampak kelihatan baru lagi.
Yani demikian orang biasa memanggilnya, menyarankan untuk membersihkan dengan kain yang sudah dibasahi dengan sedikit minyak goreng. Sebagai cara praktis untuk membersihkan dari kotoran dan biar nampak cerah kembali.
Ketika di singgung bagaimana dengan pemasaran produknya ke Jepang, Yani menjawab sulit karena orang Jepang suka akan sesuatu yang nampak rapi dan praktis. Sementara bathok kelapa ukurannya besar dan tidak praktis karena tidak dapat dibuat lurus.
Tas karya Akhyani (Foto:Ko In)

Untuk produk seperti tas, dompet, sabuk dapat lurus karena dibuat dalam ukuran kecil seukuran benik atau mata baju. Untuk membuatnya perlu dilakukan dua kali dengan alat khusus yang berbeda pula. Dan alat atau mesin tersebut tidak dibuat pabrik sehingga Yani harus merekayasa sendiri.
Walau membuat mesin pembuat benik-benik dari  tempurung kelapa merupakan rancangan dan buatannya sendiri. Yani ternyata tidak pelit dalam berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Dari kiprahnya bersentuhan dengan bathok, Yani kerap diundang menjadi nara sumber atau menjadi mentor dalam berbagai acara pelatihan kerajinan tangan seperti yang diselenggarakan di Papua dan Makasar. Tempat yang melimpah akan tempurung kelapa.
Jika Akhyani merasa kesulitan menembus pasar Jepang. Maka berbeda dengan Sugeng Prayogo pengrajin wayang dari bahan kulit hewan yang melihat potensi pasar khususnya orang Jepang sangat menggemari  kerajinan motif wayang dari bahan kulit hewan.
Produk Sugeng yang didominasi tokoh wayang sudah ekspor ke Jepang. “Mereka suka wayang, mungkin karena motif atau mungkin mereka mengerti filosofinya,” jelas Sugeng yang menamai sanggarnya dengan nama Wahyu Art. Diambil dari nama anak sulungnya. Yang konon membawa keberuntungan atau hoki, katanya sambil bercanda.
Wayangnya sudah tinggal di Jepang
Dalam perbicangan saya dengan Sugeng di standnya, Sugeng nampak memiliki optimisme jika produk kerajinannya masih diminati walau generasi milenial kurang tertarik dengan wayang yang ditampilkan dalam aneka bentuk media. Tidak hanya kulit.
Wayang kulit (Foto: Ko In)

“Namun saya optimis wayang akan tetap menarik apalagi Unesco sudah menjadikan wayang sebagai warisan budaya asli Indonesia dan menjadi mahakarya dunia.” Jelasnya mantap sambil sesekali menunjuk dan memperlihatkan beberapa tokoh wayang ke saya.
Kalau bukan kita siapa lagi yang melestarikan dan menjaganya, tambahnya singkat. Namun benar-benar “Jleb...” istilah milenial.
Dari sanggar kerajinan tatah kulit Wahyu Art, yang berada di desa Kowen, Timbulharjo Sewon, Bantul. Sebagian karya wayang kulit Sugeng sudah menetap atau tinggal di Jepang. Wayang-wayang karyanya mempunyai rumah baru di Jepang menikmati dinginnya udara Jepang .
Sekat buku (Foto:Ko In)

Dengan kecintaanya pada budaya asli Indonesia, Sugeng mendedikasikan dirinya untuk tetap bertahan dengan kerajinan kulit atau tatah kulit khsus wayang.  Kecintaannya pada wayang tidak lepas dari keluarga besarnya yang memang pada dasarnya adalah pencinta wayang tinggi. 
Dengan kreatiftas dan ketelatenannya, Sugeng berusaha terus mempopulerkan wayang ke generasi muda. Salah satu cara dengan membuat penyekat buku yang terbuat dari kulit dengan tokoh-tokoh wayang.
Satu hal yang perlu mendapat apresiasi, agar generasi  milenial tidak lupa jika bangsa ini memiliki mahakarya. Maka tidak heran jika dari Bantul karya-karyanya mendunia.

Kamis, 07 Maret 2019

My Big Wish 2019 is......

(Foto: vectorstock.com) 


My Big Wish di 2019 bukan ingin mengangkat gajah atau tertimpa uang yang jumlahnya jika di satukan segedhe gajah. Tapi ingin menjadi pendengar yang baik bagi orang lain kemudian bersama-sama mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang mereka kemukakan. Sebab tidak sedikit orang yang, gajah. Eh, berat beban hidupnya.
                Bagi orang lain mungkin My Big Wish saya terlalu idealis. Bahkan mungkin ada yang menilai terlalu autopis dan terlalu sok. Tapi biarlah.... Tidak sedikit orang yang pernah mendengar masalah atau persoalan orang lain. Dicurhati teman, tetangga, pacar, ortu bahkan mungkin orang tidak dikenal sama sekali.
                Tapi sudahkah dirimu menjadi pendengar yang baik? Yang nyaman menjadi tempat curhatan hati. Curhatan kejengkelan. Curhatan kemarahan bahkan curhatan beban hutang yang menggunung dan ujung-ujungnya dia ingin pinjam uang.

(Foto:Tribunnews.com)

               
Sejauh mana empati dan simpatimu terhadap  persoalan dan permasalahan mereka? Apa jadinya jika seseorang yang curhat denganmu tapi dirimu tidak merespon dengan baik. Acuh tak acuh ditambah muka bete. Dan akhirnya dia pergi, tidak hanya pergi mencari orang lain yang dapat menjadi tempat curhatan.
                Tapi pergi untuk selamanya. Entah dengan gantung diri, menabrakan diri ke kereta api yang sedang melaju, atau minum racun. Pernah terpikirkan perasaan sesalmu?

                My Big Wish 2019 is .....
                So, My Big Wish sederhana saja. Ingin menjadi pendengar yang lebih baik dan lebih baik dari hari ke hari. Untuk itu butuh alat komunikasi yang baik juga. Tidak seperti sekarang. Handphone sudah kadaluarsa karena baterai sering ngedrop. Akibatnya , kenalan sering ngeluh tidak bisa dihibungi saat bertemu saya.
                Saya hanya bisa berkata, “Maaf.....”.

(Foto:BliBli.com)

                Siapa orang tidak tergerak hati, manakala dicurhatin masalah. Sampai ikut prihatin karena melihat mimik muka yang sedih tapi ujungnya ingin pinjam uang. Mendengar orang atau teman terbelit dalam eneka masalah terkadang tidak sampai hati untuk tidak menolong.
                Jika saat ada uang lebih, dapat memberikan sebagian uang yang ada, walau jumlahnya tidak seperti yang diharapkannya. Paling tidak dapat sedikit meringankan bebannya. Kata pepatah, lebih baik memberi daripada menerima.
Lebih baik lagi jika setiap bulannya mendapat gaji tambahan dari BliBli.com sehingga dapat membantu orang lebih banyak lagi. Tidak harus selalu dalam cash money tapi meringankan beban keuangannya dengan membantu membayar tagihan BPJS umpamanya selama tiga bulan. Ada diskon 5 persen. Nayamul, eh lumayan. Supaya uang yang dimiliki teman atau kenalan dapat dipergunakan untuk hal produktif lainnya. Semoga BliBli dapat memperpanjang periodenya atau meneruskan promo itu.


(Foto:BliBli.com)

                Pepatah mengatakan lebih baik memberi kail. Dan kail atau pancing banyak bentuknya. Sebagaiamana saya berharap BliBli mewujudkan My Big Wish tahun 2019 untuk menjadi  pendengar yang lebih baik dan lebih banyak.

                Tidak sedikit  orang yang memiliki berat beban hidupnya
                Saya berharap lewat My Big Wish 2019, BliBli dapat memberi kail berupa kemenangan agar dapat dibelanjakan alat komunikasi. Tujuannya satu, agar lebih lancar berkomunikasi dengan mereka yang sedang memiliki beban berat.
                Selama dua hari ini, saya terjaga sampai dini hari karena harus melayani dua orang yang butuh curhat. Dengan handphone yang tidak lepasdari alat charger dan konsekuensinya besok pagi saya telat sampai kantor dan saya memberi waktu kepada mereka untuk bertemu di tempat kerja.
                Jujur tidak ada honor, gaji tambahan atau imbal jasa dari mendengar keluhan teman atau orang lain. Saya lakukan dengan suka rela mengingat tidak sedikit orang yang sebenarnya berat beban hidupnya.
(Foto:Ko In)

                Ingin tahu seberapa banyak  dan berat beban yang mereka tanggung? Cobalah belajar mendengar dan peka dengan kondisi teman atau orang yang ada di dekatmu. Maka sesekali hibur mereka dengan kejutan yang tidak terpikirkan oleh mereka.
                Apalagi jika kamu punya kartu kredit OCBC Nisp, beri surprise ke teman dengan barang yang dibutuhkannya. Blibli semua produk di BliBli.com mumpung dapat diskon 10 persen. Ingat, berlaku khusus hari kamis sampai 25 Juli 2019.
(Foto:Blibli.com)

(Foto:BliBli.com)

                Atau ingin membuat karyawan, juga asisten rumah tangga tersenyum. Dengan diam-diam membelikan tiket mudik di BliBli travelFest. Ada diskonnya dan gratis paket umroh. Tidak perlu sayang atau eman untuk berbuat baik. Apalagi jika sudah dapat gaji tambahan dari BliBli.com.
                Mari berbuat baik dan lebih banyak mendengar karena sudah terlalu banyak orang berkata-kata. Dunia ini perlu didengar.




Selasa, 05 Maret 2019

Patjar Merah Buku dan Perempuan

Patjar Merah, Buku dan Perempuan
Patjar Merah (foto:Ko In)

Nafas intelektual  pelajar mahasiswa di Yogya nampaknya belum putus. Walau tidak sedikit pihak yang prihatin dengan kehidupan intelektual pelajar karena cenderung pragmatis. Jauh dari ranah idealis. Ditambah perilaku konsumtif yang meredupkan semangat kepedulian akan masalah-masalah sosial disekitarnya. 
Cafe-cafe tumbuh bak jamur di sudut-sudut kota Yogya, sementara toko buku satu persatu harus menutup etalase dan pintunya rapat untuk selamanya karena sepi pengunjung. Toko buku, yang memiliki sejarah kedekatannya dengan mahasiwa di Yogya, terletak di sisi utara Tugu Yogya, harus mengakhiri cerita manisnya bersama mahasiswa. Tidak hanya tutup tetapi sudah dirobohkan. 
Tugu dan bekas toko buku Gunung Agung(foto:Ko In)
Tugu dan bekas toko buku Gunung Agung(foto:Ko In)
Bermertamorfsa atau bertransformasi , entah? Yang jelas ada aktifitas pembangunan di sana.
Keberadaan Shopping, sebagai pusat buku murah  di Yogya semakin ditinggal mahasiswa. Pelan tapi pasti kios-kiosnya berubah menjadi warung makan, pakaian atau yang lainnya.
Apakah itu pertanda bahwa minat membaca buku dari pelajar dan mahasiswa di Yogya, semakin pudar ? 
Rindu pasar buku (foto: Ko In)
Rindu pasar buku (foto: Ko In)
Pasar Buku
Pasar buku yang ditandai dengan nama Patjar Merah, berlangsung dari tanggal 2  sampai 10 Meret 2019 di Jl. Gedong Kuning 118 Yogya. Irwan Bajang dan Windy sebagai penggagas acara ini ingin membuktikan apakah benar minat baca di Indonesia turun setelah terjadi pergeseran budaya dari membaca buku teks ke digital. 
Pasar buku (foto: Ko In)
Pasar buku (foto: Ko In)
Di hari pertama, kehadiran pengunjung di luar ekspetasi penyelanggara. Yang diperkirakan hanya sekitar dua ribu, jumlah pengunjung ternyata mendekati angka empat ribu.
Apakah ini menunjukkan minat membaca buku pelajar mahasiswa masih tinggi? Sepertinya tidak perlu buru-buru membuat statement masih tingginya minat membaca buku dikalangan pelajar dan mahasiswa di Yogya.
Siapa tahu mereka datang hanya melihat-lihat. Jika membeli mungkin sekedar melampiaskan nafsu konsumtifnya. Belanja dan belanja. Tidak peduli belanja apa saja. Belanja buku mungkin nampak lebih keren dibandingkan belanja barang konsumsi lainnya. Dan nampak intelek atau terpelajar, dapat menambah pencitraan diri di mata teman atau orang lain.
Buku (foto;Ko In)
Buku (foto;Ko In)
Lebih dari delapan ribu judul dan sekitar satu juta eksemplar buku dari berbagai penerbit, dijual di pasar buku Patjar Merah. Harga diskon berlaku di kegiatan pasar ini yang kental dengan nuansa edukasi.
Patjar Merah mengingatkan pada tokoh-tokoh pergerakan. Dan nama itu menjadi tidak asing jika mengetahui latar belakang pengagas kegiatan pasar buku ini di jaman pemerintahan yang sangat represif. 
Tokoh dan buku (foto:Ko In)
Tokoh dan buku (foto:Ko In)
Aktivitas literasi seperti pasar buku dengan kegiatan diskusinya seperti pasar buku Patjar Merah seolah menjawab kerinduan sebagian anak muda dan remaja yang haus akan pengetahuan yang berbobot lewat buku. 
Literasi
Di sela penjualan buku ada acara diskusi yang menghadirkan beberapa nara sumber, yang tidak jauh dari dunia tulis menulis. Ada Joko Pinurbo, Ivan Lanin, Jenny Jusuf, Ismael Basbeth, Max Lane, Trinity dan yang lainnya .
Berbicara tentang diskusi mengingatkan tentang kebiasaan para mahasiswa tahun 80an yang gemar diskusi di warung angkringan selama berjam-jam.  Cukup berbekal uang Rp 5000 boleh duduk dan ngobrol berjam-jam antar sesama pengunjung. Entah sudah kenal atau belum.  Masih sering terdengar obrolan atau diskusi tentang banyak hal.
Menu angkringan(foto:Ko In)
Menu angkringan(foto:Ko In)
Pengunjung angkringan bebas mengemukakan pendapat dari masalah politik, ekonomi atau artis yang terjerat kasus narkoba. Sampai kasus hangat lain yang jadi pembicaraan di media sosial dan televisi. Walau diantara mereka tidak saling kenal. Atau sekedar mendengar rasanan antar mahasiswa tentang dosennya yang susah ditemui, untuk  konsultasi skripsi atau penelitiannya.
Sementara di cafe-cafe, tidak jarang terjadi diskusi seperti di warung angkringan. Namun tidak sedikit pula diskusi yang lebih banyak menonjolkan hahahahihihinya daripada masalah-masalah aktual yang sedang terjadi . 
Mungkinkah cafe-cafe di Yogya mampu menelorkan penulis dengan karya fenomenal, yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan ? Seperti  Jean Paul Sartre dan Simone De Beauvoir  saat ngopi dan ngobrol di cafe Les Deux Magots. Cafe yang terletak di jantung kota Paris Prancis. 
(foto:pixdaus.com)
(foto:pixdaus.com)
Cafe menjadi tempat  favorit diskusi para filsuf dan seniman Eropa pada masanya. Jean Paul Sartre dan Simone De Beauvoir biasa berdiskusi dan menyelesaikan tulisan-tulisannya, di kursi atau spot khusus di cafe Les Deux Magots. Bukan sekedar  berhahahahihihi....... Ada juga filsuf Albert Camus dan seniman Picasso yang kabarnya membuat karya kubisme di tempat ini.
Seseorang  atau individu mampu dan trampil berbicara, menulis, membaca serta memecahkan masalah. Mengeluarkan gagasan atau pikiran karena mampu membaca banyak informasi lewat aneka media, seperti  buku atau  membaca kehidupan. 
Berdiskusi, Kalis dan Jenny (foto:Ko In)
Berdiskusi, Kalis dan Jenny (foto:Ko In)
Oleh karena itu jangan cepat bangga menyebut diri mampu melakukan kegiatan berliterasi jika membaca buku saja jarang. Apalagi membaca kehidupan. Merenungkan dan membawa kehidupan yang telah dijalani, kedalam aktivitas kontempletatif yang melibatkan akal budi.  
Menurut National Institute of Literacy, literasi artinya kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memcahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperluan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sedangkan Education Development Center  menggaris tebali bahwa literasi itu kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Perempuan (foto:Ko In)
Perempuan (foto:Ko In)
Perempuan dan Medsos
Jeny Jusuf dan Kalis Mardiasih di hari kedua kegiatan literasi dan pasar buku Patjar Merah menyampaaikan beberapa pengalamannya terkait dengan media sosial. Jeny Jusuf penulis skenario film Filosofi Kopi , Wonderful Life, Mantan Manten. Mengakui jika dirinya iseng memanfaatkan instagram untuk menaikkan engagement dan follower.
Atas saran seorang teman Jeny fokus dalam salah satu topik bahasan khususnya tentang perempuan. Di sebuah kesempatan, ia lontarkan pertanyaan sederhana yang ditujukan untuk laki-laki dan perempuan lewat instagram. Ternyata memperoleh respon yang cukup mengejutkan, 80 persen yang menjawab pertanyaanya adalah perempuan.
Dari situ, Jeny menyadari bahwa ada banyak persoalan di luar dunianya. Sehingga membuat dirinya tergerak untuk membuat sebuah komunitas yang membuat para perempuan nyaman untuk menyampaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Tanpa takut dikatakan lebay atau dinasehati.
Perempuan dan gaya (foto: Ko In)
Perempuan dan gaya (foto: Ko In)
Jeny tidak menampik jika sejumlah ancaman dari diculik dan dibunuh mampir di akunnya. Dan tidak semua DM dijawabnya. "Bisa mati muda  kalau saya jawab karena jumlahnya ribuan. Dan isi DM kebanyakan tentang putus dengan pacar, belum dapat jodoh  atau karena sudah tidak perawan," jelasnya. 
Sementara Kalis Madiarsih, yang namanya mencuat sekitar dua tahun lalu, terkait isu politik dan sebagai anggota komunitas Gusdurian yang aktif di medsos. Menjumpai  tidak sedikit keanehan atas perilaku pengguna media sosial. 
Kalis bertanya pada dirinya sendiri kenapa orang mudah marah di medsos tanpa alasan tidak masuk akal. Suatu hari orang posting foto bersama istrinya dengan caption yang menyejukkan. Tapi di hari berikutnya share foto atau video politik dengan caption menyeramkan.
Dari penelusurannya, yang bersangkutan ternyata memiliki gelar doktor dari perguruan tinggi di luar negeri. Tetapi mengapa perilakunya di medsos seperti orang yang tidak bahagia dan kesepian. Atau apakah struktur otaknya  berubah? Yang mendapat balasan tawa dari peserta diskusi di Patjar Merah.
Baca (foto: Ko In)
Baca (foto: Ko In)
Mungkinkah sang doktor itu sudah lupa bagaimana cara membaca? Atau perlu mendapat edukasi literasi ?  Entahlah.

Itsmy blog

 It's my mine