(Foto:kicknews.today) |
Apa yang dilakukan terpusat pada upaya memuaskan nafsu untuk mendapatkan perhatian. Pemilu 2019 dan prosesinya merupakan salah satu arena, sekaligus kesempatan individu atau sekelompok orang yang haus dan ingin menjadi pusat perhatian. Lewat cara-cara yang tidak elok dengan menginjak-injak sejumlah nilai. Nilai tentang keadaban serta kesantuan sebagai mahluk yang berakal budi.
Orang-orang kesepian
Sejatinya para pelaku penyebar hoax adalah orang-orang yang kesepian di tengah hingar bingarnya info di dunia maya. Ribuan berita serta informasi yang lalulalang membuat sejumlah netizen melakukan tindak kurang terpuji untuk mendapat perhatian.
(Foto:hoaxes.id) |
Mendekati Pemilu 2019, tidak sedikit foto calon anggota dewan yang terpampang di pinggir jalan. Mereka adalah sebagian orang yang ingin mendapatkan perhatian. Persoalannya kita tidak mengetahui seberapa besar nafsu mereka untuk mendapatkan perhatian.
Tidak sedikit calon anggota dewan, yang tidak jelas jejak rekamnya dalam keterlibatan dan kepedulian membangun masyarakat. Tiba-tiba kini meminta masyarakat untuk memperhatikannya dengan cara memilih, mencoblos gambar atau namanya.
Mereka belum tentu sebagai pelaku penyebar hoax. Namun kita tidak tahu sejauh mana ketahan diri mereka akan godaan untuk tidak menggunakan hoax sebagai strategi memperoleh perhatian.
(Foto: liputan 6.com) |
Tidak salah meluruskan kabar yang miring. Memberikan berita dan informasi yang sebenarnya. Namun pertanyaannya, akan sampai kapan klarifikasi dilakukan jika para penyebar hoax terus menerus menebar hoax dimana-mana.
Strategi kreatif lawan hoax
Strategi meluruskan yang bengkok, memadamkan panasnya hoax dengan menyirami lewat informasi yang benar serta akurat. Merupaka tindakan reaktif bukan antisipatif. Yang hanya akan menghabiskan energi dan pikiran sehingga mengurangi waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain yang lebih produktif serta bermanfaat.
(Foto: tribatranews.polri.go.id) |
- Pertama, memberikan edukasi yang terus menerus kepada masyarakat untuk mengenali ciri-ciri informasi dan berita hoax di media sosial. Edukasi tersebut tidak cukup diserahkan kepada pemerintah. Individu atau komunitas yang anti hoax dapat melakukan edukasi tersebut sesuai dengan kemampuannya.
- Kedua, tidak cukup menjadi “pemadam kebakaran” yang sifatnya reaktif setiap kali muncul hoax. Ramai-ramai memadamkannya dengan memberikan informasi yang benar atau meluruskannya. Adakalanya, hoax perlu dibiarkan. Tanpa tanggapan dan tanpa reaksi dari netizen. Dengan bereaksi, justru itu yang diinginkan oleh para penebar hoax, yaitu perhatian. Biarkan, para penyebar hoax sibuk dengan dirinya sendiri. Sibuk dalam kesunyian serta kesendirian karena tanpa reaksi atau tanggapan dari netizen lainnya.
- Ketiga, menjadi warga netizen yang kritis bermedia. Salah satu cirinya, tidak mudah percaya terhadap segala informasi atau berita yang diperoleh lewat media sosial. Bersikap skeptis, mempertanyakan keaslian dan kebenaran informasi. Baik dari isi, asal-usul informasi, oleh siapa, mencari tahu latar belakang informasi atau berita dan mengapa sampai muncul informasi atau berita seperti yang dimaksud.Pada intinya skeptis itu meragukan segalanya informasi atau berita yang diterima atau tersaji. Ragu dalam hal ini berbeda maknanya dengan pesimis.
- Keempat, netizen atau siapa saja yang memiliki kepedulian untuk memerangi hoax tidak ada salahnya membentuk sebuah grup off line membahas atau berdiskusi ringan terkait perkembangan medsos. Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah hoax. Berdiskusi offline atau copy darat memberi makna berbeda. Secara kualitatif diskusi off line lebih banyak memberi manfaat daripada diskusi secara on line.
(Foto: keresahan.id) |
(Foto:pixabay.com) |
Si Caper
Satu hal yang patut dipahami oleh para pegiat medsos, para penyebar hoax itu sesungguhnya orang-orang yang perlu dikasihani. Dalam perkembangan kepribadiannya sebagai manusia mereka mengalami masalah dengan kurangnya perhatian atau kasih sayang semasa pertumbuhannya.
Manakala memiliki kesempatan, maka diungkapkan rasa sakit hati dan kesendiriannya dengan tulisan yang sifatnya destruktif.
Bertrand Russell filsuf dari Inggris pernah mengatakan, orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak dicintai. Akan berusaha membalas dendam pada dunia, entah dengan mengobarkan perang dan revolusi. Atau menulis dengan cara yang sangat menyakitkan. Hal itu merupakan reaksi akan kepahitan hidup yang dialaminya.
(Foto:kisspng.com) |
(Foto:twitter) |
Agar keberlangsungan pembangunan negeri ini terus berlanjut sehingga tercipta masyarakat yang adil makmur, berkualitas dan bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar