Sabtu, 27 Januari 2018

Noe Coffe and Kitchen, Romantisme ala Yogya

Noe Coffee and Kitchen, Romantisme Ala Yogya
Hujan sore hari depan Noe (Foto:Ko In)
Langit berubah cepat menjadi kelabu sore itu. Membuatku was-was menanti kedatanganmu. Sengaja aku duduk di teras Noe Coffee and Kitchen berharap kegelisahanku dapat menahan jatuhnya hujan sebelum dirimu tiba.
Kita sepakat untuk bertemu sore itu di Noe Coffee and Kitchen, Jl. Dr. Wahidin 58 Yogya. Tidak jauh dari perempatan Galeria. Tawaran dari salah seorang barista untuk duduk di dalam, aku tolak dengan nada yang tidak dapat  menyembunyikan kekhawatiranku tentang dirimu.
Akhirnya tetesan air seperti berlomba-lomba menjatuhkan diri dari langit. Ingin membasahi apapun yang ada di atas bumi. Beberapa orang berusaha mengelak dengan berlari mencari tempat untuk berteduh namun usaha mereka jelas sia-sia.
Hujan semakin deras (Foto:Ko In)
Hujan semakin deras (Foto:Ko In)
Jalan, tanah dan trotoar basah. Air ada dimana-mana. Angin pun terasa basah, membuat basah tangan. Refleks kedua tangan saling menyilangkan diri untuk memberikan kehangatan di dada. 
Usaha menghalangi  dingin dengan memakai jaket nampaknya sia-sia karena angin semakin kencang  meniupkan butiran-butiran lembut air. Wajah sore kota Yogya semakin kelabu dan semakin dingin.
Mengingatkanku akan senyummu yang mampu menyingkirkan dinginnya udara diChamps Elysees, Paris waktu itu. Tatapan matamu membuat tubuhku hangat tanpa harus meminum red wine. Di depan kita masing masing ada secangkir hazelnut latte  menemani  obrolan kita tentang  Albert Camus  dengan novel  La Peste,Sampar.
Cerita tentang manusia yang eksistensial namun sekaligus  mengalami keabsurditasan hidup yang tidak terelakkan. Sesekali  kita tersenyum bersama ngrasani Picasso dengan kubismenya.
Hazel nut latte, Noe Coffee and Kitchen (Foto:Ko In)
Hazel nut latte, Noe Coffee and Kitchen (Foto:Ko In)
Hujan semakin lebat, disertai tiupan angin yang membuyarkan kenangan rindu akan dirimu. Memaksaku untuk pindah ke dalam Noe Coffee and  Kitchen, dalam kecemasan mengharap kehadiranmu segera karena hujan semakin deras. Sebuah  pesan masuk  di gadget. Tertulis "Otw  ", namun tetap tidak mampu menghilangkan kecemasanku akan dirimu .
Senyum dan sapaan ramah Tommy Wardhana, supervisor Noe Coffee sejenak melupakan kecemasan itu. Diganti dengan rasa penasaran karena banyaknya unsur rusa kutub dalam dekorasi cafe ini. Kemana mata memandang selalu ada rusa bertanduk.
Daftar menu (Foto:Ko In)
Daftar menu (Foto:Ko In)
Dari sampul daftar menu yang sederhana tetapi menarik. Menonjolkan perpaduan unsur warna  hitam dan putih. Berhiaskan gambar kepala rusa bertanduk berwarna putih dengan dasar hitam.
Buku tertata rapi di salah satu sudut ruang dengan beraneka macam judul. Mengesankan cafe ini cafe yang smart, bukan sekedar cafe tempat ngobrol dan tempat minum kopi sambil menghabiskan malam.
Kembali teringat dirimu yang belum muncul di Noe Coffe and Kitchen. Kecemasanku kembali hadir sekaligus mengingatkan dirimu saat kita berdua menikmati kopi di salah satu cafe di Avenues des  Champs Elysees.
Nada bicaramu sedikit tinggi saat kita ngobrol tentang  Huis Clos,Pintu Tertutup  tulisan Jean Paul Sartre. Mungkin rasa eksisitensimu terganggu oleh naskah drama yang pernah ditulis Sartre, yang begitu ekstrim mengartikan kehadiran orang lain terkait eksistensi.
Rusa ada dimana-mana (Foto:Ko In)
Rusa ada dimana-mana (Foto:Ko In)
Buku, Rusa, pintu terutup dan Noe (Foto: Ko In)
Buku, Rusa, pintu terutup dan Noe (Foto: Ko In)
Boleh jadi kehadiran orang lain mengganggu eksistensi menurut Sartre. Tapi tidak dengan kehadiranmu. Eksistensimu sangat diharapkan karena keberadaanku di Noe Coffee and Kitchen akan menjadi lebih berarti jika ada dirimu. 
Terbesit keinginan untuk melihat masa depan lewat aneka ramalan kartu Tarot tentang relasi kita. Akankah tetap rapi dan saling berdekatan seperti jejeran rusa di dekat meja kasir.
Sejumlah rusa berjejer rapi, badannya tertera nomor, yang dijadikan sebagai penanda nomor pesanan atau nomor antrian saat memesan menu yang disediakan di Noe Coffee and Kitchen.
Penanda order (Foto:Ko In)
Penanda order (Foto:Ko In)
Tommy menjelaskan filosofi tentang rusa di Noe Coffe and Kitchen. Rusa yang bertanduk panjang dan bercabang menandakan adanya pergantian dan pertumbuhan.
Pertumbuhan menjadi harapan Noe Coffee and Kitchen untuk selalu tumbuh dan berkembang usaha cafe ini, sehingga menumbuhkan income atau pendapatan bagi masyarakat sekitar cafe Noe berada.
Rusa di tembok (Foto:Ko In)
Rusa di tembok (Foto:Ko In)
Salah satu ruangan di Noe cafe tidak lepas dari gambar rusa bertanduk, mewarnai dinding sebuah ruangan yang dapat digunakan untuk pertemuan bisnis atau disksusi dengan rekan-rekan sesama mahasiswa. Dalam rangka membuat project tugas kuliah atau mengembangkan ide-ide kretif lainnya.
Ngobrol berkualitas kadang tidak terasa menghabiskan banyak waktu. Noe mencoba mengakomodasi kebutuhan pengunjunggnya dengan membuka jam operasi cafe dari pukul 09;00 sampai 02;00. Silahkan menikmati malam atau malam yang nikmat ?  Night of Enjoyment, NOE.
Tiba-tiba aku lihat dirimu berdiri di depan pintu Noe Coffe and Kitchen dengan wajah yang menampakan keletihan, sebagian rambutmu basah tetapi tatapan matamu mengambarkan kerinduan. Hari mulai gelap tetapi nampak terang karena sinar dari berbagai macam lampu.
Senyummu menghadirkan kehangatan. Sejenak berdua kita saling membisu. Tatapan kita saling berbicara tanpa suara namun tetap dihiasi senyum yang saling menghangatkan hati.
Tak lama kemudian kita bicara bukan tentang Jean Paul Sarte. Tetapi tentang menu yang akan dipilih.
Menu (Foto:Ko In)
Menu (Foto:Ko In)
Noe's Onion Ring menjadi teman obrolan kita malam itu. Sebelum menikmati main course. Kita bicara tentang waktu, tentang malam dan tentang hitam serta pekatnya kopi.  
Noe's Onion Ring (Foto:Ko In)
Noe's Onion Ring (Foto:Ko In)
Coffee (Foto:Ko In)
Coffee (Foto:Ko In)
Kita berbicara tentang banyak hal dan akhirnya menenemukan apa yang kita perlukan selama ini.
We all need love and coffee (Foto: Ko In)
We all need love and coffee (Foto: Ko In)
Kopi dan malam kawan yang sulit dipisahkan. Akan selalu ada cerita diantara mereka. Akan selalu ada cahaya dalam gelapnya malam. Keberadaanmu, eksisitensimu tidaklah absurd.
Ada terang di malam (Foto:Ko In)
Ada terang di malam (Foto:Ko In)
Lupakan sejenak tentang Albert Camus dan Jean Paul Sartre yang pernah kita obrolkan di sebuah cafe di  Avenues des  Champs Elysees. Tapi ingatlah akan pentingnya sebuah harapan. Kita nikmati malam di Noe Coffee and Kitchen dengan kopi dan aneka cemilan. Kita ngobrol dengan hati, Honey

Nikmati tulisan lain sambil ngopi di www.kompasiana.com/koin1903 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Itsmy blog

 It's my mine