(Foto:berdikaribook) |
Membaca kata literasi, ingatan ini langsung dibawa ke masa sewaktu umur masih sepuluh tahunan. Liburan sekolah di rumah atau di rumah nenek. Kala itu musim kemarau, ingin main ke rumah sepupu, malas karena terik matahari yang membuat jalanan berdebu dan panas.
Berdiam diri di rumah merupakan pilihan tetapi rasa bosan menjadi musuh utama. Untuk mengatasinya saya membongkar rak buku., yang koleksinya tidak pernah bertambah. Mencari buku dengan harapan ada halaman yang belum pernah dibaca.
(Foto: Tribunnews/floblamor) |
Mengawali dari buku
Buku itu milik ibu yang jadi satu dengan majalah, buku resep dan beberapa buku-buku milik bapak yang isinya terkait dengan pekerjaannya. Waktu itu saya sering membuka-bukanya walau tidak tahu apa maksud dan isi buku itu. Saya cukup puas dengan melihat gambar-gambarnya. Tentang teknik beladiri dan tafsir mimpi plus angka-angkanya.
Kegiatan bongkar-bongkar buku menjadi kegiatan rutin saat memasuki liburan sekolah, jika tidak ada teman untuk diajak bermain karena mereka pergi atau karena cuaca panas. Membuka-buka, membaca ulang hingga hafal isi ceritanya.
Dari sekian buku lama di rumah, ada buku atau majalah pengetahuan populer yang belum saya mengerti isinya. Buku itu biasanya nenjadi teman pengantar tidur, saat siang atau malam. Walau ibu sering marah mengetahui saya membaca sambil tiduran.
(foto:pixabay) |
Keberadaan buku-buku lama yang sudah lusuh sampulnya, secara tidak sengaja menjadikan saya gemar membaca buku. Saat memasuki usia remaja, saya kerap menyewa komik atau membeli majalah remaja.
Seturut perkembangan umur, kemampuan saya dalam memahami aneka macam buku semakin bertambah. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Umum, saya gemar berkunjung ke perpustakaan daerah. Disana saya seperti menemukan kepuasan tersendiri, hampir semua buku menggoda.
Setiap usai pelajaran sekolah khususnya Jumat dan Sabtu, berkunjung ke perpustakaan seperti kewajiban yang tidak dapat ditawar. Apakah saya seorang kutu buku ? Entahlah.
Perpustakaan (foto: ko in) |
Literasi adalah......
Saat ini muncul istilah literasi yang artinya kegiatan bukan sekedar membaca teks dalam bentuk tulisan cetak atau digital. Literasi itu bagian dari aktivitas intelektual seseorang dalam rangka mengembangkan kemampuan akal budinya, supaya menjadi mahluk yang beradab dalam memaknai zaman dengan berbagai perubahannya.
Kemampuan seseorang dalam membaca tanda-tanda zaman tidak mungkin didapat dalam semalam, hanya membaca satu buku sampai selesai halamannya. Sebab kegiatan literasi itu tidak cukup dengan membaca.
Unesco mendefinisikan literasi sebagai kemampuan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung dengan menggunakan bahan tertulis cetak atau digital yang terkait dengan berbagai konteks.
(Foto:slideplay) |
Kegemaran saya membaca berlanjut mendorong saya untuk mengeluarkan pergolakan pikiran serta perasaan dalam sebuah tulisan. Walau awalnya hanya dalam bentuk puisi-puisi cengeng atau galau.
Keberadaan buku-buku tua di rak waktu itu yang sering saya baca berkali-kali pada masa kecil. Menyadarkan saya untuk menyempurnakan, bagaimana cara menumbuhkan kegemaran membaca pada anak-anak saya. Mengingat hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga nasional atau internasional minat baca kita sangat rendah.
(foto:Tirto) |
Saya terbiasa meletakkan berbagai macam buku di atas meja kerja. Bahkan terkadang di tempat tidur sehingga siapa saja yang ada di rumah dapat melihat buku apa yang sedang saya baca. Baik sebagai pengantar tidur atau mengisi waktu luang di rumah. Tujuannya untuk memberi contoh pada anak-anak supaya gemar membaca.
Buku (foto:ko in) |
Peran di keluarga
Beberapa hal yang saya lakukan di keluarga diantaranya:
- Pertama, memberi contoh untuk gemar membaca. Selalu mengisi waktu luang dengan membaca, frekuensi membaca buku lebih banyak dibandingkan dengan waktu untuk menonton televisi atau sibuk melihat layar smartphone.
- Kedua, sering mengajak anak berkunjung ke perpustakaan dengan cara menunjukkan koleksi perpustakaan dan menjadi anggota sehingga memudahkannya untuk meminjam buku yang disukai atau digemari.
- Ketiga, sesekali mengajak anak untuk belanja buku di toko buku. Apalagi saat ada pesta diskon membiarkan anak untuk memilih buku-buku yang disukai.
- Keempat, jika anak menunjukkan rasa malas membaca, saya terbiasa menawarkan diri pada anak-anak untuk dipinjamkan buku jenis apa di perpustakaan.
Maka saat dia kebingungan dalam menentukan jurusan atau fakultas yang menjadi pilihan untuk melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Saya dengan mudah memberikan tiga tawaran kepadanya. Fakultas Peternakan, Kedokteran Hewan atau Kehutanan. Rupanya dia cenderung memilih pilihan terakhir setelah berdiskusi cukup lama.
Saat ini dia sedang menyelesaikan kuliahnya di fakultas kehutanan ditambah dengan kegemarannya dalam memelihara beberapa hewan reptil seperti ular dan iguana, tidak ketinggalan kura-kura.
Iguana (foto:ko in) |
Ular hias peliharaan anak (foto: Ady) |
Komunitas penggemar reptil (foto:Ady) |
Peran di masyarakat
Bagaimana peran saya sebagai dalam mengembangkan budaya literasi di masyarakat terdekat? Mari bersama mengawali dengan membangkitkan kesenangan membaca buku di lingkungan tempat tinggal. Membentuk perpustakaan di kampung atau desa dengan sasaran utama anak-anak. Menjadikan buku #sahabatkeluarga, langkahnya:
- Pertama, menyediakan sarana serta prasarana seperti tempat dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Tidak harus baru tetapi yang masih dapat digunakan atau manfaatkan. Tempat dapat mengoptimalkan balai pertemuan RT atau pos ronda.
- Kedua, penyediaan buku dapat bekerjasama dengan perpustakaan daerah, dimana kita dapat meminta sumbangan buku sesuai kebutuhan untuk mengisi koleksi buku di balai RT atau pos ronda. Tidak sedikit perpustakaan yang dikelola pemerintah daerah menerima sumbangan buku bekas dari masyarakat dalam bentuk bank buku. Sehingga buku tersebut dapat disalurkan kembali ke masyarakat yang membutuhkan.
- Ketiga, menyusun jadwal bersama agar anak-anak di kampung mempunyai waktu yang sama untuk mengunjungi perpustakaan desa atau kampung. Apakah anak-anak akan didampingi orang tuanya atau datang sendiri tergantung perkembangan kemandirian anak.
- Keempat, di periode waktu tertentu membuat kegiatan untuk membuat replika benda atau mahluk hidup seperti yang sudah dilihat atau dibaca dari bahan-bahan yang ada di sekitar. Kegiatan ini dapat dikoordinasikan dengan kegiatan Paud setempat.
Kegiatan Paud (foto: ko in) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar