(Foto: screenshoot) |
Pertanyaan ini tentu muncul di benak para pemilik saham, khawatir saham yang dimiliki harganya jatuh. Kondisi perekonomian yang belum membaik dalam kurun waktu satu tahun ini, tidak ayal membuat was-was banyak orang termasuk para pelaku pasar saham.
Tengok saja dalam sepekan ini di pertengahan bulan Juni 2021, beberapa saham mengalami penurunan harga yang tak kunjung berakhir. Wajar jika pelaku pasar modal cukup resah. Apalagi jumlah penderita Covid-19 terus melonjak akhir-akhir ini. Takut berimbas pada harga sahamnya yang dapat dibanting sampai harga terendah dalam tempo singkat.
Risiko adalah kawan akrab berinvestasi saham. Namun kemampuan akal serta ketrampilan menganalisa situasi serta kondisi, diharapkan dapat meminimalkan kerugian atau risiko. Salah satunya dengan belajar dari pengalaman. Tidak harus pengalaman sendiri, bisa dari orang lain. Termasuk saham lain, bukan saham miliknya.
Salah satunya saham dengan kode BUMI. Saham ini pernah berada di kisaran harga Rp 8000-an. Kini harga saham tersebut tidak jauh dikisaran harga Rp 70-an. Cerita kejatuhan saham BUMI sudah banyak diulas, tinggal ketik saham BUMI di Google. Informasi langsung tersedia.
(Foto screenshoot) |
Namun tulisan ini tidak bermaksud mengulas kembali tentang saham BUMI. Tetapi bagaimana supaya kita tidak terjerembak dalam reruntuhan saham yang harganya terus menerus rontok.
Pertama, pilih saham yang secara fundamental bagus. Saran yang tidak populer sebab sudah banyak yang menyarankan dan cenderung jadi saran yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Kedua, rajin membaca laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan publik yang sudah melantai di pasar bursa.
Ketiga, jeli dan kritis terhadap informasi terkait saham yang dimiliki. Jangan sampai termakan rumor atau sebaliknya. Pekak terhadap informasi yang berharga.
Keempat, lakukan eksekusi yang tepat dan akurat. Supaya tidak terperangkap dalam reruntuhan harga atau sebaliknya kecewa karena harga saham ternyata malah terbang tinggi.
Tidak ada rumus pasti kapan dan berapa kali atau berapa lama harga akan dibanting dan ditarik ulur agar dapat membumbung tinggi. Karena yang pasti dalam pasar adalah ketidakpastian itu sendiri. Nah, selamat berburu peluang, harapan atau kemungkinan.
(Foto: screenshoot) |
Jadilah tahan banting. Salah satunya, terkantuk-kantuk melototi gerakan harga saat pasar sepi. Atau saham yang dimiliki tidak kunjung bergerak harganya.
Lalu bagaimana jika memiliki saham yang dibanting sampai harganya turun jauh ?Kuatkan hati, cutloss atau cutlose atau jual rugi selagi ada kesempatan. Ganti portofolio dengan saham yang lebih prospektif. Tetapi jika sudah tidak memiliki kesempatan jual rugi. Relakan, berharap ada keajaiban yang tidak pasti kapan datangnya. Syukur-syukur keajaiban datang. Namun jika yang datang delisting, ya terima saja karena itu bagian dari investasi dan usaha.
Oleh karena itu jangan meletakkan telur dalam satu keranjang dan sejak awal melakukan transaksi di pasar saham, tanamkan pemahaman bahwa investasi di pasar bursa atau saham, anggap dana hilang-hilangan. Siap rugi. Silahkan ngulik sebentar tulisan Maaf Saya Bukan Manajer Investasi atau Master Investasi di www.kompasiana.com/koin1903.
Semakin banyak membaca, semakin banyak tahu dan ikut mendasari keputusan yang tepat yang dapat diambil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar