Jumat, 23 November 2018

Enam Hal yang Buat Dunia Digital Seru

Seru di era digital (Foto:Ko In)

         Waktu terus berjalan ke depan. Tidak dapat terulang atau kembali. Waktu abai dengan segala peristiwa. Mengabadikan peristiwa atau sesuatu yang apa adanya, natural dan tidak terulang dari lensa kamera. Memberi tantangan sekaligus menyenangkan dan mudah karena dukungan teknologi digital.
Alat-alat digital seperti kamera membuat aktivitas memotret mengambil gambar untuk video atau foto menjadi lebih murah dan mudah. Kualitasnya tidak kalah. Cenderung semakin baik jika dibandingkan dengan kamera jaman dahulu yang ukurannya besar serta berat.
Dunia digital memudahkan menyalurkan bakat, kegemaran dan hobi untuk sebagian orang yang berkaitan dengan komunikasi. Fotografi, merekam sebuah peristiwa dalam gambar untuk melihat, mengenang bahkan mempelajari moment kehidupan.
Hunting (Foto:Ko In) 

Fotografi dan teknologi digital, memberikan banyak manfaat dan kemudahan. Hidup menjadi semakin seru. Hobi memotret peristiwa menjadi semakin mudah dan murah. Dengan perangkat atau peralatan fotografi seukuran saku dapat merekam, mengabadikan dan menyimpan sebuah peristiwa yang tidak terulang untuk kedua kalinya.
Seru karena dapat membawa tawa, canda serta kegembiraan bagi siapa saja. Seru dapat mengajak setiap orang untuk belajar tentang apa saja bukan sebatas ilmu serta pengetahuan. Tetapi juga tentang kesantunan dan kerendahan hati.
Istirahat (Foto:Ko In) 

Menangkap moment seru saat seseorang atau kawan gembira. Menjadikannya sebagai kado saat dirinya sedih dengan harapan mengembalikan kegembiraan serta keceriaan. Seperti yang tertangkap dalam foto atau gambar diam waktu itu.  
Saat ini adalah era yang serba cepat ditandai dengan teknologi digital. Cepat untuk mengembalikan rasa sedih kepada kegembiraan. Cepat membalikkan kegagalan. Bangkit dan berusaha kembali. Agar dapat menjalani hidup lebih berarti. Sejatinya hidup itu bukan pada capaian keberhasilan atau kegagalan. Tetapi bagaimana kita dengan berjiwa besar dan rendah hati menerima itu semua.

Era digital seru tapi jangan saru
Era digital membuat hidup semakin lebih mudah. Mudah pula untuk belajar. Mudah untuk memperoleh sesuatu yang menyenangkan, yang seru, yang membuat semua gembira, yang menjadikan hati seperti terbang ke atas awan. Namun tidak melupakan kaki tetap harus berpijak di bumi. Menjadi seru adalah hak setiap orang. Tetapi seru yang saru, itu tidak diharapkan dan diingikan. Apalagi seru membuat haru. Jangan sampai.
Seru dan baru (foto:Ko In)

Haru, seru, saru, baru semua dapat tertangkap oleh kamera. Sinematography dan fotgrafi dengan perangkat digital menjadi mudah dipelajari. Useless atau mudah digunakan oleh siapa saja, serta lebih tahan lama atau awet dan efisien bilamana disimpan.
Teknologi digital menjadikan sebagian peralatan elektronik terkait komunikasi dan hiburan menjadi murah dari sisi harga. Bentuknya lebih ramping dan ringan, kemampuan penyimpanan data lebih besar dan hemat energi. Memungkin setiap orang untuk berkreasi, mengembangkan daya imajinasinya menjadi sebuah karya baru, yang dapat membuat decak kagum.

Serunya era digital
Dari sisi fotografi atau sinematografi banyak kelebihan yang dimiliki dengan perkembangan teknoligi digital. Sebab membuat hal-hal seru, diantaranya;
Pertama, mudah dalam menggunakan atau mengoperasikan. Sehingga tidak memerlukan pengetahuan khusus untuk mempelajarinya. Selama memiliki kamera, semua orang dapat belajar secara mandiri atau otodidak dengan sistem trial and error.
Berebut (foto:Ko In)

Kedua, harga semakin terjangkau. Kamera dengan berbagai tipe serta jenis mudah ditemukan. Beberapa smartphone memiliki dukungan kamera yang kualitasnya tidak kalah dengan kamera khusus fotografi.
Persaingan membuat produsen bersaing dalam menawarkan kecanggihan teknologi, fitur, kemampuan dari produk yang ditawarkan sehingga harga kompetitif. Disamping inovasi produknya sehingga memungkinkan konsumen atau masyarakat memiliki banyak pilihan dalam mendukung aktivitasnya Baik yang produktif, sekedar hobby atau untuk kepentingan edukasi dan lainnya.
Ketiga, dari sisi bentuk menjadi lebih ramping, stylish. Teknologi baru mendukung penampilan supaya lebih fashionable. Menghemat ruang sehingga memberi kesan praktis dan dinamis bagi mereka yang menggunakan alat atau benda tersebut.
Keempat, teknologi digital mendukung dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan menjadi lebih cepat. Dunia digital memangkas jarak dan waktu sehingga memungkinkan untuk mengerjakan kegiatan lain yang produktif.  
Era digital cepat menangkap momentum (foto Ko In)

Era digital memberikan nilai tambah atau kelebihan kepada sejumlah perangkat komunikasi modern. Fungsi kamera tidak hanya sebatas mengabadikan sebuah momen atau merekam sebuah peristiwa. Atau sarana membuat film yang menggambarkan angan-angan dalam bentuk harapan, refleksi, kontemplasi atau dokumentasi.
Kehadiran internet yang berpijak pada sistem digit menjadikan semuanya lebih mampat dan efisien. Sewa hosting murah. Cuma Rp 8.000 per bulan. Jarak terasa menjadi lebih pendek karena dengan mudah berkomunikasi dengan orang yang berada jauh keberadaannya.
Waktu menjadi lebih singkat dalam mengerjakan sebuah produk karena teknologi digital memungkinkan untuk mengerjakan itu semua dengan tenaga atau sumberdaya manusia yang lebih sedikit.
Seru dengan teknologi digital (foto:Ko In)

Namun bukan berarti era digital dan era internet menjadikan orang terasing atau teralienasi dengan dunia sekelilingnya. Seseorang mudah terhubung dengan bagian dunia lain tetapi jangan sampai lupa bahwa kakinya tetap berpijak di bumi. Terdapat realitas yang membutuhkan sapaan dan tatap muka.

          Semakin seru dengan perjumpaan
Era digital menjadi semakin seru jika pelakuknya mampu mengkombinasikan antara yang tradisional berupa sapaan atau tatap muka dengan yang modern dan digital walau hanya di dunia maya. Dunia bayang-bayang. Ada tetapi tidak nyata maka disebut maya.
Bukan hanya menjadikan alat digital sebagai barang konsumtif untuk memenuhi nafsu menunjukkan eksistensi, lewat aneka macam postingan kemudian membagikan kebanyak orang.
Kehidupan yang maya menjadi seru jika kemampuan perangkat digital mendapat dukungan sikap yang arif dalam menggunakan media sosial. Menjadikan dunia digital sebagai lahan yang produktif dalam pengertian yang luas.
Semua seru (foto:Ko In)

Tidak sebatas bertambahnya pendapatan secara ekonomi tetapi juga pendapatan jejaring dalam arti sosial, persahabatan yang sejati, saling peduli.Berbagi itu tidak sebatas share, berbagi tetapi setelah itu tidak ada berbekas.
Berbagi artinya memberikan sesuatu sesuai kebutuhan dan kapasitas. Memberi apa yang mampu diberikan. Memberi atau membagi dengan niatan yang tulus supaya yang mendapatkan ilmu pengetahuan, makanan, uang, nasehat atau pesan menjadi lebih berdaya, berkembang kemampuannya. Menjadi manusia yang cerdas, arif dan rendah hati.
Belajar berbagi (foto:Ko In)

Era digital tidak cukup sebatas alat tetapi memerlukan wadah yaitu dunia baru. Dunia maya, dunia yang seolah-oleh nyata.Adanya dalam pikiran atau angan-angan. Dunia yang tidak dapat ditinggali tetapi semua orang dapat tinggal disana secara gratis, kapan pun sesuai kehendak atau keinginannya.
Kelima era digital adalah kemampuan berbagi kepada sesama untuk bersama lebih sejahtera, lebih berpengetahuan, lebih bijak dan bersama membangun masyarakat yang adil sejahtera dan sentosa lahir batin.
Lewat yang tidak nyata, dibantu dengan alat-alat dengan dukungan teknologi digital orang berusaha mewujudkan dalam realitas. Sebab gagasan, pikiran atau ide menjadi seru bila sudah mewujud dalam bentuk yang dapat dirasakan, dilihat, disentuh dan didengar oleh indera.
Maya dan realita (foto:Ko In)

Era digital tidak lepas dari media, komunikasi sangat penting. Era digital membuat kehidupan menjadi lebih seru. Kelebihan keenam dari era digital terletak pada cara berkomunikasi, yang semakin kaya dan banyak ragam. Memungkinkan setiap orang untuk mengekspresikan diri dengan ciri dan kekhasannya.
Komunikasi tidak selamanya dalam bentuk dialog, tatap muka. Mengeluarkan suara atau kata-kata. Sebab gambar diam atau gambar bergerak adalah bagian dari dialog. Namun tetap harus menyadari bahwa hakekat manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan perjumpaan dengan sesamanya.

Perjumpaan bukan sekedar copy darat.
Nenek moyang kita mengajarkan bagaimana pentingnya sebuah perjumpaan. Bukan sebatas copy darat atau bertemu. Perjumpaan dalam makna luas. Kata, tulisan atau simbol-simbol tidak jarang susah dicari padananya.
Belajar dari masa lalu (foto:Ko In)

Stiker, ikon dan lambang lainnya yang marak di media sosial saat ini merupakan bentuk pengembangan cara berkomunikasi yang pernah ditinggalkan jejaknya di dalam dinding gua-gua, daun, batu dan yang lainnya oleh nenek moyang kita.
Pesan mereka jelas. Apa yang pernah mereka lakukan terulang kembali. Manusia tidak dapat hidup hanya di dalam gua. Harus keluar dari gua menyapa alam, menyapa kehidupan. Manusia tidak dapat hidup di dalam kamar asyik dengan laptop atau gadgetnya.
Komunikasi dan perjumpaan (foto:Ko In) 

Manusia tidak dapat acuh dengan orang yang duduk di sebelahnya. Orang tidak cukup share di dunia maya lewat medsos untuk menunjukkan kepedulian dan eksistensinya. 
Jika dompet milik orang yang ada disampingya jatuh. Mengabadikan dalam gambar atau kata-kata dengan harapan netizen memberikan tanggapan. Viral supaya pesannya sampai kepada pemilik dompet. 
Hidup di era digital memang seru tetapi mesti paham, konteks, ruang dan waktu. Memahami prioritas dan jati diri sebagai mahluk sosial.
Bukan mahluk yang sosial di dunia medsos saja. Di dunia maya, dunia bayang-bayang. Ada hanya dalam angan-angan. Keseruan hidup di era digital perlu mewujud dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sapaan, berjumpaan dan nyata dalam kehidupan yang mengenal panas, dingin, sakit secara fisik dan sakit secara hati. 
Ada tawa dan canda dalam ruang dan waktu yang sama. Tidak dipisahkan oleh jarak serta ruang, apalagi kepedulian. Mau seru-seruan di dunia digital? Bingung cara membuat blog? Agar bisa eksis atau jadi artis.  Klik saja tulisan yang berwarna pink.



Rabu, 31 Oktober 2018

Lancar dengan Minuman Ekstrak Lidah Buaya

(Foto: Ko In)


Jangan memandang remeh persoalan  buang air besar secara rutin. Buang air besar itu artinya membuang segala macam bentuk kotoran sisa dari hasil makanan yang pernah kita konsumsi, yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Menjadi sampah yang harus dibuang secara rutin.
Sampah yang tidak segera dibuang hanya akan membuat kotor lingkungan dan menimbulkan bau tidak sedap. Dapat mencemari lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu manajemen pembuangan sampah rumah tangga dan kota selalu mendapat perhatian serius pemerintah.
Bayangkan apa yang terjadi jika seseorang tidak dapat membuang sampah sisa hasil makanan secara rutin. Tidak dapat buang air besar sebagaimana mestinya akibat ada masalah dengan saluran pencernaanya dan kurang makanan berserat dalam mengonsumsi makanan
Sampah (Foto: Ko In)

Enzim-enzim yang berjasa
Buah dan sayur membantu kerja pencernaan dalam merubah segala macam bentuk makanan agar sari-sari makanan yang sudah dikonsumsi mudah diserap oleh tubuh. Proses penceraan secara kimiawai dalam tubuh dapat berlangsung karena adanya enzim amilase, protease, lipase dan maltase yang diproduksi oleh tubuh . 
Enzim-enim tersebur bertugas memecah pati, protein, lemak, maltosa menjadi  glukosa, asam amino,  asam  lemak dan  gliserol.
Namun tidak sedikit orang yang mengalami gangguan fungsi pencernaan akibat salah pola makan, kelainan sejak lahir atau melemahnya kemampuan sistem pencernaan  sehingga berakibat makanan yang dikonsumsi tidak dapat diolah secara baik. Sehingga mengalami apa yang disebut  dengan susah atau sulit buang air besar, seperti sembelit.
Nasi goreng keju (Foto: Ko In)

Apalagi jika jarang makan buah dan sayur-sayuran biasanya akan mengalami susah buang air besar yang cukup menyiksa. Tetapi memaksakan diri buang air besar terasa menyakitkan bahkan dapat memunculkan penyakit baru seperti wasir atau ambien.

Pentingnya buah dan sayur
KehadiranHerbadrink Lidah Buaya menjadi jawaban  bagi  banyak orang seperti saya yang terkadang lupa untuk makan buah atau sayur secara rutin. Minuman akstrak Lidah Buaya yang bebas gula sangat membantu kerja pencernaan saya. Membuat perut terasa nyaman dan memudahkan untuk buang air besar .
(Foto: Ko In)
Kebiasaan sarapan roti berkadar serat rendah jelas akan memperberat kerja pencernaan saya. Apalagi saat makan siang, saya menyantap makanan yang mengandung  banyak lemak, berkarbohidrat tinggi dan yang lainnya semakin membebani kerja pencernaan sejak pagi sampai siang hari.  Belum lagi jika  saat  makan siang lupa mengonsumsi  buah kemudian sorenya bertemu dengan kolega kerja yang ngajak ketemuan sambil minum kopi di Cafe.
Lengkap derita pencernaan saya. Jika saya kurang hati-hati dan mengontrol jenis makanan yang masuk, pencernaan pasti berontak dengan  menunjukkan  gejala  sakit.  Entah sembelit, susah buang  air  besar, sampai sakit perut dan sakit pencernaan lainnya.
(Foto: Ko In)

Herbadrink Lidah Budaya meringankan kerja pencernaan
Kini ada Herbadrink Lidah Buaya yang terbuat dari ekstrak lidah buaya.  Tanaman lidah buaya banyak  mengandung enzim yang dibutuhkan pencernaan saat memroses berbagai bahan makan yang masuk dalam perut. Seperti enzim oksidase, amylase, katalase, lipase dan protease.  Dengan terpecahnya bahan makanan, membantu memudahkan usus menyerap zat-zat bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dan yang paling penting adalah sampah yang dihasilkan tidak keras sehingga tidak membuat sakit saat buang air besar.
(Foto:Ko In)
Semua itu berkat jasa enzim yang ada di saluran pencernaan. Herbadrink Lidah Buaya membuat kerja pencernaan lebih ringan serta optimal dengan kandung enzim yang sangat dibutuhkan oleh sistem pencernaan dalam tubuh.
Setiap hari kini saya selalu membawa Herbadrink ekstrak Lidah Buaya sebagai minuman wajib usai makan siang di kantor, bertemu kenalan, kolega atau rekan bisnis. Alasannya sederhana, usai makan saya menginginkan konsentrasi saat bekerja tidak terganggu dengan perasaan tidak enak di perut usai makan karena kekenyangan atau karena makan makanan yang terlalu banyak lemak dan pedas.
Demikian pula usai makan malam, kini tidak lupa minum satu sachet Herbadrink Lidah Buaya. Dicampur air angat atau es tergantung selera dan suasana. Guna  membantu perut khususnya pencernaan untuk mengurangi porsi kerjanya dengan tambahan enzim dari Herbadrink Lidah Buaya.
Andai pencernaan bisa ngomong mungkin sudah protes sejak lama terkait pola makan saya. Kini saatnya menghargai dan menjaga fungsi kerja sistem pencernaan secara keseluruhan dari mulut perut sampai di saluran pembuangan dengan memperhatikan kebutuhan pencernaan. Seperti ketersediaan enzimatau zat yang dibutuhkan dalam pencernaan kimiawi dalam tubuh.
(Foto: Ko In)
Dengan Herbadrik Lidah Buaya, saya berharap kerja pencernaan saya menjadi lebih cepat dan ringan sehingga terjaga keawetan dan kesehatannya. Sebab semakin tambah umur kekuatan organ serta fungsi tubuh seseorang akan semakin berkurang.     
(foto: Ko In)

(Foto: Ko In)
Minuman  Lidah Buaya produksi PT. Konimex dengan merek Herbadrink kaya akan enzim yang dibutuhkan tubuh akan mempercepat proses absorbsi sari-sari makanan oleh usus dan mempercepat sisa hasil makanan yang tidak bermanfaat untuk dibuang .

Manfaat Herbadrink Lidah Buaya
Maka tidak heran jika pagi hari setelah bangun tidur , sebagian orang mengalami panggilan alam untuk buang air besar. Itu menunjukkan kerja pencernaan yang baik. Sisa makanan yang telah diproses secara kimiawi oleh tubuh menjadi sampah yang lembut dan tidak keras sehingga memudahkan serta melancarkan proses buang air besar.
Tidak salah jika Herbadrink Lidah Buaya membantu memelihara kesehatan fungsi pencernaan dan membantu melancarkan buang air besar. Sebab memiliki beberapa manfaat lainnya seperti:
·         Menjaga kesehatan, khususnya kesehatan lambung dan pencernaan dalam tubuh.
·         Membantu melancarkan buang air besar secara teratur.
·         Menghalangi terjadinya proses keracunan makanan karena lidah buaya mengandung antibiotik dan anti cendawan yang memperlambat dan menghalangi tumbuhnya mikroorganisme yang mengakibatkan keracunan makanan pada manusia.

·         Lidah buaya mengandung antioksidan seperti fenol, flavonoid, vitamin C, E dan A serta magnesium yang mencegah penuaan dini serta serangan jantung dan beberapa penyakit generatif. 
                Ini terbukti saat saya mengalami kecelakaan seseorang yang tidak saya kenal, yang suka relamenolong saya mengoleskan gel  dari potongan lidah buaya ke luka saya.
(Foto:Ko In)

Samar-samar masih saya ingat suara orang yang menolong saya sambil mengatakan agar luka saya tidak membekas dan tidak terjadi infeksi karena debu atau kotoran di jalan. Setelah sembuh, memang benar  luka tersebut tidak ada bekasnya.  Padahal luka di kaki itu cukup lebar dan dalam.

............
Tanaman lidah buaya sudah memberikan bukti yang berguna dan manfaat bagi kesehatan tubuh. Kehadiran Herbadrink Lidah Buaya dalam bentuk ekstrak kemasan sachet memudahkan dalam mengonsumsi minuman herbal yang sehat.
Demikian halnya dalam budidaya tanaman lidah buaya sebenarnya  tergolong mudah tetapi  saat membuat minuman lidah budaya tidak mudah. Demikian pula merawat tanaman lidah buaya.
Entah terlambat menyirami atau karena dirusak oleh ayam-ayam tetangga. Ingin marah jelas, tidak mungkin sebab pada saatnya ayam tersebut  akan dihantar ke rumah dalam bentuk yang berbeda. Terbungkus rapi dalam dos atau besek kenduri  saat ada acara adat di desa.  Isinya ayam goreng lengkap dengan sambal, timun dan nasi serta kerupuk udang.  
(Foto: Ko In)
Minuman ekstrak Herbadrink Lidah Buaya, membuat semua urusan lancar. PT. Konimex sepertinya mengerti kebutuhan  masyarakat sehingga meluncurkan SariJahe, Sari Temulawak dan Lidah Buaya .Herbadrink ikut menjaga  masyarakat agar tetap sehat.

Selasa, 30 Oktober 2018

Media dan Difabel di Temu Inklusi 3

Media dan Difabel di Temu Inklusi Nasional 3
Temu Inklusi Nasional ke tiga (Foto: Ko In)
Media komunitas dapat menjadi alat meningkatkan posisi tawar bagi para penyandang disabilitas atau difabel jika dikelola secara baik. Sehingga mampu menjadi alat untuk menyuarakan hak-haknya yang selama dinilai masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Temu Inklusi 2018 yang berlangsung di Plembutan, Playen, Gunungkidul Jogja, 24 Oktober 2018 dalam diskusi kelompok yang membahas terkait Media dan Difabilitas terungkap jika media komunitas jangan hanya menjadi alat atau tempat mengeluh, terkait persoalan pribadi. Sebabg hal itu akan menurunkan penilaian atau citra kualitas diri difabel.
Kertaning Tyas, menyoroti secara khusus cara pengelolaan media komunitas agar media tersebut dapat meningkatkan bargaining potition teman-teman difabel. Mas Ken, demikian panggilan akrabnya saat menjadi nara sumber dalam diskusi kelompok di dusun Papringan, Plembutan, Playen yang dihadiri oleh berbagai perwakilan dari beberapa daerah.
Focus Group Disccusion dibagi menjadi beberapa kelompok di tempat yang berbeda-beda letak dusunnya. Sehingga  peserta Temu Inklusi  2018 dapat mengenal kondisi lingkungan dan alam di Playen yang saat itu tanahnya kering karena musim kemarau.
Dampak kemarau di Gunungkidul (foto:Ko In)
Dampak kemarau di Gunungkidul (foto:Ko In)
Tanah kering dan merekah (Foto:Ko In)
Tanah kering dan merekah (Foto:Ko In)
Dalam kesempatan itu, Mas Ken yang sudah memiliki pengalaman melakukan pendampingan dan pemberdayaan bagi teman-teman difabel di Malang, lewat Forum Malang Inklusi atau FOMI dan komunitas Lingkar Sosial atau LINKSOS. Membagikan banyak pengalamannya kepada peserta diskusi yang difabel atau non difabel.
Pengalaman Mas Ken menjadi pemantik semangat kelompok untuk menyatukan pikiran, mengurai permasalahan yang dialami difabel dan upaya mencari solusi atau jalan keluar lewat berbagai cara diantaranya pemberdayaan difabel, masyarakat, media, pemerintah dan pihak-pihak yang terkait serta memiliki kepedulian. 
Diskusi yang berlangsung di balai desa Papringan terasa cukup panas walau diskusi dilakukan di aula balai desa setempat. Dapat dimaklumi karena saat itu cuaca memang terik dan pohon-pohon terlihat daunnya berguguran karena kering kekurangan air.
Balai Desa Papringan (Foto: Ko In)
Balai Desa Papringan (Foto: Ko In)

Dalam kesempatan itu, Tomi Apriano dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jogjakarta ikut berbagi pengalaman saat menjadi wartawan media mainstream. Bagaimana lemahnya kepedulian serta pengetahuan sebagian wartawan dalam memberikan informasi yang akurat terhadap penyandang disabilitas. Salah satu penyebabnya karena kurangnya informasi terkait masalah-masalah difabel.
Tomi, Mas Ken dan moderator (Foto: Ko In)
Tomi, Mas Ken dan moderator (Foto: Ko In)

Untuk itu Mas Ken berharap agar media komunitas baik berupa radio komunitas atau media sosial yang dikelola bersama  rekan-rekan difabel atau kolaborasi difabel dan non difabel dapat menjawab kebutuhan utama para difabel, yang selama ini masih dirasa jauh dari apa yang diharapkan.
Dalam diskusi yang melibatkan peserta Temu Inklusi dengan berbagai latar beakang profesi tercatat beberapa hal yang menjadi perhatia utama. Diantaranya perlu adanya visi yang jelas jika akan mengelola media komunitas, jangan hanya berlangsung musiman dan tidak berkelanjutan.
Oleh karena itu kaum difabel harus lebih percaya diri dengan kemampuanya daam media komunitas sebab persoalan yang sama tidak sedikit dialami juga oleh kelompok pengelola media komunitas dari mereka yang non disabilitas.
Serunya diskusi ttg Media dan Difabilitas (Foto: Ko In)
Serunya diskusi ttg Media dan Difabilitas (Foto: Ko In)

Teman-teman disabilitas diharapkan  tidak mudah patah semangat sebab tidak sedikit organisasi pemerintah atau non pemerintah yang terbuka untuk memberikan ruang atau waktu supaya media komunitas difabel berkembang. Namun persoalannya terkadang pihak-pihak terkait kebingungan untuk menghubungi atau memberikan tawaran sebab belum  ada atau tidak terjalin komunikasi yang baik. Akibst kendala personal seperti kepercayaan diri.
Disamping minimnya ilmu dan pengetahuan jurnalistik, tulis menulis atau siaran lewat radio, media sosial dari teman-teman disabilitas atau difabel. Sehingga diharapkan ada langkah pemberdayaan bagi difabel terkait kaedah jurnalistik.
Persoalan lainnya, sebagaimana di sentil oleh Tomi dari AJI Jogja memunculkan pemikiran bagaimana memberikan wacana atau atau diskursus kepada para pekerja media terkait dengan disabilitas. Sehingga memunculkan penilaian bahwa media mainstream tidak aksesibel untuk para difabel.
Antusiasme peserta diskusi di Temu Inklusi Nasional 3 (Foto: Ko In)
Antusiasme peserta diskusi di Temu Inklusi Nasional 3 (Foto: Ko In)

Diskusi tersebut membuka wacana kepada peserta difabel bahwa  untuk mengelola media komunitas sebenarnya tidak mahal. Diantaranya dengan memanfaatkan blog-blog gratis di internet seperti facebook,twitter dan instagram. Mengoptimalkan media sosial tersebut diharapkan akan meningkatkan posisi tawar difabel sebagaimana yang sduah disinggung di awal diskusi.
Salah seorang peserta juga mencermati komitmen dari pihak pemerintah atau stakeholder yang masih perlu ditingkatkan. Agar lebih mengerti dan mengetahui persoalan yang dialami dan dihadapi difabel dengan lebih banyak mendengar dan melihat  di lapangan supaya kebijakan yang dikeluarkan benar-benar tepat sasaran dan tepat guna.
Untuk menjawab persoalan tersebut perlu adanya kolaborasi  serta inovasi yang mempertimbangkan sumberdaya alam sekitar. Salah satu peserta Temu Inklusi dari bali memberikan usualan adanya paket wisata sosial kepada wisatawan untuk mengunjungi tempat berkumpulnya para difabel engn berbagai aktivitas kesehariannya . Seperti salah satu dusun di desa Plembutan yang memiliki kepala dusun difabel.
Peta Temu Inklusi 3 (Foto; Ko In)
Peta Temu Inklusi 3 (Foto; Ko In)

Jawaban lain dari persoalan yang dihadapi oleh difabel dengan memberikan pelatihan teknologi informasi atau IT bagi difabel. Bagaimana mengelola media sosial secara efektif dan efisien serta membuat blog agar kontennya menarik dan banyak dikunjungi oleh netizen.  Disamping perlunya peningkatan edukasi kepada masyarakat, pemerintah  dan pelaku  media massa terkait pengetahuan dan masalah yang berhubungan dengan disabilitas.
Jika hal itu daat berlangsung dan terlaksana dengan baik secara berkelanjutan tidak temporal. Peserta diskusi yang diantaranya datang dari Mataram, Bandung dan Bali berharap adanya event yang melibatkan difabel dan mendapatkan liputan yang luas dari media massa. Serta perlunya lokakarya untuk menguatkan komitmen stakeholder dalam bentuk aksi di lapangan.
Diskusi singkat yang berlangsung sekitar tiga puluh menit tersebut yang diikuti peserta difabel dan non difabel, berlangsung menarik karena semua memberikan kontribusi pikiran serta gagasan walau setiap orang memiliki keterbatasan fisik dan psikologisnya masing-masing.
Sebagian rekomendasi hasil diskusi (Foto: Ko In)
Sebagian rekomendasi hasil diskusi (Foto: Ko In)
Beberapa rekomendasi yang ditawarkan diantaranya membuat lintas jaringan media komunitas baik berupa forum komunikasi atau mengelola website. Menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan dinas pariwisata. Pelatihan jurnalistik kerjasama dengan AJI bagi difabel dimana  penyelenggaranya dari dan oleh  pemerintah serta media mainstream agar mereka semakin memilik perspektif difabilitas dalam mengeluarkan kebijakan atau keputusan serta berita di media massa.
Kegiatan Temu Inklusi Naional 2018 yang dihadiri pula oleh beberapa perwakilan diantaranya ada yang datang dari Papua. Kegiatan ini berlangsung dari pagi sampai sore hari. Peserta juga diajak untuk mengikuti seminar nasional membumikan pembangunan keberlanjutan sampai tingkat desa termasuk sampai kepada para difabel.
Jadwal seminar diskusi (Foto; Ko In)
Jadwal seminar diskusi (Foto; Ko In)
Penerjemah bahasa isyarat untuk peserta seminar (Foto: Ko In)
Penerjemah bahasa isyarat untuk peserta seminar (Foto: Ko In)
Secara keseluruhan forum akbar temu inklusi ini merupakan kegiatan yang ketiga. Pertama terselenggara di  desa Sendangtirto, KecamatanBerbah, Sleman pada tahun 2014 dan kedua pada tahu 2016 di desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo.  
Temu Inklusi yang ketiga berlangsung dari tanggal 22 sampai 25 Oktober di desa Plembutan, Kecamatan Playen Gunungkidul, Jogjakarta.  Sekitar 400 orang difabel dari berbagai daerah di Indonesia meramaikan acara yang berlangsung dua tahunan. Para peserta selama mengikuti kegiatan tinggal di rumah-rumah warga yang berada di sekitar kantor kecamatan Playen, Gunungkidul.
Sebagian peserta (Foto: Ko In)
Sebagian peserta (Foto: Ko In)
Salah satu peserta dari Bandung merasa senang tinggal di rumah penduduk selama berlangsungnya kegiatan dengan mengekspresikan kegembiraan memperoleh saudara baru lewat akun media sosialnya. 


Ketemu tulisan ini juga di www.kompasiana.com/koin1903

Minggu, 28 Oktober 2018

Sahabat Setia itu, Namanya Temulawak


Foto: Ko In
Membaca atau mendengar kata temulawak, selalu mengantarkan saya pada masa kanak-kanak. Seperti melihat film dokumenter yang saya perankan bersama sejumlah teman sepermainan, di bawah terik matahari.
Ada yang asik bermain bola, sementara saya menikmati permainan kejar-kejaran dengan teman lainnya di lapangan yang tidak terlalu luas. Masih ada rumput walau kemarau sudah cukup lama berlangsung dan kami bisa berbagi kesenangan serta kegembiraan.
Terik panas matahari tetapi yang namanya anak-anak seperti tidak peduli dengan sengatan matahari atau amarah ibu, yang melihat kulit anaknya menjadi gosong, saat kami pulang ke rumah.
Foto: Ko In

         Hanya gembira dan senang yang kami rasakan saat itu. Capek, kepanasan dan haus segera hilang manakala ada penjual es minuman tradisional lewat. Menjual minuman kunir asem, jahe, brotowali, beras kencur, temulawak dan lainnya yang saya lupa nama-namanya. Sebenarnya itu semua adalah jamu tapi kami tidak menyebut jamu sebab jamu dalam pikiran kami itu semua rasanya pahit.
Kami menyebutnya dengan penjual es temulawak. Padahal yang sering kami beli waktu itu beras kencur atau kunir asem. Tapi suatu saat saya penasaran dan ingin mencoba minuman rasa temulawak.
Baunya sangat khas, setiap kali membaui temulawak selalu membawa ke masa kecil. Sebagaimana saat minum Herbadrink  Sari Temulawak. Membawa masa saat menikmati es sari temulawak di bawah pohon asam sambil berteduh dari panasnya matahari.
Foto: Ko In

Seruputan pertama memberikan kesegaran yang berawal dari mulut. Rasanya pahang atau pedar, asam tetapi tidak terlalu kecut. Bau temulawaknya sangat khas memberikan sensasi tersendiri. Jika digambarkan mungkin seperti orang yang malu-malu tapi mau.
Beberapa menit usai minum sari temulawak, biasanya muncul rasa lapar. Godaan rasa antara tetap ingin bermain dengan rasa lapar saling tarik menarik. Maka tidak heran jika minuman temulawak sering disebut juga minuman penambah nafsu makan.

Sari Temulawak Herbadrink setia ingatkan sarapan
Di Jogja tidak sedikit penjual jamu gendong yang keluar masuk kampung, sering dicari ibu-ibu khususnya jika anak mereka mulai susah makan. Jamu temulawak menjadi salah satu solusi untuk mengambilkan nafsu makan anak-anak. Untuk menjaga stamina, sari temulawak kerap juga menjadi pilihan para pekerja dan mahasiswa yang banyak melakukan aktivitas.
Foto: Ko In

Jika sedang di Jogja jangan heran jika banyak penjual minuman segar tradisional dengan sepeda atau gerobag yang mangkal di dekat kampus dan kantor. Hadirnya Herbadrink Sari Temulawak  dalam kemasan sachet jawaban bagi saya yang ingin praktis dan menghemat waktu.
Sebagai mahasiswa berbagai aktivitas banyak menyita waktu, terkadang lupa diri untuk makan. Namun Sari Temulawak hangat dari Herbadrink yang saya minum pagi hari bersama sedikit kue. Seolah seperti sahabat akrab yang selalu setia mengingatkan untuk sarapan dan tepat waktu untuk memenuhi jadwal makan lewat rasa lapar.
Foto: Ko In

Foto: Ko In

Nafsu makan menggerakan langkah-langkah kaki saya untuk segera keluar dari kamar kost, sekalian membawa tas punggung berisi berbagai buku dan kepentingan kuliah lainnya. Yang dituju pertama kali bukan kampus tetapi warung makan langganan untuk sarapan.
Sarapan penting karena dapat menurunkan risiko terkena penyakit diabetes dan penyakit jantung. Selain menjaga fisik agar tetap berstamina.

Sari temulawak Herbadrink jaga tubuh dari serangan hepatitis
Manfaat lain minuman Sari Temulawak Herbadrink, berupa ekstrak curcuma xanthorrizha yang mengandung kurkuminoid, minyak atsiri, protein dan mineral dapat mencegah dan mengobati penyakit hati atau sakit kuning atau biasa disebut hepatitis.
Penyakit ini kembali mengingatkan saya saat sebelum kenal es temulawak. Waktu kecil saya pernah terkena penyakit kuning atau hepatitis. Saat itu saya mendengar ada yang menyarankan untuk makan pisang emas dengan kutu rambut, minum sirup dan yang aneh-aneh lainnya. Guna mempercepat penyembuhan dari sakit kuning.
Foto: Ko In

Walau pada akhirnya saya sembuh dari sakit hepatitis setelah mendapat perawatan intensif dari dokter. Saya masih ingat awal mula akan terkena sakit kuning. Badan terasa lemas. Air seni berwarna kemerahan seperti teh kemudian biji mata yang biasanya kelihatan putih berubah jadi kuning demikian pula dengan ujung kuku jari tangan.   

Jaga hati dengan temulawak
Masih lekat dalam ingatan hampir setiap hari mendapat suntikan di tangan. Mungkin jika saya mendengar nasehat nenek waktu itu untuk rutin minum jamu temulawak barangkali sakit kuning tidak akan berkenalan dengan tubuh saya. Sehingga hati tetap terjaga. Tetap sehat. Temulawak menjaga hati.
Foto: Ko In

Mereka yang jomblo atau yang sudah memiliki pasangan tidak ada salahnya rutin minum temulawak. Hati perlu dijaga sebab bakteri, kuman dan virus banyak bertebaran. Semua ingin sehat dan gembira supaya dapat memancarkan keceriaan di wajah yang membuat orang senang bergaul dengan kita.
Ibu kerap berpesan dan mengingatkan untuk rutin sarapan. Sementara nenek berpesan untuk sering minum temulawak. Namun adakalanya rasa malas lebih dominan dan sengaja untuk tidak sarapan dengan berbagai alasan. Hadirnya Sari Temulawak Herbadrink dalam bentuk kemasan sachet memudahkan dalam penyajiannya dan tidak merepotkan saat membuatnya.  
Sari Temulawak Herbadrink mengingatkan pada pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlalui. Pesan ibu dan nenek semuanya terpenuhi berkat Sari Temulawak Herbadrink. Saya tidak lupa untuk sarapan dan tepat waktu saat makan karena  Sari Temulawak. Apalagi Herbadrink mudah dibeli di mini market atau super market dekat kampus.
Foto: Ko In


Sari Temulawak Herbadrink solusi tepat di saat panas
Tidak ada alasan lain bagi saya untuk tidak membuat minuman Sari Temulawak Herbadrink manakala sibuk dan malas untuk sarapan atau makan. Tinggal ambil sachet Herbadrink rasa temulawak, tuangkan dalam gelas dan di campur dengan air hangat.
Foto: Ko In

Tidak lama kemudian nafsu makan akan muncul dengan sendirinya sehingga membuat perut terasa lapar. Kini saya selalu sedia Sari Temulawak Herbadrink di dalam tas. Alasannya cukup praktis. Saat cuaca terik dan sangat panas biasanya malas untuk makan. Keinginan hanya satu, minum dan minum.
Padahal tubuh ini perlu energi yang tidak dapat tergantikan hanya dengan air. Harus makan makanan bergizi. Persoalannya suhu panas membuat orang malas untuk makan. Sari Temulawak Herbadrink solusi untuk mendorong munculnya nafsu makan, setelah meminumnya. Segar walau tanpa es. Produksi PT Konimex ini dapat dicampur dengan es, sehingga rasanya semakin menyegarkan.
Foto: Ko In

Usai minum Sari Temulawak Herbadrink, biasanya keinginan untuk makan muncul. Dengan makan menjaga kondisi badan serta stamina dalam menjalani kesibukan serta aktivitas sehari-hari yang cukup padat di tengah hari yang panas. Stamina tubuh yang terjaga akan membuat badan sehat.
Tidak heran jika Presiden Joko Widodo walau tubuhnya kecil selalu nampak sehat, ternyata rutin minum sari temulawak. Tidak tanggung-tanggung kebiasaan minum sari temulawak dicampur jahe setiap pagi, sudah dilakukan selama 17 tahun (cnnindonesia.com, 25/5/2015). Ternyata temulawak sahabat setia Presiden Joko Widodo juga.
Maka saya semakin yakin kalau Herbadrink Sari Temulawak bermanfaat sebab temulawak dapat:
  • Meningkatkan nafsu makan
  • Menjaga stamina
  • Mencegah dan menurunkan risiko terkena penyakit. Seperti hepatitis, diare, kencing batu.
  • Menurunkan kolesterol dan obat anti inflamasi.

Foto: Ko In

Herbadrink diproduksi oleh PT Konimex yang berada di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sari Jahe, Sari Temulawak dan lidah buaya adalah sebagian dari produksinya. Masih banyak produk lain yang sejenis yang mengandalkan bahan-bahan alami asli Indonesia. Ini sekaligus mengingatkan saya untuk cinta produk Indonesia, yang tidak kalah manjur dengan produk impor.   

Itsmy blog

 It's my mine