Selasa, 02 Juli 2019

5 Capaian dan Tantangan Infrastruktur Pertanian

5 Capaian dan 5 Tantangan Infrastruktur Pertanian
Tempat tinggal di desa (foto;Ko In)
Bertani itu kegiatan dan aktivitas yang berhadapan dengan perubahan. Tidak ada yang tetap. Selalu terlibat dalam proses hidup, dengan menjaga, merawat agar tumbuh atau berkembang. Hingga berbuah dan ikut melihat atau andil pada  kematian pada tanaman atau pohon. 
Berinteraksi dengan sesuatu yamg hidup seperti tanaman. Baik padi, jagung, kedelai, cabai. Bukan perkara mudah, adakalanya dapat diprediksi dengan tepat pertumbuhannya namun tidak jarang salah perhitungan. Itulah seni hidup, membuat orang belajar untuk mengelola, mengorganisasi, memprediksi dan mengantisipasi terkait dengan perilaku hidup tanaman.
Keberhasilan menurunkan inflasi pangan  dan menaikkan ekspor pertanian, merupakan capain yang perlu mendapat acungan jempol, untuk kantor Kementeran Pertanian (Kementan) bersama koleganya. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), BUMN, Bulog, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan dan Pemerintah Daerah.
Air di saluran irigasi (foto:Ko In)
Air di saluran irigasi (foto:Ko In)
Mendahulukan masalah kelancaran dan ketersediaan air bagi kebutuhan pertanian merupakan langkah jitu dalam mendongkrak naiknya hasil pertanian. 
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi pangan bulan Januari tahun 2019 sebesar 0,32 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 yaitu 0,62 persen dan jauh lebih rendah lagi jika dibandingkan tahun 2017 yaitu 0,97 persen. 
Air merupakan kebutuhan utama setiap mahluk hidup. Naif jika tidak memperhatikan penting dan perlunya ketersediaan air bagi mahluk hidup termasuk tumbuhan dan tanaman. Apalagi sekitar 70 persen permukaan bumi ini ditutupi oleh air dan sekitar 55 persen  berat tubuh kita ini juga terdiri dari air.  
Sawah kering (foto:ko in)
Sawah kering (foto:ko in)
Sangat tidak adil jika setiap hari kita mengonsumsi hasil pertanian dan perkebunan seperti beras, ketela, jagung, kentang dan aneka sayuran serta buah-buahan. Namun tidak memperhatikan kepentingan tumbuhan atau tanaman yang selalu butuh air. 
Negeri ini, negeri tropis. Hujan dan kemarau bagai saudara kembar yang silih berganti mengunjungi rumah ibu pertiwi. Pemerintah berusaha mengatasi dampak kedatangan musim kemarau, yang mengganggu usaha petani. Membuat kering sungai dan beberapa sumber air. Membuat tanaman pertanian mati karena tidak mendapat suplai air yang cukup.
Padi menguning di belakang rumah petani (foto: ko in)
Padi menguning di belakang rumah petani (foto: ko in)
Perbaikan infrastruktur pertanian yang komperehensif
Mengatasi kekeringan adalah masalah utama dalam menjaga kelangsungan hidup usaha pertanian. Oleh karena itu perlu infrastruktur pertanian yang lengkap dan komperehensif. Untuk  memenuhi kebutuhan usaha petani secara luas dan dari hulu sampai hilir. 
Pertama, menambah ketersediaan lahan pertanian, mengingat luas sawah pertanian semakin menyusut oleh karena alih fungsi lahan. Sehingga pemerintah bekerja keras untuk membuka lahan sawah baru dan mengaktifkan lahan-lahan yang tidak produktif.
Kementan menyiapkan 20 juta hektar lahan kering dan rawa untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan secara nasional. Dengan harapan dapat memberi dampak positif pada peningkatan pendapatan petani.
Menurut data Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSLP) lahan rawa pasang surut, memiliki potensi jadi lahan pertanian,  seluas 34,5 juta hektar. Lahan rawa lebak seluas 15 juta hektar dan lahan kering yang berpotensi menjadi lahan produktif seluas 24 juta hektar. Semuanya tersebar di Lampung, Kalimantan Selatan dan Tengah serta Sumatra Selatan.
Senja di embung (foto:ko in)
Senja di embung (foto:ko in)
Kedua, membangun embung. Embung, bandungan, waduk menjadi salah satu jalan keluar mengatasi kekurangan air saat musim kemarau. Termasuk rehabilitasi terhadap jaringan irigasi untuk kebutuhan pertanian.  
Setidaknya seribu embung dibangun pemerintah sejak tahun 2015. Kementerian PUPR telah membangun 949 unit embung hingga tahun 2018, tahun ini seratus lebih embung dalam proses pembangunan. Dalam masa pemerintahan Jokowi, menargetkan pembangunan 1.053 embung untuk mendukung kelancaran usaha pertanian.
Oleh sebab itu meningkatnya ekspor pertanian, turunnya inflasi pangan dan keberhasilan usaha tani lainnya. Tidak lepas dari ketersediaan infrastruktur pertanian yang meliputi saluran irigasi beserta waduk, bendungan atau embung. Bertujuan menjaga dan mengontrol ketersediaan air. Baik di musim hujan atau musim  kemarau.
Embung saat kemarau (foto:ko in)
Embung saat kemarau (foto:ko in)
Pembangunan waduk atau embung, disertai pembangunan jaringan irigasi baru yang mencapai satu juta hektar. Guna merehabilitasi jaringan irigasi yang mencapai sekitar tiga juta hektar, merupakan target yang ingin dicapai dalam mengamankan ketahanan pangan nasional. Semua itu dilakukan secara terencan dan terorganisir mulai tahun 2015 sampai 2019.
Grafis embung (sumber:indonesiabaik)
Grafis embung (sumber:indonesiabaik)
Kerja keras memberi hasil dengan meningkatnya indeks pertanaman petani yang mulanya 176 persen menjadi 250 persen. Artinya, petani dapat menanam padi sebanyak dua kali dan satu kali tanam palawija.
Ketiga, ketersediaan pupuk. Meningkatnya indeks pertanaman petani tidak serta merta naik begitu saja tanpa adanya perencanaan dan keterlibatan instansi lain. Sehingga menghasilkan panen seperti yang diharapkan. Oleh karena itu ketersediaan pupuk sebagai salah satu infrastuktur pertanian perlu dijaga kecukupan kebutuhan dan keterjangkauan harga oleh petani.
Pupuk (foto: bisnis.com)
Pupuk (foto: bisnis.com)
Pemerintah dalam hal ini Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan meminta pemerintah daerah, melakukan validasi ulang luas lahan pertanian yang dimiliki. Untuk kepentingan alokasi pupuk bersubsidi yang diberikan pemerintah kepada petani di daerah. Tahun 2019, pemerintah menyiapkan 9,1 juta ton pupuk dengan anggaran mencapai 29 triliun.  
Ketika ketersediaan air dan pupuk serta luas lahan pertanian mencukupi maka akan berkorelasi positif dengan hasil panen. Agar hasil bumi dapat segera di jual ke pasar, perlu juga dukungan akses jalan pertanian yang baik. Tidak heran jika pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur pertanian dengan membangun jalan pertanian desa, sepanjang 191 ribu kilometer untuk 75 ribu desa. 
Jalan desa (foto: ko in)
Jalan desa (foto: ko in)
Petani di jalan desa (foto:ko in)
Petani di jalan desa (foto:ko in)
Keempat, akses jalan pertanian desa yang memadai memudahkan petani menjual hasil buminya ke pasar atau ke kota. Sehingga memungkinkan petani terlepas dari jeratan tengkulak karena dapat menjual langsung ke pasar. 
Bayangkan, jika 75 ribu desa semakin mudah terhubung dengan kota-kota di dekatnya maka akan mudah meredam harga cabai bak orang yang naik jetcoster, naik turun dengan tajam dan cepat berubah-ubah.
Kelima, alat mesin pertanian (alsinta) seperti traktor, cultivator, rice transplanter dan excavator mendukung kelancaran kerja usaha pertanian. Menurut Dirjen PSP Kementan Dadih Permana bantuan alsinta mampu menekan biaya operasional dari 35 persen sampai 48 persen.
Petani dan traktor (foto:ko in)
Petani dan traktor (foto:ko in)
Kementan tahun ini mengalokasikan bantuan alsinta sebanyak 40.390 unit kepada petani. Dengan bantuan ini diharapkan pekerjaan petani menjadi lebih efisien. Hanya butuh waktu dua sampai tiga jam, untuk membajak satu hektar sawah dari sebelumnya yang butuh waktu berhari-hari. Produksinya juga bertambah karena berlipatnya penanaman dari satu menjadi dua kali bahkan ada yang tiga kali dalam setahun.
 Sejak tahun 2015 pemerintah telah menyalurkan 54.083 unit alsinta. Tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, tahun 2017 tersalur 82.560 unit dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit diberikam ke petani. Guna menjaga keawetan aksinya  dan tepat sasaran banruan. Dilakukan pengawasan lewat cek rutin oleh petugas di lapangan. 
cultivator (foto: anyebp2kp)
cultivator (foto: anyebp2kp)
Dampak bantuan tersebut  ternyata mampu menaikan komiditas tanaman utama pertanian padi, rata-rata naik sebesar  4,07 persen, jagung 12,5 persen dan kedelai naik 8,79 persen dalam lima tahun akhir. 
Keberhasilan atau meningkatnya produk pertanian memang patut mendapat apresiasi. Capaian jangan membuat Kementan berpuas diri tetapi harus segera memikirkan bagaimana menangani hasil pertanian atau pasca panen. Agar hasil produk pertanian cepat terserap pasar dan tidak cepat rusak.  
Tantangan infrastuktur pertanian dan solusinya
Sebagaimana pemerintah memperbaiki dan membuat jalan pertanian desa, agar produk pertanian mudah diangkut dan dijual ke pasar. Maka pemerintah harus memikirkan bagaimana membenahi dan membangun infrastruktur hasil pertanian pasca panen. 
Panen jagung (foto: ko in)
Panen jagung (foto: ko in)
Tantangan pertama manakala hasil pertanian melimpahBagaimana mengelola hasil pertanian pasca panen dengan cara yang baik sehingga dapat mempertahankan kualitas. 
Solusinya membangun atau menyediakan tempat yang menjamin keawetan produk pertanian di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten dengan cara berjenjang. Dengan mengingat akan jenis hasil panen dan banyak sedikitnya permintaan pasar.
Tantangan keduamemberi bekal pengetahuan secara berkelanjutan kepada petani. Tentang cara penanganan hasil pertanian pasca panen agar kualitasnya tetap terjaga hingga mampu bersaing dengan produk-produk pertanian impor. Baik penyimpanan secara mandiri atau kelompok.
Membangun dan memberi pemahaman kepada petani untuk bersikap lebih terbuka akan hal atau pengetahuan baru. Walau ini tidak semudah membalikkan tangan. Oleh karena itu perlu keterlibatan institusi lain, yang mampu melakukan pendekatan ke petani, supaya tujuan mengenalkan sesuatu yang baru yang menguntungkan petani tersampaikan. 
Kelompok tani (caramenanamkebun.blogspot)
Kelompok tani (caramenanamkebun.blogspot)
Seperti lembaga kesehatan, walau tidak memiliki keterkaitan langsung tapi memiliki hubungan yang erat antara hasil pertanian dengan kesehatan manusia yang mengonsumsinya.
Oleh karena itu pemberdayaan petani harus terus menerus dilakukan secara berkelanjutan dan tidak terputus.
Tantangan ketiga, mebangun kepercayaan diri petani bahwa menjadi petani bukan hanya berjasa bagi banyak orang tetapi juga dapat menaikkan tingkat ekonomi. Untuk itu petani perlu bukti bukan janji, yang dapat ditunjukkan dengan naiknya harga jual produk pertanian atau meningkatnya jumlah panenan 
Tidak mudah merubah pola pikir, yang menumbuhkan kepercayaan dan kemandirian petani. Saatnya petani berdaya dan memiliki posisi tawar akan hasil panen tanaman pertaniannya dengan mendapat pengawasan yang optimal dari pemerintah. Termasuk dalam pengendalian harga. 
Panen padi (foto: ko in)
Panen padi (foto: ko in)
Tantangan keempat, pengembangan penelitian terkait dengan bibit dan benih tanaman pertanian. Perlu ditemukan bibit bervarietas unggul, yang dapat bersaing dengan produk lain dari luar negeri. Selain tahan akan hama dan kondisi alam, juga menghasilkan buah yang banyak, besar dan enak bila dikonsumsi.
Tidak ada salahnya, Kementan terus mengintensifkan kerjasama dengan perguruan tinggi dan balai-balai penelitian yang sudah dimiliki. Untuk menemukan varian bibit atau benih yang unggul dan tahan akan berbagai macam hama dan cuaca atau kondisi alam yang ekstrim.
(direktorat publikasi ilmiah dan informasi strategis IPB)
(direktorat publikasi ilmiah dan informasi strategis IPB)
Semua itu membutuhkan komitmen politik dari semua pihak, tidak hanya pemerintah. Tetapi juga steak holder karena tanpa kesamaan visi dan misi dalam menyejahterakan petani, maka menjaga ketahanan pangan hanya jadi sebuah mimpi.
Maka pembangunan pertanian hanya diisi oleh semangat pencitraan. Minim aksi yang bertolak belakang dengan etos kerja petani. Bangun pagi, pergi ke sawah atau ladang dan pulang sebelum matahari terik. Tidak segan berkubang lumpur dan tidak risih dengan kotoran hewan, yang mengotori bajunya saat merabuk sawah atau ladang dengan pupuk kandang.
Bersatu (foto:pixabay)
Bersatu (foto:pixabay)
Saatnya semua saling bantu demi negara dan bangsa. Bukan hanya demi petani atau partai politik tertentu. Inilah tantangan terakhir atau kelima untuk menahan egoisme pribadi atau kelompok. Utamakan kepentingan bersama bukan kelompok atau golongan.  Awali semangat kepedulian sebagai solusinya.  
 Capaian ini ada juga di www.kompasiana.com/koin1903 

Sabtu, 15 Juni 2019

Memaknai Demokrasi Lewat Luber dan Jurdil

Memaknai Demokrasi lewat Luber dan Jurdil
Cermati pilihan (foto: Ko In) 

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sejatinya adalah orang-orang yang memahami demokrasi secara lebih dewasa, dibandingkan dengan mereka yang gemar meneriakkan kata demokrasi. Namun muaranya tidak jauh dari kepentingan individu dan kelompoknya.
KPPS adalah sekelompok kecil orang yang memandu gelaran kenduri politik tahun 2019. Mereka contoh orang yang memahami sekaligus melaksanakan konsep demokrasi dengan penuh tanggungjawab,  berintegritas dan independen.Tetapi tetap menjadi orang yang memiliki pilihan.
Mereka menahan euforia politik yang  bergelora dalam dirinya. Meredam keinginan pamerkan pilihan politiknya dan menempatkan diri sebagai orang yang  tidak berpihak. Aktualisasi berdemokrasi, serta sikap politik KPPS dilakukan saat menggunakan hak pilihnya dibilik suara.
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Demokrasi menjadi bermakna manakala diwujudkan dalam tindakan. Bukan sebatas narasi atau wacana semata. Demokrasi menjadi berarti ketika kebebasan berpendapat, berkumpul dan menentukan pilihan. Disertai dengan tanggungjawab akan pilihan atau putusan yang diambil.
KPPS, orang-orang yang memahami arti demokrasi dengan dewasa. Memilih menjadi KPPS bukan semata-mata ingin melancarkan proses demokrasi tetapi juga karena kesadaran untuk melakukan hal terbaik bagi bangsa.
Sebagaimana pesan Fery Yunus petugas KPPS kepada warga di TPS 02 Menteng, Jakarta Pusat. "Harus teliti, ini kan urusan negara.  Ini urusan nasib rakyat ke depan."  Sehari kemudian usai melakukan tugasnya Fery meninggal diduga karena kelelahan.(BBC,24/4/2019)
Asas luber dan jurdil
Mereka memikul beban. Jujur dan harus adil dalam proses pemungutan suara, yang melibatkan ratusan pemilih. Tugas yang tidak ringan. Sebagai contoh di tempat pemungutan suara (TPS) 22 Purwobinangun, Pakem, Sleman. Sebagian KPPS yang masih tetangga sendiri, sejak pukul 06:00 sudah mempersiapkan diri untuk kelancaran pencoblosan.
(foto: brainly)
(foto: brainly)

Tidak heran jika persiapan mesti dilakukan sejak pagi supaya semua pemilih dapat terlayani saat memberikan suaranya secara langsung. Tidak boleh diwakilkan dan tanpa perantara. Berlaku secara umumuntuk semua warga yang telah memenuhi syarat dan memiliki hak pilih.
Dalam menentukan pilihan, pemilih bebas dari segala bentuk tekanan dan paksaan. Dengan kata lain, bebas memberikan suara pada calon yang dikehendakinya. Dan rahasia karena yang mengetahui pilihannya, hanya dirinya sendiri.
Proses pemilu cukup panjang hingga akhirnya muncul nama-nama capres-cawapres dan calon wakil  rakyat. Perlu kejujuran niat peserta pemilu hingga layak menjadi pilihan pemilih. Demikian pemilih mesti jujur dengan pilihan berdasarkan pertimbangan akal sehat dan suara hati. Sehingga tercipta sebuah korelasi yang sehat antara yang memilih dan yang dipilih.
Terakhir, semua itu berjalan dengan adil manakala semua peserta pemilu mendapat perlakuan sama, tidak dibedakan dan dirugikan. Sebagaimana pula pemilih tidak mengalami perlakuan yang diskriminatif dan merugikan saat menggunakan haknya.
Asas pemilu (foto:youtube)
Asas pemilu (foto:youtube)
Malam hari, masih berlangsung kegiatan penghitungan suara. Nampak wajah-wajah yang menggambarkan keletihan dari KPPS. Sesekali diantara mereka saling mengingatkan untuk tidak terlalu cepat dalam membuka kertas suara dan mencatat hasil suara yang di tempel di dinding atau papan.
Sekitar pukul 21:00 saya mendatangi TPS karena sayup-sayup mendengar suara KPPS yang angka atau nomor. Sekaligus ingin tahu sejauh mana perhitungan suara sudah berlangsung.
Antri menunggu giliran coblosan (foto: Ko In)
Antri menunggu giliran coblosan (foto: Ko In)
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Sesekali terdengar canda diantara KPPS untuk mengurangi rasa letih dan kantuk. Jika ada yang salah tulis, salah memasukkan suara ke kolom yang semestinya. Dengan sportif minta maaf kepada sesama petugas dan saksi, sebab bukan maksud dan tujuannya menghambat kelancaran penghitungan suara. Tetapi karena kelelahan sehingga konsentrasi menurun.
Tentu tidak lupa mencatat hal yang penting dalam laporan atau berita acara, yang ditandatangani ketua dan anggota KPPS dan saksi. Termasuk jika ada kejadian khusus, semua dicatat dalam formulir yang disediakan dan ditandatangani oleh KPPS dari ketua dan anggota juga saksi peserta pemilu yang hadir.
Jika ada KPPS atau saksi yang menolak tandatangan. Ada formulir yang diperuntukkan untuk mengisi keterangan, mengapa yang bersangkutan menolak menandatanganinya.
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Merekalah orang-orang yang memahami arti demokrasi sesungguhnya. Manakala para pemberi suara dapat tidur dengan nyenyak, para petugas penyelenggara pemilu masih bergulat dengan kertas suara, ditemani saksi, beberapa pengamat dan tentunya pengawas.
Sekitar pukul sembilan pagi, penghitungan suara dan pengisian laporan pelaksanaan coblosan  di TPS 22, selesai. Warga, saksi dan siapapun dapat melihat hasil coblosan pemilu Presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD di TPS 22. Beberapa warga dan sekitar dua ratus pemilih merasakan bahwa pelaksanaan pencoblosan berlangsung bebas, rahasia, jujur dan adil. Dan semua orang, masyarakat umum dapat melihat seluruh proses penghitungan suara.
Saat datang ke TPS, mendaftarkan diri dengan menyerahkan surat undangan. Kemudian antri menunggu giliran dipanggil sambil ngobrol segala macam dengan tetangga. Setelah mencoblos, mencelupkan jari ke tinta. Jika masih ingin ngobrol dengan tetangga atau pemilih lainnya. Atau ikut menunggu sampai selesai juga diperbolehkan. Tidak ada yang melarang.
Antusiasme coblosan (foto:Ko In)
Antusiasme coblosan (foto:Ko In)
Sebagai pemilih atau pemberi suara pada acara kenduri demokrasi 17 April lalu, merupakan bentuk mempercayakan suara atau pendapat kepada pasangan presiden dan wakilnya serta calon anggota dewan yang dipercaya.  Soal siapa yang menang, siapa yang terpilih lewat raihan suara terbanyak itu persoalan kemudian.
Pesta atau acara kenduri demokrasi sudah usai, tidak ada salahnya memberi pujian kepada KPPS yang telah melakukan tugasnya dengan penuh tanggungjawab.  Bahkan tidak sedikit anggota KPPS yang meninggal karena kelelahan, ini tentu akan menjadi bahan evaluasi bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dalam buku panduan KPPS 2019 yang dapat diunduh oleh siapa saja untuk dibaca. Masyarakat  yang hadir diperbolehkan untuk mendokumentasikan formulir hasil pemungutan dan penghitungan suara setelah ditandatangani oleh KPPS dan saksi.
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Jika sampai ada yang mengatakan telah terjadi kecurangan dalam pelaksanaan pemilu maka perlu dilihat lebih teliti ada di TPS mana saja kecurangan itu terjadi. Apakah sesuai tidak dengan keterangan saksi yang hadir. Jangan sampai informasi atau berita kecurangan pemilu bersumber dari katanya dan katanya.
Jangan-jangan yang bersuara keras tentang adanya  kecurangan dalam pelaksanaan pemilu tahun ini, tidak pernah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu melihat  proses penghitungan suara di TPS nya. Yang berlangsung sampai keesokan hari.
Dapat dipahami jika ada sebagian KPPS yang merasa sakit hati mendengar tuduhan sebagian orang yang menilai ada kecurangan sacara massif di pemilu tahun ini.  Apakah yang melakukan tuduhan tersebut hadir di TPS saat penghitungan suara ? Adakah bukti catatan dalam formulir yang ditandatangani oleh KPPS dan saksi yang hadir, yang mengarah pada kecurangan? Bukankah di tiap TPS hadir pengawas ?
(gambar KPU)
(gambar KPU)
Tegas tindak pelanggaran
Tugas dan fungsi pengawas berjalan, setiap pelanggaran di proses sesuai tingkat dan skala pelanggarannya. Setiap pelanggaran dalam pemilu ada sanksinya.
Seperti yang terjadi di TPS 5 Lembang Puting Penantian, Tantenya, Toraja Utara ketua KPPS divonis hukuman kurungan dan denda karena terbukti melakukan pencoblosan lebih dari satu kali (Toraja daily.com, 23/5/2019).
Demikian pula hukuman harus diterima pasangan suami istri yang kedapatan melakukan pencoblosan dua kali di TPS yang berbeda. TPS 10 dan TPS 12, Kandis, kabupaten Siak, Riau (detik.com,29/5/2019)
(foto: twetter KPU)
(foto: twetter KPU)
KPPS yang meninggal dalam rangka menjalankan tugas, akan pergi dengan senyum melihat kedewasaan cara berpolitik dan berdemokrasi dari pemilih dan peserta pemilu. Sebab pengorbanannya tidak sia-sia. Jangan buat mereka bersedih melihat bangsa ini yang sudah merdeka tujuh puluh tahun lebih, masih bersikap kekanak-kanakan dalam memahami dan memaknai kemerdekaan.
Belajar demokrasi juga di www.kompasiana.com/koin1903

Kangen Lodeh, Cak ?

Kangen Lodeh, Cak?
Lodeh dan Mendoan (foto:Ko In)
Makan bersama itu aktivitas yang tidak hanya mengenyangkan perut tetapi juga mampu membangun relasi yang dalam antar pelakunya. Sehingga terjalin keakraban yang kualitatif berdasar kepedulian, saling menghargai pengalaman yang telah dijalani.
Berbagi pengalaman hidup dan ilmu bagian sifat baik manusia yang mesti dipelihara. Ditularkan kepada siapa saja agar semangat berbagi menjadi warna kehidupan sehingga bermanfaat bagi orang lain. Sebab sejatinya orang hidup itu berarti atau bermakna bila mampu berbagi dalam keterbatasan atau kekurangannya.
Sebagian Kompasianers Jogja (Kjog),di dalah satu akhir pekan di bulan kelima 2019 menggelar acara buka  bersama di Depot Jawa Timur, Sleman City Hall, Yogyakarta. Sambil mendengarkan pengalaman Monyoku admin instagram @fyijogja, tentang bagaimana mengelola medsos yang memberi pengaruh bagi banyak orang di dunia maya dan nyata.
Si pemalu ? (foto: ko in)
Si pemalu ? (foto: ko in)
Laki-laki kurus ini mengawalinya dengan malu-malu yang membuat sebagian Kjogs tertawa dan menghangatkan suasana di Depot Jawa Timur, khususnya di lantai dua. Ruangannya cukup lebar. Cocok untuk acara meeting kantor atau diskusi ringan seperti sore itu.
Lantai 2 Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Lantai 2 Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Menurut pengalaman Monyoku, hal penting dalam bermedsos khususnya Instagram jeli memperhatikan follower, view dan hastag. Pria yang gemar memakai kacamata bulat melihat ada beberapa karakteristik follower dan hal itu harus dicermati perilakunya.

Monyoku di hp (foto:ko in)
Monyoku di hp (foto:ko in)
Ada yang suka follow akun dan memberi like. Atau sebaliknya jarang memberi like atau follow back tetapi sering meminta pemilik akun lain untuk memfollow dirinya. Dalam kesempatan itu, Monyoku membagi beberapa tips dan trik cara meningkatkan jumlah follower.
Acara seru tersebut, semakin seru manakala saat berbuka puasa tiba. Soto Lamongan, sayur lodeh gurih dan ayam kremes menjadi pengisi perut yang sudah kosong. Buka puasa terasa manis dengan es buah dan sirup dingin. Tidak lupa kolak ketela. Menambah kenangan manis tentang hari ini di akhir pekan.
Soto Lamongan (foto:ko in)
Soto Lamongan (foto:ko in)
Soto Lamongan tanpa nasi cukup membuat kenyang perut karena bihunnya yang cukup banyak. Apalagi saat disantap dalam kondisi hangat. Tambah kecap dan sambal. Ehm...., uritan daging ayamnya pun cukup besar.
Satu mangkok soto Lamongan sudah habis. Namun lidah ini masih ingin mencicipi menu lainnya, yang cukup mengundang selera. Sayur lodeh dan tempe mendoan. Jangan lupa kecap dan sambal. Tak terasa tempe mendoan ketiga sudah menyusul ke mulut.
Suasana yang tadi cukup ramai dengan celotehan Kjog, menjadi sedikit hening karena Kjog sibuk dengan makanan yang ada di depannya. Saat Lihana, salah satu pengelola dari Depot Jawa Timur menanyakan bagaimana rasa masakannya.
Lodeh dan mendoan (foto:ko in)
Lodeh dan mendoan (foto:ko in)
Lidah saya kelu seolah sulit untuk menjawabnya. Masalahnya dalam pikiran ini berputar-putar pikiran bagaimana bisa membawa pulang sayur lodeh yang begitu gurih, buat makanan sahur. Sehingga kata yang keluar pertama kali dari mulut saya, "Sayangnya......, perut ini sudah kekenyangan. Padahal pingin nambah lodehnya."
Bukan kalimat itu yang  sebenarnya ingin saya utarakan. Yang ingin saya sampaikan,"Sayangnya..... tidak bisa bawa pulang sayur lodehnya. Padahal enak sekali." Ah, lidah memang tidak bertulang.
Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Gurihnya pas dan tidak terlalu asin. Sebetulnya sayur lodeh itu bukan menu utama. Yang utama rawon dan cingur khas Jawa Timuran. Maka tidak aneh jika Lihana mengambil nama Jawa Timur untuk depotnya karena Rawon dan  rujak Cingur itu khas milik Jawa Timur.
Identitas lokal yang ditandai dari jenis kuliner memang memperkaya bangsa ini. Perbedaan selera, jenis makanan sampai adat dan budaya menjadikan Indonesia itu unik. Perbedaan yang menyatukan walau rawon dan cingur ada di Jogja tapi dapat hidup berdampingan dengan gudeg dan makanan lainnya yang memilik brand dari luar negeri.
Tampak depan (foto:ko in)
Tampak depan (foto:ko in)
Ruangan depot Jawa Timur kesannya sederhana tetapi justru disitu letak daya tariknya. Warna krem dan coklat mendominasi ruangan dengan letak kasir yang ada di tengah. Tidak di pintu atau pojokan dekat dinding. Sebagaimana warung atau cafe lainnya. Ini menambah suasana keakraban.
Beberapa lukisan menggambarkan identitas Jawa Timur mengisi sebagian dindingnya. Benar-benar ruangan yang semakin membuat rindu pulang kampung, Cak.
Krem dan coklat (foto:ko in)
Krem dan coklat (foto:ko in)
Setelah kenyang dengan soto dan sayur lodeh, tiba-tiba isi kepala ini dipenuhi dengan lagu yang akrab di telinga. Hampir setiap orang mengenalnya karena cukup populer.
Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan
Rek ayo rek rame rame bebarengan
Cak ayo cak sopo gelem melu aku
Cak ayo cak golek kenalan cah ayu

Ngalor ngidul liwat toko ngumbah moto
Masio mung nyenggal nyenggol ati lego
Sopo ngerti nasib Awak lagi mujur
Kenal anake sing dodol  motor mabur
Ups.....
Yang kangen juga di www.kompasiana.com/koin1903 

Telah Terjadi "Tembak-Tembakan" di Mall Jogja

(Foto: Dimas Kjog)

Telah terjadi tembak-tembakan di salah satu mall di Jogja. Kira-kira 20 orang, terlibat dalam tembak-tembakan. Mereka memakai penutup wajah sebagai pelindung agar tidak terluka saat tertembak di bagian muka. Sekitar pukul 14.00 sampai 16:00 aksi itu terjadi di Lippo Plaza Mall Yogya (27/4). 
Bukan baku tembak beneran antar blogger tapi tembak-tembakan. Mall ternyata bukan sekedar tempat bertransaksi antara penjual dan pembeli. Mall juga bukan hanya tempat untuk memuaskan nafsu konsumtif dan bukan sekedar tempat untuk melepas penat dengan cara mencuci mata.
Konotasi mall selama ini sebatas tempat tempat untuk menghambur-hamburkan uang. Jika tidak,  ya sebagai tempat untuk buang-buang waktu. Tidak harus belanja tetapi cukup jalan-jalan dari lantai ke lantai selanjutnya, sekalian ngademin badan dan pikiran.
Di mall, tersedia pula tempat makan dan minum. Maka tidak heran jika definisi mall semakin luas bukan hanya tempat belanja tetapi juga mendapat tambahan kata wisata di depannya. Wisata belanja, juga wisata kuliner karena tidak sedikit mall yang menyediakan tempat khusus sajian kuliner.
(foto: Dimas Kjog)
(foto: Dimas Kjog)

Berkat kejelian  Muhammad Subroto, fungsi mall semakin luas. Mall jadi tempat atau sarana olahraga. Jangan cepat-cepat berasumsi tempat olahraga seperti gymnastik atau tempat kebugaran pada umumnya, dengan sejumlah peralatannya yang berat dan besar di sana. Mas Antok demikian panggilan akrabnya merubah tempat parkir di mall menjadi arena perang-perangan, tembak-tembakan, atau tet, tet, tet, tet.......
Apalah sebutannya bebas. Dor-doran, rasanya tidak pas karena suara yang dikeluarkan dari unit, yang menyerupai senjata bukan dor tapi tet tet, tet, tet, tet, tet. Menyebut tembak-tembakan, boleh juga dan karena kegiatan ini tidak lepas dari membidik sasaran.
Kecuali jika mau membidik hati gebetan. Mesti cari momen yang pas, jangan sampai salah sasaran bilang "I love you" ke Marshal atau pengawas permainan di arena tempur. Sebab selama berada di arena semua peserta wajib memakai pelindung muka yang disebut google. Jadi tidak terlihat jelas wajah gebetan yang akan kamu tembak.
Siap tembak (foto:Ko In)
Siap tembak (foto:Ko In)
Mengawasi lawan (foto:Ko In)
Mengawasi lawan (foto:Ko In)
Yakin mau nembak hati si dia ? Cari dulu dimana dia diantara luasnya tempat parkir dan beberapa pelindung dari teriplek, tumpukan karung dan ban bekas serta pilar-pilar bangunan. Jangan sampai dia malah yang nembak duluan dirimu dengan tanda merah di kulit dan sedikit panas. Efek terkena peluru atau ball bearing yang ukurannya kecil dengan diameter sekitar 6 mm.
Di tangan mas Antok, tempat parkir berubah menjadi tempat rekreasi dan olahraga, bagi pengunjung atau orang-orang yang bekerja di Lippo Plaza Jogja. Tidak perlu menunggu lama supaya keringat mengalir.
Gabungan keinginan mengalahkan lawan, menembak dan khawatir tertembak duluan. Memompa adrenalin sebab jika tertembak harus angkat tangan dan mengangkat  unit permainan di atas kepala sambil berjalan menyusuri pinggir arena permainan. Permainan ini menumbuhkan ketegangan, berusaha lebih lama "hidup" dan terus bergerak di arena yang membuat cepat berkeringat.
Replika senjata (Foto:Ko In)
Replika senjata (Foto:Ko In)
Lari, tembak, cari perlindungan, amati gerak lawan, tembak, lari lagi. Dekati lawan dalam jarak tembak, supaya tepat sasaran tembakannya. Suara tet, tet, tet ada dimana-mana. Sesekali diiringi suara tek, tek, tek bunyi benturan peluru lawan yang berbentuk bulatan dengan papan triplek. Pelurunya berwarna putih seperti pilus, demikian ucapan spontan teman-teman Kompasianers Jogja melihat peluru atau ball bearing. Terbuat dari plastik lunak.
Maklum sebagian Kjog ini kerap mendapat undangan untuk mereview makanan maka dibenaknya selalu berputar-putar aneka jenis makanan.
Walau pelurunya terbuat dari plastik lunak jika kena anggota tubuh yang tidak terlindungi terasa sakit dan memunculkan warna merah. Tapi jangan khawatir, tidak lama kemudian akan hilang. Sakit mana antara tertembak dan gigitan semut? Sumpah, lebih sakit digigit semut.  
Bukan pilus (foto: Ko In)
Bukan pilus (foto: Ko In)
Lalu bagaimana rasanya jika hati yang ditembak? Ah, sebagian besar pasti sudah pernah mengalami. Ada yang bingung, merasa mati kutu, tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Seperti yang saya alami. Setelah berlari, tembak, tet, tet, tet...... Sembunyi diantara papan atau pilar gedung sebagai perlindungan.  Berusaha membidik atau nembak lawan di depan. Tet, tet, tet .......Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari belakang "Freeze....!!!". Bukan I love you.
Itu tanda saya, mati tanpa tertembak. Begitu kira-kira artinya dan saya harus keluar arena dengan angkat tangan. Sambil mengangkat unit perang-perangan di atas kepala. Keluar sebelum permainan selesai. Kalah sebelum finish. Rasanya seperti mengungkapkan rasa cinta tapi kemudian ditolak. Baru terasa keringat sudah mengalir dimana-mana. Padahal permainan belum sampai 10 menit.

Tempat perlindungan membidik (foto; Ko In)
Tempat perlindungan membidik (foto; Ko In)
Permainan dor-doran, tembak-tembakan, tet-tetan mesti diperpanjang satu ronde lagi karena dengan freeze tadi tim saya kalah. Hasilnya seri, setelah sebelumnya tim saya menang. Di ronde berikutnya, tim saya menang hingga akhirnya sampai final.
Sayang di final tim saya kalah karena gagal mempertahankan bom mainan dan kalah dalam perebutan bendera. Sebagian tim saya tertembak dan lawan berhasil membawa bendera sebagai tanda kemenangan.
Seru, kata yang pas untuk menggambarkan permainan sekaligus kegiatan olahraga ini. Ada baiknya sebelum memulai latihan. Eh, pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu. Bukan pemanasan mengucapkan kata "I love you" atau "Freeze" ya.
Tropi dan bendera kemenangan (foto:Ko In)
Tropi dan bendera kemenangan (foto:Ko In)
Terkapar setelah kalahkan 4 tim (foto:Ko In)
Terkapar setelah kalahkan 4 tim (foto:Ko In)
Permainan ini dibuka pertengahan Februari 2019 oleh Jogja Airsoft Wargame (JAW) di Lippo Plaza Mall . Keberadaan permainan ini menurut mas Antok sebagai sarana mengenalkan olahraga air soft ke masyarakat. Apalagi JAW tergabung dalam Persatuan Olahraga Air Soft Seluruh Indonesia atau Porgasi cabang DIY.
JAWS (foto:Ko In)
JAWS (foto:Ko In)
Tata tertib permainan (foto: Ko In)
Tata tertib permainan (foto: Ko In)
Waktu untuk seru bermain dibuka dari pukul 14:00 sampai 22:00, kecuali akhir pekan buka lebih awal mulai pukul 10:00. Sedikitnya empat orang untuk dapat bermain dengan biaya Rp 50 ribu per orang. Sudah mendapatkan sekitar tiga ratus butir pilus. Eh, ball bearing atau peluru. Jika ingin mengisi ulang tinggal nambah Rp 15 ribu per unitnya. Durasi permainan 90 menit.Biaya tersebut sudah termasuk perlengkapan permainan seperti unit, sebutan untuk replika senjata. Pelindung muka dan dada.
Selama puasa JAW memberi kesempatan bermain dari pukul 14:00 sampai 15:30 dan pukul 16:00 sampai 17:30 dengan biaya Rp 40 ribu  perorangnya. Ayo, tembak - tembakan.

Tulisan ini telah tertembak di www.kompasiana.com/koin1903 

Rabu, 08 Mei 2019

Membangun Daerah 3 T Itu, Membangun Keberagaman Bukan Keseragaman



(Foto: jawa pos)
Membangun daerah  3 T atau terdepan, terluar  dan teringgal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) intinya membangun kehidupan manusia agar lebih sejahtera, dengan mempertahankan kekhasan atau ciri lingkungan sosio kultural, sebagai identitasnya. Sebab perbedaan identitas itulah sebenarnya esensi kehidupan yang memperkaya keunikan sebuah bangsa.

Membangun mesti berdasar nilai - nilai universal yang  berlandas pada nilai kemanusiaan. Memiliki sikap saling peduli, saling tolong, menjaga martabat serta peradaban. Serta saling menghargai sebagai sesama mahluk hidup.

Membangun daerah terdepan, terluar dan tertinggal mesti memperhatikan enam hal berikut :
  • Pertama terjalin dialog yang baik. 
  • Kedua, memiliki kemampuan dan kemauan saling membantu.
  • Tiga perlu partisipasi atau peran aktif. 
  • Empat pendampingan yang berkelanjutan hingga menjadikan mandiri. 
  • Lima adanya kesempatan.
  • Enam memiliki dorongan untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan diri lewat kegiatan seni budaya, sebagai wujud penyampaian identitas dan jati diri bangsa Indonesia.

Membangun itu saling membantu
Manakala pemerintah tidak mampu membangun wilayah terdepan, terluar dan tertinggal, bukan berarti pemerintah abai atau kurang peduli. Skala prioritas menjadi alasan pemerintah karena tidak sedikit tempat atau wilayah lain yang harus mendapat perhatian dan dibangun.

Saling membantu (Foto: Tribunnews)
Luasnya wilayah NKRI serta jumlah penduduk yang cukup besar berpengaruh dengan kemampuan finansial negara dalam melakukan pembangunan. Belum lagi ribuan pulau yang tersebar juga membutuhkan perhatian tersendiri, sebagaimana wilayah-wilayah terdepan dan terluar.

Menggandeng swasta atau investor untuk membangun daerah atau wilayah terluar dan terdepan merupakan salah satu solusi mengatasi ketidak mampuan tersebut. Harapannya masyarakat di daerah mengalami peningkatan kesejahteraan dan kelayakan hidup. Lewat fasilitas pendidikan, peribadatan, kegiatan ekonomi  dan kesehatan serta infrastuktur yang memadai.

Bantuan diperlukan untuk meningkatkan taraf kehidupan tanpa harus menghilangkan atau mengorbankan identitas lokal atau ciri kebudayaan setempat.   KORINDO perusahaan yang berdiri di tahun 1969, memahami bahwa potensi lokal termasuk sumberdaya manusianya merupakan aset yang tidak ternilai.
(Foto: Korindo)
Monumen Bung Hatta (Foto: Wikipedia )
Lewat pengalaman yang cukup lama, Korindo membuktikan sekaligus jadi contoh keberhasilan dalam membangun investasi yang kondusif di daerah perbatasan, seperti di Boven Digoel dan Merauke Papua.

Pembangunan yang  dilakukan Korindo bukan semata-mata untuk pembangunan fisik atau kewajibannya karena telah berinvestasi di wilayah Indonesia. Bangun Perbatasan Jadi Terasnya Indonesia lewat pembangunan fasiltas kesehatan, pendidikan, tempat ibadat serta infrastuktur lainnya adalah cara membangun manusia dalam arti yang luas.

Fasilitas kesehatan (faskes) yang dibangun Korindo dua tahun lalu, di desa Asiki, distrik Jair, kabupaten Boven Digoel Papua, wujud aksi untuk saling membantu. Faskesnya tergolong  modern mengingat letaknya di daerah terluar dan terdepan.

Faskes ini pernah menyabet penghargaan sebagai klinik terbaik di Papua versi BPJS. Klinik ini didirikan di luar area perusahaan dengan pertimbangan untuk mempermudah warga sekitar dalam mengakses fasilitas kesehatan tersebut.

Klinik Asikin (Foto:Tribunnews)
Belum lama ini klinik Asiki melaksanakan program “Mobile Service”. Tujuannya meningkatkan kesehatan ibu hamil dan bayi di kabupaten Boven Digoel. Sarana ini tidak hanya melayani  karyawan Korindo. Tetapi juga melakukan kunjungan ke kampung-kampung dan perbatasan wilayah sekitar perusahaan Korindo yang berada di Boven Digoel.

Kegiatan pembangunan fisik tersebut tidak lepas dari komitmennya akan program CSR / CSC (Corporate Social Responsibility / Corporate Social Contribution ) Korindo yang fokus pada program strategis, sistematis dan berlanjut lewat lima program utama yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan infrastruktur.

Semangat pelayanan dari  klinik Asiki mestinya menjadi contoh bagi perusahaan atau instansi kesehatan lainnya. Layanan klinik kelilingnya dilakukan empat atau lima kali dalam sebulan.  Sebuah pelayanan yang luar biasa, mengingat jangkauan layanan dan kondisi alam yang jauh dari kata ramah.

Klinik keliling (Foto: Korindo)
Kunjungan klinik keliling sampai ke wilayah perbatasan, termasuk menyambangi daerah yang berada di tepi sungai. Dokter dan tenaga medis klinik keliling atau mobile service Asiki tidak jarang turun langsung ke desa menyusuri sungai dan anak sungai Digoel.

Indonesia terus berubah, sumberdaya manusia dari negeri ini sadar perlunya perubahan. Sebagaimana dituturkan pengalaman dokter Firda dari klinik Asiki saat bertugas ke desa Ujungkia yang menghabiskan waktu selama tiga jam untuk menyusuri sungai Digoel dengan perahu motor demi memberikan pelayanan kesehatan. Sesampai di sana sudah ada sekitar 50 warga yang mengantri untuk mendapatkan layanan kesehatan.

Layanan klinik (Foto: Korindo)
Perubahan untuk Indonesia yang Lebih Baik tidak harus hingar bingar suaranya, yang dibutuhkan dan diperlukan adalah aksi. Bukan pula kerja dalam skala besar yang menarik perhatian banyak orang namun yang penting adalah tindakan nyata. Dirasakan manfaatnya secara langsung oleh orang lain, baik secara fisik maupun pemikiran. Walau bentuk kerjanya sederhana.

Jika di kota besar penyuluhan lewat radio mungkin sudah banyak ditinggalkan. Namun di Boven Digoel penyuluhan kesehatan lewat sekolah, siaran radio dan kunjungan ke desa yang letaknya terpelosok masih sangat dibutuhkan. Oleh karena itu daerah terluar, terdepan, tertinggal masih membutuhkan tenaga yang peduli akan Perubahan untuk Indonesia yang Lebih Baik.

Bantuan untuk Indonesia lebih baik (Antara foto)

Bukan perkara mudah berinvestasi di daerah dengan infrastruktur belum memadai  sebagaimana di daerah terluar, terdepan dan tertinggal dalam banyak aspek kehidupan. Guna mendukung kelancaran investasi, Korindo terlibat melakukan pelatihan atau pendidikan bagi penduduk sekitar perusahaan. Ini tidak lain bagian dari komitmen perusahaan akan program CSR/CSC. Pembangunan fisik tidak ada maknanya jika tidak disertai dengan pembangunan sumberdaya manusia.

Membangun bukan menyeragamkan 
Makna pembangunan bukan berarti membuat keseragaman. Menduplikasi keberhasilan pembangunan daerah atau negara lain ke salah satu daerah terdepan, terluar dan tertinggal di wilayah NKRI. Tidak semua model atau pola pembangunan cocok dan tepat diterapkan untuk tiap daerah. Termasuk menerapkan pola yang sama dari daerah lain, ke daerah lainya walau masih sama di NKRI.

Karena itu membangun harus disertai jiwa atau roh keberadaban, keadilan, kelayakan, kepatutan, serta penghargaan akan nilai-nilai kearifan lokal. Apa yang nampak modern belum tentu dapat diterima oleh saudara-saudara kita yang mendiami daerah terdepan dan terluar.

Membangun sumberdaya manusia (Foto: kemendesa)

Untuk itu perlu dilakukan dialog atau komunikasi yang baik agar menemukan titik temu wujud pembangunannya agar masyarakat atau warga yang tinggal di bagian terdepan dan terluar Indonesia, menjadi lebih sejahtera dan layak kehidupannya.

Dengan pengalaman yang dimiliki hampir  50 tahun Korindo mampu mengelola perbedaan kepentingan dengan penduduk lokal. Tentu Korindo terbuka berbagi pengalaman kepada semua pihak, agar pengalamannya menjadi pelajaran yang dapat diambil nilai-nilai positifnya. Tanpa bermaksud programnya diduplikasi untuk diterapkan di daerah atau wilayah lain dari NKRI.

Sekali lagi bahwa pembangunan itu bukan semata-mata membangun fisik tetapi juga membangun manusia. Setiap manusia di setiap derah memiliki sifat dan karakter yang berbeda.

Keluarga sejahtera (Foto: lsd.org)
Pengertian pembangunan sejatinya lebih luas dari sekedar pertumbuhan ekonomi.  Pembangunan itu melingkupi pertumbuhan atau peningkatan akan rasa aman, memperoleh perawatan kesehatan dengan baik. Memperoleh kesempatan pendidikan. Merdeka membangun keluarga  yang beriman dan mengembangkan diri sesuai kodrat kemanusiaanya.

Oleh karenanya pembangunan tidak dapat diseragamkan atau tinggal copy paste. Perlu partisipasi dari penduduk atau warga setempat supaya muncul pemahaman pentingnya sebuah penghargaan akan karya atau kerja.

Partisipasi muncul manakala seseorang memiliki kemampuan atau berdaya. Jika tidak memiliki, maka mesti dibantu seperti yang terjadi di daerah 3T. Program pemberdayaan masyarakat oleh Korindo tidak bersifat populis dan spektakuler. Korindo lebih mementingkan  kebutuhan masyarakat lokal.


Budidaya tanaman sayur (Foto:Korindo)

Pemanfaatan lahan kosong menjadi kebun sayur bagi sebagian daerah mungkin hal biasa. Tapi tidak bagi warga kampung Aiwat, distrik Subur, kabupaten Boven Digoel, Papua. Korindo Papua mengajari masyarakat bagaimana menanam sayur (www.korindonews.com, 2/5/2019) .

Kegiatan pemberdayaannya sederhana. Mengajari  menanam sayuran seperti jagung, kangkung, kedelai, cabai dan lainnya sehingga hasilnya dapat dinikmati mereka sendiri. Hal yang biasa dilakukan di daerah agraris seperti di Indonesia. Bahkan bagi sebagian masyarakat sudah merupakan pekerjaan sehari-hari.

Dibalik kegiatan ini terkandung tujuan untuk memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar memiliki keinginan berusaha dalam memanfaatkan lahan.

Mata Dodos (Foto:indonetwork)
Korindo tidak hanya memberikan bantuan pengetahuan dalam konteks pemberdayaan,  tetapi lebih dari itu. Ikut memberi  bantuan bibit serta perlatan kebutuhan bercocok tanam seperti cangkul, sekop, dodos dan alat semprot.

Demikian halnya dalam melakukan aktivitas yang disebut pendampingan. Korindo melakukan pendampingan dalam arti yang sebenarnya. Melakukan kontrol berkelanjutan terhadap program tanam sayur tersebut. Ini mestinya menjadi contoh bagi lembaga atau institusi lain bahwa program pemberdayaan tidak hanya dilakukan dalam satu kali pertemuan.

Atau memberi bantuan pengetahuan dan alat, namun setelah itu tidak ada tindak lanjut. Seperti evaluasi dan mendengar keluhan atau kesulitan dari masyarakat, warga yang diberdayakan.

Program ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan warga sendiri akan kebutuhan sayuran. Kedepan hasil ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar kampung  dan dapat menjadi salah satu sumber penghasilan.

Peta daerah Boven Digoel (wikipedia.org)
Apa yang dilakukan Korindo di Papua khususnya di kampung Aiwat perlu mendapat acungan jempol, sekaligus menunjukkan komitmen Korindo pada visinya. Visi, membangun hubungan yang harmonis antara kegiatan bisnis perusahaan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian.

Membangun kebhinekaan
Manakala hasil pembangunan sudah tertata, sistem berjalan baik sehingga masyarakat yang mendiami daerah 3 T menjadi lebih sejahtera dan menikmati serta menjalani kehidupan dengan lebih layak. Maka seiring dengan proses berjalannya waktu, daerah terdepan dan terluar akan berubah dengan sendirinya menjadi benteng pertahanan yang solid bagi NKRI.
Filosofi Korindo (Foto: Korindo)
Dengan catatan, masyarakat atau warga di daerah terdepan dan terluar memiliki semangat kesatuan sebagai bagian dari wilayah NKRI dengan kesadaran akan penghargaan terhadap hal yang berbeda. Sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokalnya. Sebagaimana tercantum dalam bingkai kebhinekaan.

Budaya lokal yang memiliki nilai-nilai serta filosofi yang dalam tentang kehidupan. Menjadi daya tarik, kekhasan, keunikan yang menggambarkan Indonesia secara keseluruhan. Sehingga menjadi etalase bangsa dan negara.

Manakala kesejahteraan dan kelayakan hidup telah terpenuhi maka tidak ada salahnya memberikan kesempatan pada warga atau masyarakat yang tinggal di daerah terdepan dan terluar untuk mengekspresikan atau mengaktualisasikan diri lewat kekayaan seni dan budaya lokalnya.

Apakah lewat tari-tarian, musik, seni suara, seni kriya, totem, tatoo atau aktivitas adat lain yang memiliki daya tarik sehingga menarik minat orang untuk melihat dan ingin tahu. Sehingga daerah terdepan dan terluar benar-benar menjadi beranda yang mengundang orang untuk mengunjunginya.

Karya seni (Foto: Jakarta post)
Supaya tidak ada lagi kata tertinggal dibelakang kata terdepan dan terluar.  Tetapi menjadi daerah yang memiliki keunikan tersendiri dengan daya tarik seni budaya lokal. Adat istiadat yang khas dan tidak ditemui atau dijumpai di daerah lainnya.

Itsmy blog

 It's my mine