Rabu, 12 Desember 2018

Lipatan, Ikatan, dan Tarikan Dab Anto sampai Huston, Texas

Lipatan, Ikatan, dan Tarikan Dab Anto sampai Huston, Texas
Shibori dari Yogya karya Dabanto (Foto: Ko In

Selembar kain putih polos dibentangkan di lantai rumahnya. Dilihat dan diamati barang sejenak. Tatapannya tajam ke atas kain putih. Sesekali kepalanya meleng ke kiri dan ke kanan. Solah melihat gambar di atas selembar kain katun. 
Tak lama kemudian matanya berbinar seperti memperoleh insiprasi atau ide akan kain katun putih dari jenis primisima. Tangannya mulai melipat sebagian kain, ditekan. Ditekuk , kemudian diikat kuat dengan karet atau benang. Bahkan adakalanya dengan rafia. Beberapa kali tangannya mengambil karet untuk mengganti karet gelang yang putus karena saking kerasnya dia mengikat.
Belum seluruh kain terlipat, Anto pindah ke ujung atau sisi kain yang lain. Dilipat, ditekan, diikat dan beberapa bagian ada yang dijahit dengan tangan. Setelah itu ditarik kuat-kuat.
Kain katun diikat, dijepit dan ditarik (Foto: Dabanto)
Kain katun diikat, dijepit dan ditarik (Foto: Dabanto)
Tenaga dikerahkan, agar ikatan tidak mudah lepas. Tidak heran jika karet atau benang  yang digunakan sering putus.
Ikatan harus kuat
"Ikatannya harus kuat, biar saat dicelup ke dalam cairan pewarna. Ikatan tidak kendor  dan lepas. Sekaligus untuk memberikan efek pola tertentu , sehingga warna dapat menyerap ke bagian yang kita inginkan. Dan supaya tidak masuk ke bagian yang tidak kita inginkan" jelas Arief Andrianto.
Saya hanya terdiam, sambil memagang dagu melihat tangannya terus melipat dan mengikat kain putih. Saya tidak memiliki gambaran sama sekali apa yang nanti nampak di atas selembar kain putih itu. Jujur saya bingung saat itu.
Sayang, rasa penasaran saya tidak terjawab sebab saat saya berkunjung ke rumahnya. Anto belum segera membuka lembaran kain yang telah diberi pewarna. Saat itu cuaca mendung. Nampaknya Anto tidak berani mengambil risiko kain celupan pewarnanya jika dibuka dan di jemur  tidak kering.
Kain katun sudah diberi warna (Foto:Dabanto)
Kain katun sudah diberi warna (Foto:Dabanto)
Anto demikian panggilan akrabnya. Pengrajin shibori dari Yogya yang belum lama menggeluti seni melipat,mengikat dan mewarnai kain. Atau lebih dikenal dengan shibori atau jumputan. Tetapi dalam soal karya atau produk jangan ditanya hasilnya. Ternyata mampu menarik tidak sedikit orang untuk membeli dan memesan karya-karyanya.
Kerja keras melipat,mengikat dan menarik sampai Huston
Orang yang tertarik dengan karyanya tidak hanya dari sekitar Yogya tetapi ada dari Kalimantan dan Papua. Alasan mereka memakai busana atau kemeja shibori karya Anto, untuk dipamerkan kepada kerabat, kenalan dan kolega di daerahnya. Sebab karya shibori Anto memiliki kekhasan dibanding karya shibori lainnya.
Bahkan shibori hasil kerja keras Anto dengan  melipat, mengikat, menjepit, menjahit dan menarik serta sentuhan seni dalam mewarnai kain. Memikat seseorang yang tinggal di Huston, Texas, Amerika Serikat untuk memesan sejumlah shibori karyanya. Tidak tanggung-tanggung 31 lembar kain shibori atau jumputan,  dalam satu bulan mesti Anto kirim ke Huston.
Selama ini Anto mempercayakan pengiriman lewat JNE. Saya bertanya mengapa memilih JNE. Menurut Anto yang memiliki brand produk atau karya dengan nama "Dabanto". Karena saat melakukan pengiriman, dirinya dapat memantau sampai dimana barang kirimannya. Sehingga dapat memberi tahu costumernya sebagai upaya menjaga kepercayaan dan menjaga relasi.
Foto : JNE.co.id
Foto : JNE.co.id
Rumah produksi dab Anto  terletak di Jl. KH. Agus Salim 26 Yogyakarta. Tidak jauh dari Kraton Yogya kira-kira 500 meter jaraknya.
Jika berkunjung ke Kraton atau Taman Sari Yogya dengan bus. Biasanya bus parkir di terminal khusus bus wisata Ngabean. Selanjutnya jalan kaki atau naik becak menuju ke Kraton melewati  Jl. KH. Agus Salim. Salah satu rumah di jalan tersebut,  rumah produksi Shibori karya Arief Adrianto dengan brand "Dab Anto" berada.
Brand Shibori Dabanto (Foto: Dabanto)
Brand Shibori Dabanto (Foto: Dabanto)
"Dab" itu bahasa slank remaja Yogya yang sempat populer tahun 1980an, yang diambil dari huruf Jawa "Ho no co ro ko" yang sudah dibolak balik dengan rumus tertentu. Sehingga kata "dab" itu sebenarnya berarti  "mas".
Anto mengaku belajar kerajinan tekstil shibori hanya coba-coba atau iseng karena ditawari ada pelatihan Shibori. Saya sempat ditunjukkan karya pertamanya. Muka Anto seolah berusaha menutupi rasa malu karena karya pertamanya  jauh dari kata sempurna.
Karya pertama Dabanto (Foto: Ko In)
Karya pertama Dabanto (Foto: Ko In)
Shibori karya Dabanto (Foto:Ko In)
Shibori karya Dabanto (Foto:Ko In)
Shibori teknik dye resist, teknik yang menggabungkan lipat, ikat, tekan atau jepit, jahit dan tarik pada kain. Awalnya dari Jepang. Untuk memanipulasi bentuk supaya warna tidak menyerap ke beberapa bagian kain. Teknik ini hampir sama dengan teknik jumputan di Indonesia. Bedanya, setiap  teknik shibori memiliki nama khusus yang memiliki arti tersendiri.
Saat menekan, menjepit, mengikat menggunakan media bantu dengan seperti stick kayu es krim. Terkadang dengan uang logam atau kelereng. Yang merupakan pengembangan teknik mengikat shibori. Bahkan Anto memanfaatkan serutan es batu untuk membuat pola-pola yang unik.
Standar dan improvisasi karya Dabanto (Foto: Ko In)
Standar dan improvisasi karya Dabanto (Foto: Ko In)
"Serutan es batu dimasukkan ke dalam plastik. Diselubungi kain putih kemudian diikat. Saat es  mencair, serapan kain terhadap warna akan membuat pola yang unik dan menarik," jelasnya dengan penuh antusias.
Berani dengan mix warna
Pemberian warna pada teknik shibori selama ini cenderung menggunakan warna dasar  sehingga hasilnya terkesan monoton. Kurang memiliki daya tarik. "Tidak ngejreng. Aku gak suka yang ngedoff. Aku mencoba bermain warna sementara pengrajin lain tidak berani. Dan ketika mereka melihat hasilnya. Mereka ingin belajar teknik tersebut," ujar Anto .
"Eye catching mungkin istilahnya, dab Anto,"  saya mencoba menimpali.
Saya bingung menjelaskan ke mereka, lanjut Anto. Karena itu hanya berdasar keberanian mencoba-coba dalam teknik pemberian warna. Keluar dari warna-warna dasar yang pakem. Berani mencampur dua warna atau lebih. Hasilnya memberikan pola tersendiri dan ternyata itu lebih menarik.
Bermain dengan kreativitas (Foto; Ko In)
Bermain dengan kreativitas (Foto; Ko In)
"Bukan hanya mencelupkan ke dalam pewarna. Tetapi kadang ada yang di tuang ke atas kain yang sudah dilipat dan diikat. Hasilnya pun tidak akan perisis sama. Sebab saat menuangkan, tergantung banyak sedikitnya tuangan pewarna. Ukurannya hanya lewat  perkiraan," tambah Anto.
Kemampuan kain meresap warna tergantung pada kekuatan lipatan dan ikatan kain. Kekuatan jepitan lipatan dan ikatan juga tergantung pada kekuatan tenaga manusia. Semakin sering mengingkat dan lama biasanya semakin lemah kekuatan ikatannya.  
Shibori cerah karya Dabanto (Foto:Ko In)
Shibori cerah karya Dabanto (Foto:Ko In)
Mixing selera karya shibori Dabanto (Foto: Ko In)
Mixing selera karya shibori Dabanto (Foto: Ko In)
Teknik shibori yang umum, biasanya menggunakan satu warna. Tidak berani mix, memadukan dua warna atau lebih. Jika semua melakukan hal sama maka tidak ada ciri khasnya. Untuk itu Anto terus menerus berimprovisasi dengan warna supaya menghasilkan karya yang lebih menarik.
Bukan berarti apa yang dilakukan tidak mengandung risiko. Kegagalan merupakan kawan bagi orang yang berani mencoba dan berusaha meraih sukses.
Anto menceritakan saat mencoba menemukan warna-warna baru untuk shiborinya. Anto mengaku pernah megalami kegagalan. Dari 27 lembar kain shibori yang diproduksi, gagal 5 lembar. Setiap lembarnya berukuran 250 sentimeter kali 100 sentimeter.
Cerah dan gembira karya Dabanto (foto: Ko In)
Cerah dan gembira karya Dabanto (foto: Ko In)
Namun demikian Anto tidak menyerah. Kain tersebut menjadi bahan percobaan menemukan motif atau pola, termasuk warna baru. Kreativitas serta berani berimprovisasi nampaknya menjadi keunggulan tersendiri bagi dab Anto yang selalu berusaha menemukan hal baru.
JNE menjaga relasi Dabanto dengan customer
Kegigihan nampak dari cara bercerita awal mula mengenal shibori. Setelah mendapat pelatihan bagaimana membuat shibori, tiga bulan kemudian Anto mencoba memberanikan diri untuk memproduksi. Bulan kelima Anto malah  sudah menjadi trainerdalam beberapa acara pelatihan pembuatan shibori. Saat ini, tidak jarang dirinya menjadi tempat dan tujuan untuk diminta timbang saran oleh pengrajin shibori lainnya.
Armada JNE di lapangan (Foto:Ko In)
Armada JNE di lapangan (Foto:Ko In)
Dengan kekuatan dan berani mencoba lewat lipatan, ikatan, jepit dan tarikan karya Anto sudah sampai Huston, Texas Amerika Serikat. JNE menjadi biro jasa pengiriman kepercayaan Anto. Apalagi aplikasi MY JNE dapat diunduh lewat playstore. Sehingga sebagai pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),  Anto dapat melakukan pengecekan biaya atau tarif pengiriman di seluruh Indonesia dan luar negeri.
Fitur My Shipment di aplikasi MY JNE membantu Anto memantau sampai dimana barang kirimannya, jika dapat order kirim ke luar negeri. Mengingat usaha Anto merupakan gabungan antara pekerjaan seni dan bisnis kepercayaan.
Dari Dabanto, kain shibori (Foto: Ko In)
Dari Dabanto, kain shibori (Foto: Ko In)
Anto lebih mementingkan kualitas karya daripada mengejar kuantitas. Produknya dijamin tidak luntur dan kainnya dipilih dari kain katun primisima. Biasa dipakai sebagai bahan batik berkualitas .
Menutup obrolan siang  itu, rumahnya yang tidak jauh dari alun-alun Utara Yogya. Dab Anto berharap di tahun baru 2019, memiliki stok kain banyak, mempunyai pewarna banyak dan memiliki galery .
Sebelum pulang, saya mendapat bingkisan isinya selembar kain shibori karya dab Anto. Warnanya biru. Warna favorit saya. Cihuiiii....... Tahun baru punya baju baru. Terimakasih dab......
 Tentang Dabanto ada juga di www.kompasiana.com/koin1903

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Itsmy blog

 It's my mine