Rabu, 09 Juni 2021

Begini Cara Bicara Menarik di Depan Publik

(Foto: gtofreel)

Berbicara menarik di depan publik itu susah-susah mudah. Perjumpaan dengan orang lain, salah satu cara membangkitkan rasa percaya diri dan sarana membiasakan diri agar bicara menarik. 

Namun, pandemi Covid-19 membuat sebagian orang gagap bergaul. Kehilangan cara bagaimana harus memulai bicara, setelah cukup lama tidak saling jumpa.

Bagi beberapa orang, ada atau tidak ada pandemi Covid-19, cukup sulit untuk bicara di depan publik atau orang banyak. Apalagi saat ini, orang merasa lebih mudah "berbicara" lewat perangkat komunikasi, seperti handphone. Lancar menuliskan kata-kata termasuk menyampaikan pendapat atau gagasan. Tetapi tidak jarang terjadi miskomunikasi, penyebab salah satunya apa yang ditulis kurang mewakili dengan apa yang ingin diutarakan atau disampaikan.

Komunikasi sehat intinya perjumpaan atau saling tatap muka. Mengerti dan menguasai topik perbincangan atau percakapan, sehingga obrolan terasa hidup. Memperkaya pengetahuan dan mendorong mereka yang terlibat dalam perbincangan, mendapat ide atau gagasan, informasi sekaligus terinspirasi.

Bagaimana bicara di depan publik atau di depan banyak orang menarik ? Sebagaimana saat kita berbicara dengan dua atau tiga orang teman saja.

Bicara menarik (bisnis.com)


Persiapkan diri

Segala sesuatu mesti dipersiapkan. Walau cuma berbicara, persiapan tetap diperlukan. Apalagi berbicara di depan banyak orang, menjadi pusat perhatian dan harus mampu mempertahankan perhatian orang-orang untuk  terus mendengar kita saat bicara. Tidak beralih perhatian.

Pertama, menguasai materi atau memiliki banyak informasi, terkait tema atau topik yang akan disampaikan. Ini wajib dan tidak dapat ditawar. Namun patut diingat, menguasai materi saja belum tentu dapat menjadi pembicara yang menarik.

Cara kedua menjadi pembicara menarik. Harus memiliki kemampuan berbicara lantang dengan artikulasi pengucapan kata-kata yang jelas. Walau sudah dibantu oleh mike atau alat pengeras suara. Berbicara di depan orang banyak, tidak harus selalu keras. Apalagi dengan cara berteriak. Sebab akan membuat orang tidak jenak atau nyaman saat mendengar.

Bicara lantang (ronapresentasi.com)


Oleh karena itu perlu sering latihan olah nafas dan suara. Ini tips atau cara ketiga. Berlatih menarik nafas dalam-dalam, menahannya berapa detik kemudian melepaskan atau menghembuskan secara pelan-pelan. Diselingi senam mulut sambil mengucapkan lima huruf hidup. "Aaaa.... Eeee.... Iiii.... Uuuu....Oooo....". Biasakan saat mengucapkan kata atau huruf tersebut mulut terbuka lebar.

Keempat, mampu memainkan tempo saat mengucapkan kata-kata. Tujuannya, agar orang yang mendengar tidak bosan. Tetap tertarik dengan setiap kata yang kita sampaikan.

Kelima, bawa catatan kecil berisi kata atau kalimat inti apa yang akan diucapkan. Tidak ada salahnya membawa contekan. Sebab di depan banyak orang, adakalanya kita lupa atau kehabisan kata-kata. Saat itulah catatan menjadi penting. Satu kata atau kalimat yang terdiri dari tiga sampai lima kata, kerap mengembalikan ingatan, apa yang akan diutarakan.

Catatan ini boleh di atas kertas atau handphone. Tinggal senyamannya dan tergantung kebiasaan. Selain untuk mengingatkan, catatan kecil tersebut berfungsi mencatat kata-kata menarik yang muncul saat berbicara di depan forum atau di atas mimbar. Pada gilirannya, kata kunci tersebut dapat menjadi materi tambahan yang harus disampaikan ke audiens. Kata-kata kunci itu bisa datang dari pikiran sendiri atau  dari peserta atau audiens yang ada di hadapan kita.

Kertas contekan (ayosekip.blogspot.com)


Tips keenam, jangan lupa murah senyum. Senyum membuat orang yang melihat senang, sekaligus merasakan ada aura persahabatan. Menjadi gampang diterima oleh siapa saja, sehingga memudahkan berinteraksi.

Ketujuh, memelihara pikiran positif dalam setiap keadaan dan suasana saat berbicara di depan orang banyak. Pikiran yang positif dan baik, akan membawa pengaruh yang baik pula pada orang yang berada di sekitar kita. 

Hal ini membantu dalam membangun kesamaan frekuensi komunikasi, menghilangkan prasangka atau pikiran buruk yang dapat merusak suasana.

Delapan, siapkan pertanyaan sederhana. Terdengar sepele bentuk pertanyaannya namun tidak mudah ditebak apa isi jawabannya. Dengan mengambil contoh kasus atau peristiwa ehari-hari yang sedang jadi perhatian publik.

Sembilan, lakukan manajemen waktu saat bicara. Pada menit awal isi dengan memberi salam dan pengenalan diri. Jika perlu  mengenal beberapa orang audiens kita. Secara perwakilan, satu persatu atau acak sesuai kondisi di lapangan dengan memperhatikan jumlah serta tempat. Ini berfungsi untuk mencairkan suasana atau ice breaking.

Setiap pembicara yang berpengalaman memiliki kerangka atau daftar topik yang akan disampaikan atau dikemukakan kepada audiensnya.

Tiga bagian utama seperti sudah hafal diluar kepala. Pembukaan, isi dan penutup. Kertas contekan diperlukan untuk lebih mempertegas menit keberapa topik tertentu disampaikan. Di pertengahan atau diakhir bagian. Atau seberapa banyak dan dalam kondisi seperti apa improvisasi harus dilakukan, demi menghidupkan suasana dengan memperhatikan alokasi waktu.


Persiapan di "medan perang"

Menjadi pembicara yang menarik tidak hanya mempersiapkan diri dengan materi atau bahan yang akan disampaikan. Tetapi perlu memperhatikan dan mengetahui medan atau kondisi lapangan, tempat dimana kita akan berbicara. Syukur-syukur kalau kita sudah mengetahui siapa dan darimana orang-orang yang akan mendengar omongan kita.

Ruang meeting (xwork.co)


Tidak ada salahnya, kita perlu melihat kesiapan teknis lapangan, tempat dimana kita akan bicara. Untuk itu perlu beberapa hal yang harus diperhatikan.

Usahakan datang lebih awal di lokasi, sebelum audiens atau peserta datang. Tujuannya, agar mengetahui kondisi lapangan atau "medan perang"yang harus kita hadapi. Ingat, kita harus mampu menguasai atau mengenal tempat dimana kita akan bicara. Selain mengontrol dan mengatur audiens supaya tetap terpusat perhatiannya pada kita.

Dengan datang lebih awal, kita mengetahui tempat duduk di bagian mana yang membuat audiens tidak nyaman, tidak jelas mendengar saat kita bicara. Atau saat mereka tidak mendapat perhatian dari kita, manakala kita berdiri di depan atau di tengah-tengah mereka.

Menarik (liputan6.com)


Datang lebih awal membuat kita mengerti kondisi ruangan atau lingkungan yang akan jadi tempat kita bicara. Apakah tempatnya luas, terbatas, ventilasi udara mendukung. Ada atau tidak pendingin ruangan. Bagaimana dan disebelah mana posisi atau letak kursi peserta.

Apakah setting tempat duduk audiens memungkinkan kita mobile atau harus duduk terus selama acara berlangsung. Atau hanya bisa berdiri di satu titik karena tidak memungkinkan untuk dekat dengan audiens.

Hadir lebih dahulu di lokasi, secara psikologis membantu meningkatkan rasa percaya diri. Dapat lihat satu persatu peserta berdatangan, secara tidak langsung menghilangkan ketegangan bagi diri sendiri sebagai pembicara. 

Disamping itu, menyambut kedatangan tamu memberi kesan ramah dan menarik kepada setiap peserta yang datang, walau hanya lewat anggukan kepala, sapaan atau salam.

Sapaan, secara tidak langsung menunjukkan kesiapan. Apalagi disertai pasang muka manis kepada siapa saja yang datang. Hal itu sudah menjadi penilaian tersendiri dimata peserta yang hadir.  

Ramah (idntimes.com)


Akan terasa berbeda jika kita sebagai pembicara datang saat peserta atau audiens sudah siap di tempat duduknya masing-masing dan terlihat menanti dengan raut muka sudah tidak sabar. Ingin rasanya beranjak dari tempat duduknya.

Butuh energi dan perhatian lebih untuk mengangkat rasa ketertarikan audiens, supaya memperhatikan kita. Kecuali jika anda publik figur yang cukup dikenal dan memiliki rupa dan "cashing" menarik.

Namun jangan khawatir, walau kita tidak memiliki penampilan yang menarik. Kita tetap bisa membuat orang lain tertarik pada saat kita bicara. Intinya terletak pada kemampuan menjaga antusiasme lewat materi yang kita sampaikan, dari awal sampai akhir acara tersebut. Menjauhkan mereka dari rasa bosan.

Jika acara berakhir, jangan lupa menyampaikan permohonan maaf selama menjadi pembicara karena ada hal yang kurang berkenan. Jaga keramahan pada setiap orang tidak hanya di depan peserta, publik atau audiens tetapi juga kepada siapa saja yang dijumpai di lokasi acara. Jangan lupa ucapan terima kasih.

Maaf dan terima kasih (talikanews.com)


Tips terakhir dari saya, jika sudah mengetahui cara atau tips-tipsnya. Lakukan atau praktikan, jangan berhenti sekedar menjadi pengetahuan di angan-angan atau di kepala. Semoga tips atau Cara Bicara Menarik di Depan Publik bermanfaat. Dan dapat meningkatkan performa diri, sehingga membuka peluang pasar dan usaha anda.

Mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan. Terima kasih.












Senin, 24 Mei 2021

Kalyana Resort, Tempat Inap Penuh Berkat



Mendengar atau membaca kata resort, langsung terbayang sebuah penginapan yang kanan- kirinya diisi dengan pemandangan alam yang indah. Berbagai fasilitas yang membuat pengunjung atau tamu betah untuk tinggal berlama-lama.


Pengalaman yang membawa kesadaran untuk selalu bersyukur. Gara-gara ajakan @kamoeloo untuk menginap di Kalyana Resort bersama beberapa blogger dari Jogja. Penginapan di salah satu vila dengan tiga kamar yang berkesan mewah dan lengkap dengan fasilitas. 


Ada juga ruang keluarga yang kami gunakan untuk ngobrol hingga larut malam. Ditemani udara dingin yang datangnya diam-diam menyelinap dari bawah pintu. 


Lingkungannya bersih dah tertata apik, ditambah banyak pepohonan yang membuat kami serasa ingin langsung duduk di depan balkon kamar. Sambil melihat jauh kedepan banyak pohon bergoyang kiri-kanan yang mengikuti kemana angin bertiup.


Musim kemarau sudah memasuki Yogya, udara dan hawa panas yang mengantar kami selama perjalanan, dari tempat kami masing-masing. Seperti berlalu tanpa pamit diganti dengan kesejukan, saat sampai di resor. Bahkan salah satu anggota rombongan kami, yang ingin berbaring di tempat tidur, sambil melihat pemandangan di luar.


Tapi saya yakin, kalau dia dibiarkan berbaring. Sebelum 5 menit menatap indahnya alam, dia pasti sudah pules. Tidak yakin…? Coba buktikan sendiri dengan menginap di Kalyana Resort. Letaknya di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Jl. Kaliurang Km. 22,3 Yogyakarta.


Untuk mencapai kesana mudah. Kendaraan pribadi atau umum semuanya bisa. Jika posisi dari di Titik Nol atau Tugu Yogyakarta, waktu tempuh yang diperlukan sekitar 45 menit sampai 55 menit. Eh, tapi tergantung kondisi jalan juga ya. Waktu musim liburan dan akhir pekan kemungkinan sedikit lebih lambat.


Harap dimaklumi di Yogya jalannya kecil tapi jumlah kendaraan banyak dan hampir tiap jalan terdapat lampu traffic light.


Perjalan ke arah Utara sejak dari Kota Yogya, menuju Kalyana Resort sebetulnya cenderung naik atau menanjak. Tapi tidak banyak menyadari yang menyadari. Kecuali jika sudah sampai daerah Besi Jl. Kaliurang dan setelah pasar Pakem. 


Demikian pula perjalanan dari Tugu ke arah utara sebenarnya naik. Jika menaiki sepeda akan terasa lebih terasa, apalagi usai melewati perempatan Monumen Jogja Kembali dan melewati perempatan Jl. Gito Gati, tenaga untuk mengayuh sepeda mesti ditambah.


Jika naik sepeda motor perubahan suhu udara akan lebih terasa manakala sampai jalan tersebut, terasa lebih sejuk. Ini tidak lepas masih banyaknya pepohonan dan tempat yang sedikit lebih tinggi. Saat menuju kaki Merapi


Sekali lagi usai melewati Pasar Pakem atau Rumah Sakit Grathia, jalan akan lebih terasa menanjak. Hotel, vila dan penginapan mulai banyak di jumpai. Perjalanan menuju Kalyana Resort, barangkali seperti perjalanan di puncak.



Sesampai di tikungan kedua atau ketiga dari pasar Pakem. Saya harus mengurangi kecepatan, sebab letak Kalyana Resort berada di jalan kecil tepat berada di tikungan Jl. Kaliurang Km 22. 


Jaraknya tidak begitu jauh dari jalan utama Jl. Kaliurang, kurang dari 200 meter. Sebentar saja akan terlihat halaman luas. Di sekitarnya tumbuh pohon-pohon tinggi, seperti menyapa siapa saja yang datang, dengan kesejukan dan kelembutan serta sapaan angin yang sepoi-sepoi.


Saat pertama kali menjejakkan kaki di halaman depan, sekaligus tempat parkir bagi tamu Kalyana Resort, saya melihat lingkungan yang terasa asri dengan berbagai tanaman dan tumbuhan yang ditata rupa. Sehingga terasa tidak jemu untuk tengak-tengok kesana-kemari. 


Beberapa vila berdiri di tanah yang cukup luas. Salah satunya menghadap ke timur dengan tiga kamar, kami tempati kamar tersebut. Paling tidak selama 24 jam. Saat pintu terbuka, kami yang tidak sabar melihat kamar utama di lantai satu. Ada dua kamar lagi di lantai atasnya.


Kamar yang kerap menjadi pilihan pasangan yang baru saja melaksanakan pemberkatan atau akad nikah di pendopo. Bahkan terkadang ada yang memakai lapangan depan vila yang kami tempati.


Soal kenyamanan dan privasi jangan tanya. Oleh karena itu, untuk menginap di Kalyana Resort mesti reservasi atau pesan. Adakalanya, pengelola resor minta ijin kepada tamu yang sudah menginap terlebih dahulu. Apakah diperkenankan menerima tamu lain supaya tidak menggangu privasi dan kenyamanan yang sudah terlebih dahulu menginap. 


Resort ini berada di tepi kali Kuning, memanfaatkan keindahan alam sebagai salah satu daya tarik. Letak restorannya seolah melayang, dibawahnya terdapat panggung terbuka, yang dapat dipakai untuk pertunjukkan seni atau aktivitas memorable seperti upacara wedding atau pernikahan. 


Pemandangan  dari balkon kamar memang indah. Sejauh mata memandang, selain melihat tanah lapang dengan rumput yang terawat rapi.  Nun jauh, terlihat jurang Kali Kuning yang  dipenuhi dengan pepohonan.


Tidak hanya suasana sejuk yang hadir saat membuka pintu kamar. Tetapi juga ocehan burung-burung yang menyambut hari dengan gembira. Sebagaimana gembiranya hati, saat ditemani belahan hati menikmati dan mensyukuri hari baru yang begitu tenang, indah dan diberkati oleh Sang Pencipta di balkon salah satu vila Kalyana Resort.


Dari kaki Gunung Merapi, pikiran seperti dicuci. Mendapatkan sesuatu yang baru untuk kebaikan usaha. Terinspirasi tempat yang ditata apik seperti Kalyana Resort.


Kebersihan kamar-kamar di vila terjaga, demikian pula dengan halaman dan kolamnya. Walau pohon-pohon sering nakal menjatuhkan daun-daun keringnya. Tidak ketinggalan buah alpukat ikut-ikutan jatuh dari pohon. Seperti berdoa para tamu untuk menyantapnya. 


Tetapi secara rutin pegawai Kalyana membersihkannya dengan gembira dan suka cita. Setidaknya pagi dan sore hari menyapu atau memunguti apa saja yang lepas dari pohon. 



Pengelola resort menyadari bahwa bagaimana berdampingan dengan alam, yang sudah memberi tahu kesejukan dan keindahan. Sehingga nama resort tidak jauh-jauh artinya dari ungkapan rasa syukur, agar siapa saja yang menginap atau menginap di Kalyana Resort diberkati. Gembira melakukan berbagai aktivitas dalam vila atau di luar vila.

 


 


Senin, 07 Desember 2020

Nasi Ayam Saus Pedas Yu Yatmi, Eh Mbak Yatmi

 

Nasi ayam saus pedas (foto:ko in)

Tidak terasa hampir sembilan bulan belum mengunjungi satu mall manapun di Yogya. Sebagai langkah preventif dan antisipasi memutus rantai penularan Covid-19. Baik untuk kebaikan keluarga atau kenalan serta lingkungan sosial lainnya.


Awalnya agak ragu memenuhi keinginan diri untuk berweekend ke mall. Guna menghibur diri di tengah beberapa pembatasan. Dalam pikiran, mall tentu dapat dipastikan ramai dengan orang. Keputusan akhirnya saya ambil, dengan memperhatikan protokol kesehatan seperti berusaha menjaga jarak. 


Sering mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer. Memakai masker dan menghindari kerumunan. Berangkatlah ke Jogja City Mall (JCM), Sabtu sore (5/12/2020) untuk melihat pameran hasil industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagaimana informasi yang saya peroleh dari salah satu medsos atau media sosial, Instagram.


Hujan deras baru saja berhenti. Pengunjung pasti tidak terlalu banyak, kata hati saya. Sebuah keberuntungan tersendiri pikir saya untuk melihat-lihat dan mencari inspirasi aneka produk. Siapa tahu mendapatkan inspirasi guna membuka usaha sendiri.


Suasana pameran

Sisi lain stand


Sesampai di JCM, saya sempat terkejut karena tidak seperti yang saya bayangkan. Banyak stand pameran yang terisi dengan aneka produk. Dari baju, tas, asesori rumah, cemilan dan kuliner. Termasuk yang sedang trend saat ini. Tanaman hias. Tetapi pengunjung tidak terlalu ramai. Sekali lagi saya pikir karena masih hujan di luar mall. Namun hal itu malah membuat saya merasa nyaman menikmati Festival UMKM Sembada 3.


Anggrek (foto:ko in)


Saat melihat-lihat, perut memberi tanda sekaligus mengingatkan kalau jatah makan siang untuk perut saya penuhi kebutuhannya. Sambil terus melihat aneka produk UMKM dari Sleman di JCM, saya bermaksud membeli cemilan di salah satu stand yang menjual aneka makanan kecil, sebagai penunda rasa lapar.


Ayam saus pedas

Di salah satu stand panganan, mata tertarik dengan cup kotak berwarna putih. Di atasnya berisi saos dan ada potongan seperti daging ayam dibalut tepung. Saya menduga itu potongan ayam sebab di dekatnya tertulis Rp 15.000 untuk harga sekotak nasi ayam saus pedas dan sekotak nasi ayam bakar.


Hanya Rp 15.000 (foto: ko in)


Perut tiba-tiba mengeluarkan bunyi seolah mengiyakan hasrat lidah untuk makan nasi ayam saus pedas tersebut. Tanpa berpikir panjang saya mencoba menyapa seorang perempuan penunggu stand tersebut yang sedang sibuk melakukan sesuatu dengan membalikkan badannya. Sehingga saya hanya dapat melihat punggungnya dan harus menyapa terlebih dahulu.


"Ibu, mau beli nasi ayam saus pedas, " dengan suara agak sedikit keras supaya terdengar olehnya. Saat dia membalikkan badan, saya terkejut melihat siapa dia dan tidak bisa berkata-kata. Hanya jari telunjuk kanan saya yang menunjuk ke arahnya. Dia juga terkejut dengan mulut terbuka lebar. Setelah beberapa detik kami saling terkejut,  ahirnya kami saling bersapa dengan menyebut nama.


Salah satu penunggu stand dari Forum Komunikasi (Forkom) Godean ternyata mbak Yatmi, demikian saya biasa memanggilnya. Nama lengkapnya Yatmi Rejeki ternyata ikut Festival UMKM Sembada 3 di JCM yang berlangsung selama empat hari dari tanggal 3 sampai 7 Desember 2020. Diselenggarakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Sleman





Sambil ngobrol dan saya sambil menikmati nasi ayam saus pedas produk Asri Wiji kami bertukar informasi tentang banyak hal terkait dengan UMKM.


Asri Wiji merupakan brand usaha catering dari teman blog saya, Yatmi Rejeki. Dalam festival ini ternyata mengenalkan salah satu produk unggulannya berupa nasi ayam saus pedas yang dikemas secara khusus dalam kotak kertas.  Tempat yang simple sehingga sambil berdiri, kami dapat ngobrol dan saya sekaligus memenuhi kebutuhan perut, yang sejak siang lupa belum diisi makanan.


Tidak heran jika dalam penuturannya, nasi ayam saus pedas ini cepat ludes, termasuk di hari ke dua. Sepertinya pengunjung Festival UMKM Sembada 3 di JCM, memanfaatkan kesempatan jalan-jalan sambil memenuhi kebutuhan yang tidak dapat ditunda sambil makan. Persis yang saya alami.


Setiap hari Yatmi menyediakan 20 sampai 30 porsi nasi ayam saus pedas dan ayam bakar seharga Rp 15.000. "Tidak berani banyak-banyak. Tempatnya tidak ada. Lagian di tempat ini hanya sebagai pengenalan produk. Kalau minat bisa pesan lewat telpon atau alamat email," jelasnya.


Nasi ayam saus pedas Asri Wiji (foto:ko in)


Asri Wiji merupakan usaha rumahan letaknya di Karakan, Sidomoyo Godean Sleman. Dimulai sekitar tiga tahun lalu, tepatnya di tahun 2017. Sebelum masa pandemi Covid-19 tidak sedikit orderan dari wisatawan secara on line. Baik lewat 0896-0359-7904 atau lewat @nasiboxjogja.asriwiji.


Sejak masa pandemi Covid-19, Yatmi berpikir keras untuk tetap mendapatkan order. Mengharapkan wisatawan saat ini tidak mungkin. Maka Yatmi berusaha membelokkan segmennya ke kantor-kantor dengan cara delivery atau antar pesanan ke rumah atau kantor. Sekaligus memenuhi kebutuhan orang yang sedang membatasi aktivitas di luar rumah, caranya dengan menggiatkan promo lewat internet.


Enak...


Tiba-tiba Yatmi bertanya ke saya, "Gimana rasa makanan unggulan saya di pameran ini ?"

Spontan saya berujar, "Enak…". Sambil menghabiskan nasi kotak di ayam saus pedas, tanpa memperhatikan Yatmi sebab saya sedang asyik dengan nasi kotaknya.


Lingkaran, produk Yatmi di Stand Forkom Godean (foto:ko in)


"Jujur, bumbunya merasuk dalam ayamnya. Takaran pas." Saya termasuk orang yang sensitif dengan bumbu kalau proporsinya tidak seimbang, kepala langsung pusing. Entah itu garamnya, bawang atau bumbu masak lainnya. Dalam beberapa menit nasi saus ayam pedas itu habis.


Saya pun bertanya padanya dengan nada pelan dan lirih supaya orang sekitar tidak dengar. "Mbak, ayamnya masih ndak. Aku minta tambah." Kontan Yatmi tertawa sambil berkata, habis.


Ada hiburan juga (foto: ko in)


Terus terang saya suka dengan olahan ayamnya dimana bumbunya sungguh merasuk dan tidak banyak tulang. Sehingga memudahkan dan membuat saya cepat menghabiskannya. Apalagi di tempat umum seperti mall, inginnya serba praktis alias tidak ribet. Termasuk tidak ribet tangan kotor untuk memisahkan daging dan tulang. Pedasnya juga pas. Semua serba pas. Tapi kalau soal nambah sebenarnya tidak pas karena saya ingin nambah.


Ada Talk show, bagi pengalaman (foto:ko in)

Usai makan saya dipersilahkan untuk merasakan minumansecang hangat. Uiii….. dingin-dingin habis makan dapat wedang secang lagi. Rasanya, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya pingin meluangkan waktu ke rumahnya di seputaran Godean Yogyakarta. Sambil menikmati suasana sekitar rumah Yatmi yang masih banyak sawah. Apalagi Godean terkenal juga sebagai salah satu lumbung padi untuk daerah Yogyakarta.


"Tunggu ya, Yu Yatmi. Eh, Mbak Yatmi, " sambil saya pamit untuk melihat stand-stand lain yang belum saya lihat dan kunjungi.



_______________

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan #dinkopukmsleman #FestivalUMKMSembada3

Sabtu, 24 Oktober 2020

Pada Mulanya Agustus

(Foto:ko in)

Mengawali di bulan Agustus untuk mengusahakan memberi catatan pada hari. Sebab waktu tidak dapat diulang, terimakasih untukmu yang menjaga separo hatiku dari dulu hingga saat ini. Yang telah engkau curi dimasa-masa itu.

But please, August don't hurt me again. Semua orang pernah terluka hatinya oleh orang yang mencintai dan dicintai. Jadi teringat lagu jadul yang berjudul Don't Tell Me Stories.

Di awal bulan Agustus bencana terjadi di Lebanon, bukan karena alam tetapi keteledoran manusia. Ledakan cukup keras terjadi, korban juga tidak sedikit.

(Bunga Waru, Foto,:Ko In)


Kembali ke negeri kita, Indonesia. Suasana peringatan Kemerdekaan mulai terasa sejak awal Agustus. Bendera Merah Putih mulai dipasang, atribut perjuangan, benda-benda jadul terkait dengan masa kemerdekaan mulai dikeluarkan.

Tak ketinggalan sepeda onta dan semua yang bernuansa merah serta putih. Teringat bagaimana perjuangan para pahlawan. Orang-orang yang berjuang demi kemerdekaan, rela mengorbankan segalanya. Termasuk nyawa.

Tidak sedikit tetenger atau monumen berdiri untuk mengingat jasa mereka. Jadi ingat pesan seseorang, lebih sulit mempertahankan. Walau untuk memperoleh juga bukan hal mudah, buktinya hampir di kota besar kita memiliki makam pahlawan. Baik yang dikenal atau yang tak dikenal.

(Monumen, Foto:Ko In)

Monuemt 17 Agustus momen yang sangat berarti bagi semua warga negara Indonesia. Apalagi jelang detik-detik proklamasi. Tahun ini , tahun yang penuh keprihatinan. Upacara bendera tidak dapat dilakukan seperti biasanya, semua gara-gara pandemi Covid-19 atau Corona.

Tidak ada juga pesta rakyat seperti malam tirakatan atau lomba 17an. Menghias gapura juga tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.

Depan Istana Kepresidenan Yogya (foto:Ko In)

Detik-detik Proklamasi (foto:ko in)

Agustus kenapa tidak baik sama aku lagi seperti waktu dulu. Saat tembang Hello, milik Lionel Richie populer dikumandangkan.

I've been alone with you inside my mind 
And in my dreams I've kissed your lips a thousand times
I sometimes see you pass outside my door 
Hello, is it me you're looking for?
I can see it in your eyes, I can see it in your smile
You're all I've ever wanted and my arms are open wide
'Cause you know just what to say, and you know just what to do
And I want to tell you so much, I love you
I long to see the sunlight in your hair
And tell you time and time again how much I care
Sometimes I feel my heart will overflow 
Hello, I've just got to let you know
'Cause I wonder where you are and I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely or is someone loving you? 
Tell me how to win your heart, for I haven't got a clue. but let me start by saying, I love you
Hello, is it me you're looking for?
'Cause I wonder where you are and I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely or is someone loving you?
Tell me how to win your heart, for I haven't got a clue
But let me start by saying, I love you

Hello (foto:ko in)



Selasa, 25 Agustus 2020

Malam Minggu Bersama "Carol" di Swiss-Bel Hotel Jogja

   

dok pribadi

  Sabtu petang, 26 Februari mendung menyelimuti sebagian besar langit Jogja yang penuh dengan awan berwarna abu-abu. Bergegas aku menuju Jalan Jend. Sudirman Jogja untuk memenuhi undangan makan malam Swiss-Belhotel bersama KJOGers, sebutan untuk Kompasianers Jogja.

            Senyum dan sapaan ramah bell boy menyambut kedatanganku untuk yang pertama kali di Swiss-Belhotel. Masuk ke lobby langsung disambut concierge perempuan yang langsung mengarahkanku untuk menuju Chadis Roof Top Bar yang berada di lantai sepuluh dengan menggunakan lift.

anti belok kanan ada lift,” jelasnya dengan penuh keramahan.

            Sampai di lantai sepuluh, di atap hotel beberapa wanita cantik dan pria berpenampilan rapi menyambut kedatanganku dengan senyuman serta sapaan yang ramah. Rupanya mereka adalah sebagian dari orang-orang yang mengelola hotel Swiss-Bel di Jogja.

            Bukan hanya mereka yang menyambutku tetapi juga hujan akhirnya ikut menyambut kedatanganku dengan tarian airnya yang jatuh di kolam renang, yang terletak di atap hotel. Membuat permukaan kolam renang nampak indah dengan gelombang-gelombang kecil apalagi ditambah warna air yang bisa berubah-ubah  karena permaianan cahaya lampu yang ada di dalam kolam. Ada warna biru, hijau dan merah.

dok pribadi

            Malam minggu terasa istimewa bertemu dengan empat belas KJOGers dan tentunya senyuman yang tak pernah lepas dari bibir karyawan Swiss-Belhotel. Hotel yang mulai beroperasi pada awal bulan Desember 2016.

            “Silahkan regristasi dahulu dan menikmati welcome drink,” sapa wanita cantik dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibir.

            Usai regristasi, mata ini bukannya tertuju pada minuman dan makanan kecil yang telah disiapkan pihak hotel tetapi mata malah membawa kaki untuk bekeliling melihat-lihat dan mengabadikan moment pergantian hari dari Chadis Roof Top Bar, tempat paling atas dari Swiss-Belhotel. Jadilah welcome drink untuk sementara dicuekin guna mengambil gambar lewat kamera pocket.

            Betul seperti yang diinfromasikan Swiss-Belhotel Jogjakarta, ini merupakan tempat yang luar biasa untuk menikmati matahari terbenam atau menikmati pemandangan kota Jogjakarta. Walau kami harus berebut dengan mendung untuk mengabadikan matahari yang akan tidur setelah seharian berusaha menyinari kota Jogja. Namun KJOGers nampaknya tidak mau kalah dengan hujan dan mendung untuk mengambil gambar indahnya matahari perlahan berangkat keperaduannya.

            Sepertinya tidak ada kata menyerah bagi kelima belas Kompasianers Jogja yang memiliki berbagai latar belakang pendidikan, usia serta topik kegemaran menulis. Mereka sibuk dengan kamera dan smartphonenya untuk mengabadikan segala sesuatu yang ada disekitar Chadis Rooftop and Pool Bar. Sampai-sampai beberapa kali tawaran welcome drink dibalas dengan anggukan kepala atau jawaban singkat,  “Oh, iya…”.

dok pribadi

            Setelah acara seremonial, berupa ucapan selamat datang, sambutan dan perkenalan dari pihak management Swiss-Belhotel, komplit dengan stafnya. KJOGers mendapat kesempatan  melakukan tour hotel yang dipandu oleh bagian sales marketing. Ada Leon, Dita, Novi dan Wella yang cantik-cantik.

            Malam itu KJOGers mendapat keesempatan untuk showing room dari tipe Deluxe room, Grand Deluxe room, Executive suite  dan Business suite milik Swiss-Bel Hotel Jogja. Jumlah total ada 121 kamar dimana gaya interior kamar diadaptasi dari gaya klasik kolonial. Tujuannya agar tamu mudah mengingat kesan dan kenyamanan saat menginap di Swiss-Belhotel Jogjakarta.

            Jujur, hotel ini terlihat kecil namun dari hal tersebut malah mendapat rasa kedekatan yang menumbuhkan kesan keakraban antara tamu yang satu dengan tamu yang lain dan tentunya dengan karyawan hotel juga.  Sapaan ramah antar sesama tamu saat bertemu di koridor hotel atau di dalam lift menjadikan hotel ini terasa nyaman untuk menjadi alternatif pilihan wisatawan saat menginap di Jogja.

            Nuansa kamar-kamar di Swiss-Belhotel Jogja didominasi warna lembut seperti warna krem, coklat dan abu-abu yang membuat orang betah untuk tinggal di dalam kamar apalagi dengan berbagai fasilitas yang telah disiapkan. Seperti televisi LCD dengan saluran internasional, akses internet dengan kabel atau Wi-Fi yang dapat di akses di area umum seperti di loby serta kotak penyimpanan pribadi yang ada di dalam setiap kamar. Semakin memberi rasa aman dan nyaman tamu meninggalkan barang berharganya saat berpergian menikmati berbagai obyek wisata di Jogja.

www.swiss-belhotel.com

            Di lantai enam ada ruangan yang dindingnya terbuat dari kaca. Ruangan Kahyangan Lounge demikian sebutannya, merupakan tempat yang kedap suara, terbebas dari gangguan dari luar karena tempat ini merupakan tempat yang pas untuk melakukan aktivitas pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan keseriusan.

            “ Sssst….., ruangan ini kedap suara lho.”

            Oleh karena itu anak-anak dilarang memasuki ruangan ini guna menjaga ketenangan yang ada dalam ruangan.

            Tamu dapat memanfaatkan ruangan ini untuk melakukan aktivitas pribadi yang membutuhkan konsentrasi dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti membuat tulisan, laporan atau membaca.

            Hotel ini memiliki beberapa ruang pertemuan yang mampu menampung 50 sampai 150 orang yang terletak di lantai dua, yang dapat dipergunakan untuk pertemuan bisnis atau kegiatan pesta perayaan pernikahan. Untuk menuju ruang pertemua tersedia tangga dan lift.

            Tidak terasa tour hotel berakhir di lantai satu namun bukan berarti kegiatan di Swiss-Belhotel Jogja selesai karena tiba saatnya KJOGers menikmati makan malam di Swiss Cafe  Restaurant, waiter dan waitress telah menunggu di pintu masuk café.

dok pribadi

            “Selamat malam, silahkan….,” sapa mereka ramah ditambah senyuman yang membuat malam minggu di Swiss-Bel Hotel terasa gimana….

            Lagi-lagi KJOGers berebut mengambil makanan. Eh, gambar di dalam restoran. Tidak hanya waiter dan waitress yang mempersilahkan kami untuk segera mengambil makanan tetapi juga sales marketing yang sejak petang menemani kami melakukan tour promotion hotel, untuk segera mencicipi aneka menu makan malam yang telah tersedia.

            “Silahkan sambil dicicip makanannya,” kata mereka berkali-kali.

dok pribadi

            KJOGers rupanya tidak ingin melewatkan aneka sajian makanan di atas meja dengan melakukan aksi mengambil gambar atau foto. Dan mengabadikan aksi para chef yang sedang memasak di dapur, yang dapat dilihat langsung dari meja makan di  Swiss Café Restaurant. Karena antara dapur dan ruang makan sebagian tembok pemisahnya diganti  dengan kaca sehingga makana yang kita pesan cara memasaknya dapat dilihat secara langsung.

dok pribadi

            Restoran  letaknnya bersebelahan dengan lobby hotel menjadikan dinner  terasa istimewa, sambil menikmati makan mendapat hiburan pertunjukan tari yang diambil dari penggalan kisah Ramayana. Walau durasi tarian hanya sekitar sepuluh menit, suasana ke khasan Jogja menjadi sangat terasa di dalam Swiss-Belhotel.

foto: Ardian Kusuma

            Belum usai menikmati makan malam, dari lobby sudah terdengar alunan musik kroncong yang membuat suasana malam minggu begitu hangat bersama Kompasianers Jogja ditambah sales marketing Swiss-Belhotel Jogja yang cantik-cantik.

            Lagu kroncong mengalun lembut dari bibir mbak yang berbaju kuning sementara pemain musiknya memakai baju tradisional khas Jogja lengkap dengan blangkonnya. Dan Malam di Swiss-Belhotel semakin berkesan, membuat betah  tetap duduk di restoran atau lobby hotel untuk menikmati lagu-lagu barat tahun 1960an yang dinyanyikan dengan irama kroncong.

            Sebagaimana seorang bapak yang terlihat betah duduk sendiri di kursi lobby menyaksikan dan menikmati aksi pemusik yang membawakan lagu-lagu kroncong. Sesekali terlihat kakinya bergerak mengikuti lagu  “Carol” yang dipopularkan oleh Neil Sedaka.

            ………Oh! Carol, I am but a fool

                        Darling I love, now you though you treat me cruel

                        You hurt me and you made me cry

                        But if you leave me, I will surely die

                        Darling, there will never be another

                        Cause I love you so,

                        don’t ever leave me,

                        Say you’ll never go

                        I will always want you for my sweetheart

                        No matter what you do

                        Oh! Carol, I am so in love with you………

dok pribadi

            Tidak terasa malam semakin larut dan rasanya berat untuk meninggalkan Swiss-Bel Hotel dengan keramahan dan keakrabannya. Andai aku menginap di Swiss-Bel Hotel, keramahan dan keakraban tentu akan membawa tidurku pada mimpi yang indah.  


Itsmy blog

 It's my mine