BTN Yogya (foto:Ko In) |
"Terimakasih...". Satu kata ingin saya sampaikan di perjalanan waktumu, saat menapaki tahun ke-69. Saya percaya, banyak keluarga Indonesia yang sudah engkau bantu. Bank Tabungan Negara (BTN), engkau membantu ribuan keluarga dalam memiliki rumah.
Salah satunya keluarga saya, masih lekat dalam ingatan saat hari libur. Bapak mengajak saya pergi tanpa menyebutkan tempat tujuan.Hanya meminta saya membawa sapu, cethok, kain pel dan kain pembersih lainnya. Ember dan tidak lupa cidhuknya.
"Mau kemana tho.....?", tanya saya kesal karena diajak pergi harus membawa ember segala. Malu-maluin, pikir saya saat itu. "Ke rumah baru." Jawab bapak singkat sambil menyiapkan sepedamotor.
(Foto:kaskus.co.id)
Saya kaget bercampur senang. Kata malu pun langsung hilang. Suasana hati berubah, saat mengetahui bahwa kami memiliki rumah baru. Tidak lama lagi akan pindah dari rumah lama. Rumah yang kami tempati waktu itu merupakan sebuah asrama.
Satu blok bangunan ditinggali beberapa keluarga. Tidak perlu saya sebutkan jumlahnya tetapi jelas banyak. Halaman depan merupakan halaman bersama dengan tetangga sekaligus jalan. Halaman belakang, juga halaman bersama. Dipakai bersama-sama untuk menjemur baju dan kegiatan lain bersama tetangga kanan kiri. Maklum bapak pegawai negeri yang mendapat fasilitas perumahan di asrama, selama masih aktif dinas.
(Foto: perumnas.co.id)
Rupanya orang tua telah menyiapkan diri untuk memiliki rumah dengan bantuan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi lewat BTN. Tiap bulan gaji bapak dipotong untuk membayar angsuran rumah selama 15 tahun.
Dalam perjalanan menuju rumah baru di atas sepeda motor, bapak sempat bercerita kalau tidak lama lagi bapak akan pensiun. Dan angsuran rumah kurang tiga tahun lagi, untuk itu saya diminta berhemat dalam pengeluaran.
Karena uang pensiun yang diterima bapak sudah tidak sebanyak jumlahnya ketika masih dinas. Saya hanya terdiam sambil meanggukkan kepala tanda setuju. Buru-buru saya jawab "Iya." Saat menyadari anggukan saya tidak dilihat bapak karena posisi saya membonceng di belakang.
(Foto:bibit buah.com)
Tidak lama kemudian, saya sudah berdiri di rumah baru yang masih kosong, kondisi sekelilingnya gersang. Satu dua rumah saya lihat sudah dihuni. "Nanti buat lobang depan rumah. Buat di tanami pohon mangga. Habis itu lantai di pel," kata bapak membuyarkan rasa keingianan tahu saya tentang rumah baru beserta lingkungannya.
Rumah KPR BTN
Setelah itu hampir setiap hari minggu atau hari libur tanpa disuruh orang tua saya ke rumah baru utuk bersih-bersih atau menata hal-hal kecil, agar rumah nampak bersih dan enak di lihat. Dari cabut rumput, menyirami pohon mangga, menyapu halaman rumah dan lantai rumah.
Atau membersihkan kaca jendela, sambil mendengarkan musik dan lagu dari radio yang sengaja kami tinggal di rumah baru. Sebagai hiburan sekaligus teman saat bersih-bersih rumah. Tetangga belum begitu banyak, rumah baru terasa lapang. Selain belum ada barang-barang rumah tangga. Lingkungan juga masih sepi, belum banyak yang menempati rumah-rumah baru di kawasan yang baru juga.
Kantor BTN Yogya (Foto:Ko In)
Banyak kenangan indah di "rumah KPR BTN". Demikian biasa kami menyebutnya. Banyak cerita lucu saat masih bersama dengan adik-adik di "rumah KPR BTN". Rumah itu, kini ditinggali bapak dan ibu. Anak-anak bapak dan ibu sudah berkeluarga, tinggal di luar kota. Tapi masih ada adik saya, yang satu kota dengan orang tua namun sudah memiliki rumah sendiri.
BTN sebagai perusahaan lembaga keuangan salah satunya dalam mefasilitasi kepemilikan rumah lewat KPR tidak diragukan perannya. Tidak sedikit keluarga yang terbantu dengan sistem pemilikan rumah dengan cara kredit, khususnya KPR subsidi.
Walau saya memiliki rumah, tidak sama caranya dengan bapak. Namun saya dapat memiliki rumah gara-gara mengagunakan sertifikat "rumah KPR BTN" bapak sebagai jaminan untuk membeli rumah baru secara cash.
Di "rumah KPR BTN" bapak, tidak ada lagi pohon mangga. Pohonnya sudah tua sehingga harus ditebang. Diganti dengan pohon rambutan. Setiap kali pulang ke "rumah KPR BTN", selalu terlintas kenangan masa remaja. Seperti penggalan-penggalan film yang dimainkan secara cepat dan selalu membangkitkan kesadaran untuk bersyukur kepada Nya.
Sebagian produk BTN (Foto: Ko In)
Satu lagi, setiap kali melewati kantor BTN di Yogya. Kantor itu selalu menarik ingatan saya ke masa lalu. Saat mencabuti rumput atau membuat lobang untuk ditanami pohon mangga di halaman rumah baru, "rumah KPR BTN". Termasuk saat beberapa kali datang ke Bank Tabungan Negara Yogya mengantar beberapa dokumen sebagaimana permintaan bapak.
Sekali lagi, terimakasih BTN. Membantu orang tua saya memiliki rumah. Dan terimakasih secara tidak langsung sudah membantu saya memiliki rumah juga walau dengan cara yang berbeda.
BTN Yogyakarta (Foto:Ko In)
BTN memang pantas disebut sebagai sahabat. Maka kami sekeluarga biasa menyebut rumah orang tua dengan "rumah KPR BTN". Dan saya memiliki keyakinan, tidak sedikit keluarga di Indonesia yang terbantu dapat memiliki rumah lewat fasilitas kredit KPR bersubsidi dari BTN.
Kado untuk BTN
Tepat jika BTN memiliki sebutan sebagai sahabat keluarga Indonesia. Beberapa harapan saya sebagai kado ulang tahun yang ke-69 untuk BTN:
Pertama, dorong konsumen atau debitur KPR BTN bersubsidi khususnya generasi digital dan milenial. Untuk mengetahui lebih cermat fasilitas KPR BTN bersubsidi. Seperti jalan penghubung, drainase, listrik dan ketersediaan air bersih.
Jangan sampai sebagai konsumen termakan janji manis developer atau pengembang saat akan melakukan akad jual beli. Namun saat ditempati ternyata salah satu fasilitas, seperti air bersih tidak lancar atau tidak mengalir sama sekali, walau jaringan air bersihnya ada.
Kedua, BTN harus cermat dalam melakukan pilihan kualitas bangunan terkait dengan list harga serta jenis bahan bangunan yang dipakai dalam membangun rumah. Jangan sampai terjadi penyimpangan antara harga dan jenis bahan bangunan, yang merugikan konsumen atau nasabah BTN.
Ketiga, walau ada inspeksi mendadak dari kantor Kementerian Perumahan Rakyat ke lokasi perumahan yang dibangun pengembang dengan pendanaan dari BTN. Tidak ada salahnya pihak BTN selalu melakukan kontrol kualitas, untuk melihat rumah yang dibangun siap dan layak huni.
Keempat, mendorong generasi digital dan milenial, debitur BTN subsidi atau non subsidi mengetahui hak-haknya memperoleh fasilitas umum (fasum) serta fasilitas sosial (fasos) di kawasan perumahan baru yang di bangun oleh developer atau pengembang. Sebagaimana Peraturan Menteri Perumahan Rakyat nomor 11 tahun 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Pemukiman.
Salah satunya menyebutkan, pengembang wajib menyediakan tanah seluas 30 persen dari total keseluruhan pembangunan dalam site plan sebagai fasum dan fasos. Diantaranya jalan penghubung, drainase, taman bermain, tempat ibadah dan ruang terbuka hijau.
(Foto:satujam.com)
Kado ini mungkin tidak terlalu manis. Karena menjadi sahabat sejati tidak harus selalu memberikan pujian. Terkadang perlu memberikan masukan yang dapat membuka mata serta telinga lebih lebar. Sebagai sahabat tidak ingin melihat sahabatnya terperosok dalam lobang kesalahan.
Demikian pula BTN, sahabat dari keluarga Indonesia. Tidak jarang menegur debiturnya yang terlambat dalam membayar cicilan atau angsuran rumah sehingga harus kena denda. Bukannya membebani atau mempersulit sebagian keluarga Indonesia yang terlambat membayar angsuran. Tetapi sebagai bentuk menjaga hubungan persahabatan agar tetap harmonis.
Agar generasi digital dan milenial juga memahami bahwa persahabatan itu harus didasari dengan ketulusan, keterbukaan, kejujuran dan tanggungjawab
Deal...?
Dirgahayu BTN, jangan lupa untuk selalu menjaga persahabatan dengan keluarga Indonesia. Kapan mampir ke "rumah KPR BTN" orang tua saya? Mumpung pohon rambutannya masih berbuah.
Kado kecil ini ada juga di www.kompasiana.com/koin1903
Tidak ada komentar:
Posting Komentar