Jumat, 06 Agustus 2021

Bye-Bye Antre

 

(Foto: tokopedia.com)


Dalam perjalanan pulang, teringat belum membayar tagihan listrik. Hari itu tanggal 20, batas akhir pembayaran, jika tidak ingin kena denda di bulan depan atau diputus aliran listrik ke rumah. Bergegas kendaraan saya pacu untuk mencari mini market terdekat. Sesampainya di sana, tutup. Astaga, waktu sudah mendekati pukul 22:00.


Saat itu saya menyadari kebodohan dan lupa jika membayar tagihan listrik dapat dilakukan di rumah, pada jam berapa pun dengan handphone atau smartphone. Ini semua tidak lepas dari pemanfaatan teknologi digital yang semakin memudahkan kita membayar angsuran atau iuran tepat waktu. Agar tidak terkena pinalti atau denda.

Sambil istirahat sejenak di depan mini market yang sudah tutup, untuk menenteramkan hati. Saya buka handphone. Tiba-tiba kembali teringat struk bukti pembayaran berisi nomor ID pelanggan tidak dibawa. Tetapi kecemasan segera berlalu karena nomor sudah terekam di handphone manakala membuka aplikasi pembayaran on line. 

Demikian pula nomor-nomor penting sudah tercatat dan tersimpan khusus guna memudahkan dalam melakukan berbagai jenis pembayaran tiap bulannya. Tidak lagi mengandalkan buku catatan atau blocknote.

(Foto: jakantikus.com)


Sebagian orang dapat memahami kegelisahan dan kebingungan menghadapi masa transisi dari era kertas ke era digital. Tulisan atau catatan di kertas sudah tidak lagi menjadi bagian penting karena semua pekerjaan dan transaksi dapat dilakukan secara digital lewat perangkat kecil bernama smartphone atau handphone.

Beberapa transaksi keuangan dapat dilakukan secara on line, tidak harus datang ke bank. Bahkan rapat atau meeting tidak harus bertatap muka. Sesuatu yang sudah terbayangkan lewat film-film. Tetapi tidak menyangka terjadi dengan cepat.

Era digital memberi perubahan, khususnya dalam hal kecepatan serta efisiensi. Membayar tagihan listrik, tidak harus datang ke Balai Desa, Koperasi Unit Desa atau ke kantor PLN terdekat dengan membawa struk atau bukti pembayaran bulan sebelumnya. Sesampai di tempat masih antre, apalagi jika tanggal mendekati batas akhir jadwal pembayaran. Mesti lebih sabar waktu yang dibutuhkan dapat memakan hampir satu jam.

(Foto: semarak.co)


Belum lagi kalau lupa, akhir pembayaran jatuh di tanggal merah atau hari libur nasional. Tidak ada kata ampun selain harus menerima denda di bulan berikutnya. Maka maklumi jika generasi Baby Boombers seperti saya tiba-tiba terlihat gelisah saat sore menjelang akhir jam kerja. Terbiasa dengan budaya batas akhir atau tanggal jatuh tempo patokannya jam kerja. Itu dulu. Bye-bye antre.

Di era digital, tanggal jatuh tempo pengertiannya masih sama. Cuma waktunya yang beda. Yaitu tepat pukul 23:59 bukan jam tutup kantor. Tidak tepat pukul 16:00, kadang lebih cepat atau lambat. Era digital memudahkan setiap orang melakukan transaksi kapan dan dimana pun berada.

Waktu yang diperlukan relatif singkat, saat bertransaksi. Tidak hanya terkait membayar tagihan listrik tetapi juga pajak bumi bangunan (PBB), pajak kendaraan bermotor (PKB), angsuran, iuran atau transfer uang. Tidak perlu membawa uang tunai ke bank dan antri mendapatkan pelayanan. 

Era digital sudah merebak keberbagai bidang layanan jasa dan usaha di tanah air. Ini tidak lepas dari peran PT. Telkom Indonesia sebagai unit bisnis yang memberi layanan digital proaktif, inovatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di lingkungan industri atau usaha.

(Foto:swa.co.id)


Kemudahan transaksi di malam hari sebagaimana saya alami tidak lepas dari buah kerja keras divisi Enterprise Service melalui Telkom Digital Solution, yang menyediakan layanan Digital Ecosystem Solution secara terintegrasi dengan mengedepankan Costumer Experience dan Business Value terbaik demi kepuasan pelanggan. 

Pengalaman kecil saya terlihat sederhana. Tetapi sangat berarti karena dengan sistem digital memudahkan dan memberikan solusi yang cepat akan sebuah kesulitan. Hanya gara-gara lupa. 

Namun dari hal sepele ini, digitalisasi membantu masyarakat dan memudahkan aktivitas kesehariannya. Dari masalah bisnis atau usaha, kesehatan, pendidikan. Kebutuhan informasi, sampai pada kegiatan yang terkait dengan hobi dan olahraga.

Demikian halnya saat membeli bahan bakar di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), kini semakin berkurang kekhawatiran dicurangi oleh oknum petugas SPBU sebagaimana saat masih menggunakan sistem analog. Petunjuk pengisiannya dengan angka yang berjalan dari atas turun ke bawah.

(Foto:republika.co.id)


Belum lagi kalau kita lengah tidak mengawasi perubahan angka tersebut. Bisa jadi dalam tempo singkat angka yang tertera sudah menunjuk jumlah yang kita beli tapi isi bensin atau bahan bakar dalam tangki kendaraan belum seperti apa yang kita perkirakan.

Ini pernah saya alami sendiri saat mengisi bensin di sebuah SPBU di Yogya. Saat itu saya bilang tiga liter kepetugas, kemudian saya sibuk mengambil uang dari dompet tanpa memperhatikan pergerakan angka di mesin pengisi bahan bakar.

Selesai saya mengambil uang selesai juga petugas mengisi bensin, tapi saya melihat tangki sepeda motor belum terlihat bensinnya. Saya komplain namun petugas ngotot sudah mengisi sesuai takaran dari petunjuk angka di mesin. Saya malas beradu mulut dengan petugas bersangkutan karena antrian pembeli cukup panjang. Saya kemudian mencari petugas pengawas SPBU atau yang terlihat senior dan menceritakan apa yang saya alami. 

(Foto: harapanrakyatonline)

Anehnya tanpa banyak kata, petugas senior tersebut meminta saya membuka tangki sepeda motor. Kemudian mengisi penuh bensin ke tangki bahkan sempat luber karena tanpa memperhatikan angka meteran.

Hal seperti itu sekarang sudah tidak ditemui. SPBU tersebut juga sudah tidak ada dan berubah jadi taman kota. Hak sebagai konsumen terpenuhi dengan sistem digital, membuat jumlah bensin yang kita beli semakin tepat ukurannya saat masuk ke tangki kendaraan. 

Sistem digitalisasi memberi berbagai kemudahan, sebagaimana saya alami saat membayar tagihan pemakaian listrik. Digitalisasi memberikan keakuratan ukuran saat membeli produk seperti bensin. Sebagai konsumen semakin terlindungi hak-haknya karena sudah membayar dan mendapatkan barang sesuai ukuran atau takaran.

Pengalaman di atas merupakan sebagian kecil manfaat digitalisasi di sekitar kita yang dilakukan oleh Telkom. 

Telkom aktif melakukan digitalisasi dibidang pendidikan, keuangan dan perbankan. Termasuk berperan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan kesehatan lewat sistem digital yang terintegrasi. 

(Foto: telkom.co.id)

Digitalisasi sektor bisnis dan industri sudah merupakan tuntutan zaman. Dari industri media, pekerjaan di pelabuhan dan pengaturan sistem logistik yang cepat dan tertata. Menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar.

Telkom juga menawarkan berbagai layanan yang solutif kepada masyarakat, kalangan industri dan pengusaha serta perkantoran. Diantaranya, upaya melakukan kegiatan pengalihdayaan sebagian proses bisnis perusahaan kepada pihak ketiga. Guna efsiensi biaya dan minimalkan risiko.

Termasuk infrastruktur IT (Informasi dan Teknologi) yang sangat penting sehingga diperlukan solusi layanan data center dan cloud yang aman dan handal, dengan ketersediaan koneksi yang tinggi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Itsmy blog

 It's my mine