Rabu, 20 Desember 2017

Ada Cinta di Rupiah, Tapi Bukan Gambar Hati atau Kata "Love"



Foto: www.bi.go.id

Mencintai artinya memberi kesempatan kepada orang  atau sesuatu yang dicintai untuk tumbuh dan berkembang, sehingga keberadaan atau kehadirannya dapat menambah warna-warni kehidupan. Mencintai itu tidak sebatas memiliki. Mencintai itu mengembangkan, merawat dan menjaga terhadap apa yang dicintai.
Mencintai itu rela berkorban, murah hati, sabar dan ingin saling membahagiakan. Tidak ada istilah untung rugi, jauh dari keinginan untuk saling memanfaatkan. Yang ada keinginan untuk saling melindungi dan peduli, agar cintanya tumbuh dan berbunga suka cita sehingga menghasilkan buah-buah kedamaian.
Negeri ini bebas dan berdaulat karena tidak lepas dari cinta. Cinta para pejuang dan pahlawan yang rela mengorbankan jiwa raganya demi kemerdekaan bangsa dan negara, yang diperuntukan bagi anak-anak negeri. Agar generasi pengisi kemerdekaan dapat menjalani kehidupan yang bebas bertanggung jawab,  sejahtera, sentosa, diliputi rasa keadilan, penuh sukacita dan rasa damai.

Tidak  mudah mendefenisikan cinta. Tetapi  tidak sulit untuk merasakan dan mewujudkanya. Pejuang dan pahlawan telah memberikan teladan serta contoh bagaimana mencintai negeri ini. Pengorbanan menjadi kunci, hingga kemerdekaan dapat terwujud di tanah air .
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Cinta itu bukan menguasai karena merasa memiliki. Cinta itu menjadi bagian atau terlibat dalam dinamika kehidupan orang atau sesuatu yang dicintai. Mengenal, menerima apa adanya dan mendorong untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Namun  tidak sedikit orang yang terjebak pada pemahaman sempit. Memaknai cinta sebatas memiliki dalam arti menguasai, sesuka hati memperlakukan orang atau menggunakan sesuatu yang dicintai tanpa mempedulikan perasaan dan akibatnya.
Dalam beberapa kondisi memiliki boleh dimaknai menguasai. Namun memiliki tidak sama artinya dengan mencintai karena memiliki uang belum tentu mencintai uang.
Memiliki sedikit atau banyak  uang atau rupiah belum tentu sama artinya mencintai rupiah. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah, yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam UU no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang.
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Memiliki rupiah berbeda maknanya dengan mencintai rupiah. Memiliki rupiah memungkinkan seseorang merasa menjadi berkuasa, bertindak sesuai apa yang menjadi keinginannya. Seperti membeli sesuatu yang dikendaki atau diinginkan. Namun cinta tetap tidak dapat dibeli dengan uang. Karena mencintai rupiah itu harus terlibat atau berperan menjaga dan ikut menumbuh kembangkan agar semakin berdaulat di negeri sendiri.
Cinta pada rupiah harus terlibat secara nyata, berusaha membuat  nilai tukar rupiah kuat. Sehingga memiliki nilai yang signifikan terhadap mata uang negara lain. Khususnya terhadap mata uang dollar Amerika Serikat. Supaya nilai mata uang rupiah tidak merosot tetapi semakin memiliki posisi tawar dalam percaturan ekonomi global.

Mencintai Rupiah Itu Menjaga

Mencintai rupiah tidak sebatas menjaga bentuk fisiknya. Mencintai rupiah mesti turut andil dalam memperkuat nilai tukarnya terhadap mata uang asing. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh semua anak bangsa Indonesia agar  rupiah mempunyai kekuatan atau posisi tawar yang tinggi.  
Pertama, dengan memiliki atau mempunyai rupiah. Artinya,  ikut menjaga rupiah supaya berharga sebagai alat tukar di negeri sendiri. Jumlah penduduk yang cukup banyak mestinya menjadi kekuatan bagi bangsa ini dalam menjaga nilai mata uangnya.
Kedua, menjaga rupiah itu tidak hanya dengan mencintai secara fisik supaya  tidak cepat kusam atau rusak. Tidak cukup dengan:
Tidak melipat, supaya rupiah tidak cepat robek. Melipat rupiah akan memudahkan tekstur kertas rupiah patah, sehigga mudah robek. Sebagaimana lebih mudah merobek kertas yang sudah dilipat dibanding yang belum pernah dilipat.
Tidak membasahi, walau  dengan alasan yang kurang rasional. Dimana sebagian orang ada yang sengaja merendam atau membasahi rupiah dengan air. Alasannya supaya tidak mudah diterbangkan oleh angin karena terlalu ringan.
Tidak menulisiatau mencoret-coret rupiah. Ada sebagian orang yang haus akan eksistensi diri, ingin dikenal dimana orang lain mengerti bahwa dirinya pernah memiliki, pernah ada dengan uang itu disuatu waktu. Perilaku vandalis dan kekanak-kanakan terhadap rupiah mesti diakhiri karena mencoret rupiah itu mencoreng kewibawaan rupiah. Sekaligus kewibawaan bangsa sendiri.
Tidak menstaples. Perilaku cari gampang sebagian orang agar lembar-lembar rupiahnya mudah dikelompokan. Padahal dengan menstaples, lembaran rupiah akan mudah rusak akibat berlobang. Lobang kecil tersebut jika sering kegesek akan bertambah lebar sehingga memperpendek umur uang tersebut.
Tidak meremas. Kebiasaan meremas uang kertas rupiah sama artinya tidak menghargai rupiah sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah di negeri ini. Padahal sejarah keberadaan rupiah tidak lepas dari perjuangan, pengorbanan dan kerja keras banyak orang demi kedaulatan bangsa dan negara Indonesia.
Ketiga, menjaga rupiah perlu dengan sikap, perbuatan, aksi atau tindakan. Caranya dengan menggunakan rupiah sebagai alat transaksi utama selama melakukan kegiatan ekonomi, perdagangan dan bisnis. Pelaku ekonomi industri tanah air mesti lebih percaya diri dalam mengandalkan rupiah sebagai alat utama transaksi ekonomi.
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Industri pariwisata tanah air yang bersentuhan langsung dengan para wistawan manca sudah semestinya menjadikan rupiah sebagai alat pembayaran utama bukan mata uang lain seperti dollar Amerika Serikat.  Pasal 21 UU no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang menyebutkan rupiah wajib digunakan dalam  setiap transaksi yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewajiban tersebut tidak berlaku  diantaranya bagi transaksi perdagangan internasional, simpanan di bank dalam bentuk valuta asing atau transaksi pembiayaan internasional.
Keempat, di mata uang rupiah terkandung simbol kedaulatan negara. Dimana rupiah beredar disitu terletak kedaulatan bangsa.  Langkah menarik, Bank Indonesia yang belum lama ini membuat iklan layanan masyarakat dan menayangkan di televisi. Iklan tersebut menggambarkan bagaimana rupiah diedarkan sampai pelosok negeri dengan dikawal aparat bersenjata. Melewati medan yang tidak mudah untuk dilalui alat transpotasi.
Ini menunjukkan rupiah sangat berharga bagi keutuhan, kesatuan, serta upaya menjaga kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Gambar pahlawan di tiap lembar kertas rupiah harusnya mengingatkan setiap orang yang memegang rupiah. Bahwa ada cinta dan pengorbanan dari para pahlawan bagi kemerdekaan serta kedaulatan bangsa .
Web site Bank Indonesia (Foto:Ko In)
Web site Bank Indonesia (Foto:Ko In)
Pesan para pahlawan dan pejuang mungkin retoris tetapi pengorbanannya nyata karena cinta kepada nusa dan bangsa. Mereka hanya menginginkan terjaganya kedaulatan serta kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Menjaga kemerdekaan bermakna mengisi kemerdekaan dengan menciptakan masyakarat yang adil, makmur, sejahtera dan menjadi bangsa yang cerdas.
Cerdas memperlakukan rupiah dan cerdas menggunakan agar nilainya semakin berarti dalam percaturan ekonomi global. Mencintai rupiah mesti bersedia berkorban demi kuatnya nilai rupiah. Tidak memikirkan untung rugi. Pengorbanan cinta pejuang dan pahlawan tidak pernah berbicara tentang untung rugi bagi dirinya.
Ingat, jatuh bangunnya ekonomi nasional salah satunya tergantung pada kekuatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain khususnya terhadap dollar Amerika Serikat. 

Rupiah Simbol Kedaulatan Negara

Mencintai rupiah itu bersedia berkorban. Teladan  pengorbanan ada pada diri para pahlawan dalam upaya memperoleh kemerdekaan yang hasilnya sudah kita rasakan bersama. Pertanyannya, apa peran kita sebagai generasi pengisi kemeredekaan terkait dengan upaya penguatan  nilai rupiah? 
Rupiah salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dijaga oleh seluruh warga negara. Karena rupiah merupakan sarana dan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Foto: www.bi.go.id (repro)
Foto: www.bi.go.id (repro)
Mengamati selembar rupiah pada sisi  gambar pahlawan. Terbesit pikiran bagaimana rasanya para pejuang dan pahlawan kita menahan dan mengendalikan kegalauan hatinya  saat berjuang. Tentang ketakutannya, kepedihannya kehilangan orang-orang yang ada disekitarnya karena terlebih dahulu gugur dalam medan perang.
Atau tentang kerinduan yang dalam terhadap orang - orang yang dicintai karena harus meninggalkannya untuk memenuhi panggilan ibu pertiwi. Untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan bagi bangsa dan negara.
Bayangkan bagaimana mereka harus mengendalikan pergolakan dan campur aduk hatinya saat memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Mereka juga manusia yang memiliki hati. Memiliki cerita tentang cinta terhadap kekasih atau keluarga. Namun itu semua mereka nomor duakan, demi kemerdekaan yang dipersembahkan untuk kita, yang hidup di masa merdeka saat ini.
Pengorbanan mereka teramat besar. Bagaimana kita mampu membalas pengorbanan para pahlawan. Jika kita tidak dapat mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan menjaga kekuatan nilai tukar rupiah. Sebagai salah satu cara menghormati simbol kedaulatan bangsa dan negara.
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Menegakkan kedaulatan ekonomi harus dengan tindakan. Tidak cukup dengan kata-kata tetapi harus  lewat aksi. Caranya, setia dan komit menggunakan rupiah dalam setiap transaksi ekonomi di seluruh wilayah Negera Kesatuan Republik Indonesia.
Sebab  mencintai rupiah itu harus rela berkorban, mengembangkan dan berkomitmen. Dalam cinta tidak ada istilah untung rugi yang ada pengorbanan dan rela membagi kebahagaian satu dengan yang lain. 
Apakah kita sudah membahagiakan jiwa para pahlawan yang telah memberikan cinta, jiwa dan raganya untuk kemerdekaan kita dan kemerdekaan bangsa? Masihkah akan meremas-remas uang kertas rupiah yang berisi gambar pahlawan yang banyak berkorban demi kita. Atau malah "mengkhianati" mata uangnya sendiri dan memberi keuntungan bagi  mata uang dari negara lain. 
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Jangan sekali-kali melupakan cinta para pahlawan. Lihat dan amati di tiap lembaran rupiah. Disitu kita temukan cerita tentang cinta dan tentang pengorbanan. Bukan tentang untung rugi.  
Di atas kertas berpengaman yang bernama rupiah. Kita lihat karya atau hasil kerja berdasarkan cinta. Gabungan kata-kata,  titik-titik dan garis-garis yang tertata secara simetris dan estetis. Sampai aneka gambar yang bercerita tentang keaneka kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Bangsa yang penuh cinta akan adat istiadat serta budaya, yang mencerminkan keakraban dengan lingkungan. Bahasa cintanya lugas walau terkadang simbolik, penuh makna. Bahkan terkadang terkesan malu-malu. Yang jelas bahasa cinta rupiah bukan bahasa cinta yang berbentuk gambar hati atau kata "Love".
Masihkah menolak ungkapan cinta rupiah? Bangsa ini merdeka tidak lepas dari cinta. Jadikan rupiah berdaulat di rumahnya sendiri. Rumah yang hangat akan cinta kepada rupiah. 
Tulisan ini juga ada di rumah tempat ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Itsmy blog

 It's my mine