(Foto: Ilustrasi Nasional Kompas)
Isi pesannya sederhana. Pesan itu masih tinggal di telinga walau sudah lebih dari lima belas tahun lalu diucapkan. Dan penyampai pesannya pun, mungkin jasadnya sudah bercampur dengan tanah.
"Jangan pernah mencoba," pesannya pendek dengan tatapan mata sayu. Seolah tidak ada lagi semangat hidup yang terpancar dari matanya. Badannya nampak terus menyusut dari minggu ke minggu walau masih kelihatan segar. Setiap kali bertemu, nampak semakin kurus.
Setiap kali bicara, mulutnya selalu menyampaikan ucapan penyesalan. Seperti seseorang yang masuk ke lobang sangat dalam dan tidak dapat keluar walau berbagai usaha telah dia lakukan. Lobang itu telah menjerat sisa hidupnya.
"Gak mungkin aku menyendiri. Aku butuh teman. Namun setiap kali ketemu dengan mereka. Sengaja atau tidak sengaja. Susah untuk tidak minta dan memakai," keluhnya.
Stop Narkoba (Foto: Ko In)
Wajah beda artis penyalahguna narkoba(Foto: BNN Sleman)
Saya bertemu seminggu sekali dalam upaya pendampingan dengan para pengguna narkoba yang ingin lepas dari perangkap serta ikatan narkoba, yang tidak tampak tapi nyata merusak kehidupannya.
Awalnya, dia kenal narkoba sebagaimana kebanyakan remaja lain. Sifat ingin tahu yang besar. Namun karena kesalahan pergaulan, kesalahan pemahaman dan minimnya pengetahuan tentang bahaya narkoba. Dia terperangkap oleh manisnya bujukan kata "Mencoba". Dari teman atau yang muncul dari keinginan diri sendiri.
Berawal dari hanya mencoba ingin merasakan dan ingin tahu. Saat itulah, hidupnya tergadaikan oleh narkoba. "Mencoba yang lain boleh. Tapi jangan sekali-kali mencoba narkoba".
sumber foto : laakarilehti.fi
Demikian halnya dengan penyalahguna narkoba. Butuh dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Bukan hanya keluarga tetapi juga lingkungan. Termasuk lingkungan studi, pekerjaan dan lingkungan sosial lainnya.
Sebab seseorang yang sudah ketagihan narkoba, dengan hanya mendengar kata yang menunjuk narkoba atau zat psikotropika lainnya. Dorongan untuk menggunakan, mengonsumsi menjadi sangat besar. Bahkan tak jarang, tidak terkendalikan. Berusaha sekuat tenaga memenuhi keinginannya dengan cara apapun. Walau segala macam cara dan bentuk penolakan sudah dicoba.
Jika gagal, maka sia-sia terapi atau upaya yang telah dilakukan untuk menjauhkannya dari napza. Harus mulai dari awal, waktu dan tenaga serta pikiran, menjadi tidak bermakna.
Bantu mereka untuk stop narkoba (Foto:Ko In)
"Adi, sudah meninggal mas. Lima hari lalu," kata Budi dengan nada datar. Saya terkejut mendengar kabar itu, sebab Adi setiap kali bertemu dan bercerita seolah menemukan kembali harapannya untuk sembuh. Terpancar keinginan kuatnya untuk sembuh dalam tiap kata-kata yang diucapkannya.
Adi meninggal karena HIV/Aids yang mendekam di tubuhnya. Penyakit itu diperolehnya diduga kuat saat menggunakan jarum suntik secara bergantian manakala menyalahgunakan napza.
Pesan Terakhir
Jadwal pertemuan rutin dengan Budi tiba namun dia mulai kerap tidak datang. Saya memaklumi karena tubuhnya menjadi sangat rentan dan mudah sakit-sakitan manakala berusaha melawan keinginan mengonsumsi narkoba.
Berharap ketemu Budi tiap minggunya namun berita duka yang sampai ketelinga. Budi meninggal karena over dosis. Teringat jelas pesan singkatnya saat terakhir ketemu. "Jangan pernah mencoba".
(Sumber www.updateahloo.com)
Ilmu dan pengetahuan mengajarkan orang untuk mengerti. Memahami tentang yang baik, yang baru, yang menakjubkan dengan cara santun dan rendah hati. Tentang yang benar atau yang salah. Suara hati menjadi nahkoda yang tidak bosan mengingatkan manakala cara pikir dan bertindak mulai keluar jalur.
Penggunaan narkotika, psikoktropika dan zat adiktif lainnya dan diatur dalam Undang-Undang tersendiri. Seperti tercantum dalam UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
(Foto: BNN Sleman)
(Foto: BNN Sleman)
Lebih khusus, Siti mencermati angka penyalahgunaan narkoba di lingkungan pendidikan yang mencapai 23,7 persen atau sekitar 800 ribu kasus.
Yogya pernah menduduki rangking ke dua secara nasional dalam prevalensi angka penyalahgunaan narkoba di tahun 2008. Rangking tersebut tiap tahun berubah, tidak lepas dari kesigapan aparat dalam upaya melakukan pencegahan dan penanggulangan penyalah gunaan narkoba.
Sembilan tahun kemudian, tahun 2017 Yogya berada di posisi 31, posisi tersebut perlu mendapat apresiasi karena keterlibatan banyak pihak dalam upaya meneyelamatkan generasi muda dari ancaman narkoba lewat berbagai usaha serta kegiatan.
Kepala BNN Sleman (Foto: Ko In)
Perlu perhatian khusus untuk daerah rawan penyalahgunaan narkoba seperti desa yang dekat dengan lokasi kampus, yang banyak mahasiswa atau pelajar.
(Foto: BNN Sleman)
(Foto: BNN Sleman)
Bicaranya pelo atau cadel, kebersihan dan kesehatan diri tidak terawat, sering mengurung diri di kamar mandi dan sering menghindar untuk bertemu dengan sesama anggota keluarga. Menjadi lebih emosional atau agresif. Atau menemukan alat bantu penyalahgunaan narkoba seperti jarum suntik, bong atau alat penghisap.
(Foto: BNN Sleman)
Diantaranya, melakukan kampanye perilaku hidup sehat, menyebarkan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Ikut berperan aktif dalam pencegahan dan menanggulangi peredaran gelap narkoba serta penyalahgunaannya.
Ikut terlibat dalam edukasi dini tentang bahaya penyalahgunaan narkoba kepada siswa, anak-anak atau anggota masyarakat lainnya di lingkungan. Baik lingkungan keluarga atau masyarakat seperti di tingkat desa atau kampung dalam kegiatan rutin bulanan seperti rapat RT atau pertemuan rutin ibu-ibu.
(Foto: BNN Sleman)
Mencoba baca artikel ini di www.kompasiana.com/koin1903 boleh boleh saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar