Kamis, 07 Desember 2017

Bertemu Teh Toebroek dan Rawon Bungkul di Mall

Bertemu Teh Toebroek dan Rawon Bungkul di Mal
Teh Toebroek dan Rawon Bungkul Khas Jawa Timur (Foto: Ko In)
Hidup ini memang sulit diduga, sebagai orang yang kurang suka jalan-jalan ke mall. Mendapat undangan makan siang dari GM Coffee and Lounge di Hartono mall. Salah satu mall yang cukup besar di Yogya, merupakan ajakan yang sulit untuk ditolak. 
Berusaha keras  menghadirkan kembali memori tentang mall saat terakhir kali kesana. Tentang besar bangunan dan isinya. 
GM Coffee and Lounge. Hartono Mall Yogyakarta, Ground Floor no 1. Alamat yang cukup jelas terbaca. Tersimpan rapi di gadget untuk memudahkan pencarian. Informasi  yang lebih dari cukup. Terbayang tidak akan ada kata sulit untuk mencarinya walau Hartono Mall cukup besar dan luas.
Lokasi di Hartono Mall Yogyakarta (Foto: Ko In)
Lokasi di Hartono Mall Yogyakarta (Foto: Ko In)
Dengan penuh percaya diri melangkahkan kaki dari tempat parkir kendaraan. Menuju tempat yang dimaksud. Perkiraannya, tempat food court umumnya lantai tersebut banyak outlet makanan. Baik franchiseatau fastfood.
Dua kali mengelilingi tempat tersebut ternyata bukan cara tepat menemukan keberadaan GM Coffe and Lounge. Buyar sudah imagi bagaikan seorang detektif yang selalu berhasil memecahkan masalah. Dengan langkah gontai menggambarkan kegagalan. Akhirnya berjalan ke arah tempat petugas keamanan mall, menanyakan letak  GM Coffee and Lounge.
"Silahkan naik satu lantai lagi, bla....bla.....bla.....bla....... Belok kiri nah disitu tempatnya," lemes rasanya. Serasa diri ini kalah dengan modernisasi. Bener-bener  merasa tersesat di rimba pertokoan modern.
Lega akhirnya ketika melihat beberapa teman-teman Kjogs (Kompasiana Jogja) sedang menuju ke arah yang sama. Mungkin jika tidak bertemu dengan mereka saya sudah tersesat lagi. Bukan karena tertarik untuk membeli. Maaf, saya bukan tipikal orang yang konsumtif. 
Selamat datang .........(Foto: Ko In)
Selamat datang .........(Foto: Ko In)
Tidak lama kemudian kami disambut ramah oleh Ardhi Widjaya, Public Relations Consultant dari GM Coffee and Lounge. Membuat hati ini kembali gembira .
Tidak lama kemudian.  Mendapat suguhan spesial berupa teh toebroekpanas lengkap dengan teko, cangkir, lepek dan gula batu. "Ssstttt........Ini khusus untuk  saya." Aroma bau teh toebroeknya memberikan sensasi tersendiri seakan membawa  suasana ke rumah kakek di sebuah desa di dekat pantai utara Jawa Tengah. 
Setiap pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-harinya kakek selalu menikmati teh toebroek persis seperti  apa yang ada di hadapan saya. Bedanya, teh kakek selalu ditemani pisang goreng, ubi atau tempe mendoan. 
Masa lalu hadir di GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Masa lalu hadir di GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Teh di tuangkan dalam cangkir yang sudah berisi beberapa butir gula batu. Ternyata uap panasnya masih nampak yang menandakan jangan coba-coba untuk langsung meminumnya. Jika tidak ingin lidah kepanasan. Ambil lepek dan tuangkan ke dalam lepek sambil ditiup sebelum di serutup. "Sruuuppp....". Bunyi yang khas seperti kakek saat menikmati tehnya.
"Enak.......?" suara itu membuyarkan kenangan masa kecil bersama kakek saat duduk di beranda rumah kakek. Menyadarkan bahwa saat itu saya berada di GM Coffee and Lounge. Pertanyaan salah seorang rekan Kjogs, membawa saya kembali ke dunia nyata. Di ruangan yang dihiasi dengan aneka gambar, benda atau barang favorit di tahun 1960 sampai 1970an.
"Rawon Bungkulnya tunggu beberapa menit lagi ya," ujar Ardhi Wijaya yang setia menemani kami waktu itu.
Teh toebroek panas langkap dengan gula batu. Jadul banget (Foto: Ko In)
Teh toebroek panas langkap dengan gula batu. Jadul banget (Foto: Ko In)
Belum hilang sensasi teh toebroek. Ardhi sudah menawarkan sensasi masa lalu kehidupan masa kecil saya. Membangkitkan rindu pada kakek nenek yang sudah lama tinggal di rumah keabadian. Terlintas sedikit doa untuk mereka dari dalam hati.
Sungguh tidak menyangka ada makanan tradisional di mall. Konon mall adalah potret modernitas bagi anak-anak millenias. Walau sejatinya masih banyak hal yang dipertanyakan dan diragukan dengan identitas itu. 
Kehadiran makanan-makanan tradisional yang benar-benar mengakar pada budaya Indonesia berani eksis di mall. Bukti bahwa modern itu bukan berarti fastfood, franchise, instant dan tidak peduli.  
Tidak lama kemudian rawon tersaji di depan saya, menemani teh toebroek yang masih panas. Warna hitam kuah rawon yang khas hitam dari kluak menjadi pesona tersendiri untuk mengambil sendok dan mengaduk isi di dalamnya. 
Rawon yang menggoda selera.....(Foto: Ko In)
Rawon yang menggoda selera.....(Foto: Ko In)
Beberapa potongan daging ikut numpang dalam sendok. Membuat diri bergegas mengambil nasi putih yang sudah ditaburi dengan bawang goreng. Beberapa teman Kjogs nampaknya memperhatikan "ritual" saya saat akan menikmati rawon Bungkul .
Pertama, cicip kuahnya. Kedua, mengambil bebera potong daging dengan sendok sambil menikmati keempukannya. Ketiga, mengambil jeruk nipis. Memerasnya. Kemudian mencicip lagi kuah rawon yang sangat terasa kluaknya.
Tidak terasa nasi sudah hampir habis tetapi kuah rawon dan telur asin masih cukup untuk menemani tambahan nasi.  Yang suka pedas dan taoge atau kecambah dapat dicampur untuk menambah kenikmatan. 
Nasi sudah habis, kuah rawon di mangkok masih. Sesekali saya pandangi. Kasihan ditinggal sendirian sementara teman-temannya. Seperti telur asin, kecambah dan sambal sudah pergi entah dimana. 
Pertemuan indah rawon dan teh toebroek (Foto: Ko In)
Pertemuan indah rawon dan teh toebroek (Foto: Ko In)
"Bagaimana rawonnya...., " tanya Ardhi yang ternyata dari tadi diam-diam mengamati dan berusaha menangkap reaksi kami saat menikmati menu yang disajikan oleh GM Coffee and Lounge.
"Pedas mricanya pas dan rasa kluaknya benar-benar terasa," jawab saya yang disambut dengan senyum  Ardhi .
"Tapi ada satu yang kurang..." lanjut saya. Yang membuatnya sedikit kaget dan beberapa teman Kjogs pandangan matanya  menatap tajam ke arah saya. 
"Kurang banyak dagingnya......" langsung meledak tawa teman-teman. Termasuk Ardhi.
Yang jelas  GM Coffee and Lounge menurut saya berhasil menjawab kebutuhan sebagian orang saat jalan-jalan atau liburan ke Hartono Mall. Yang bingung mencari makanan, yang sesuai dengan seleranya. Yang sesuai dengan lidah orang Indonesia karena kebanyakan mall menyajikan makanan fast foodbukan makanan yang authenticIndonesia.
Koki trampil dan cekatan dengan menu authentic (Foto: Ko In)
Koki trampil dan cekatan dengan menu authentic (Foto: Ko In)
Menu GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Menu GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Seperti bakmi jowo, rawon, bakmi magelangan, tengkleng, empal gepuk, tongseng, sate, nasi goreng, soto, sop buntut. Bahkan GM Coffee and Lounge menyediakan cemilan seperti pisang goreng, sukun goreng, lumpia, tahu pong. Tentu nikmat jika disantap bareng teh toebroek.
Duduk santai sambil ngobrol di teras GM Coffee and Lounge bersama anak-anak. Sambil menunggu ibu dan anak yang satunya, yang asyik jalan-jalan dan melihat-lihat isi mall. Suami atau bapak biasanya  senang  jika tidak harus mengikuti kemana saja  ibu jalan-jalan di mall.
Teras yang diminati pengunjung mall (Foto: Ko In)
Teras yang diminati pengunjung mall (Foto: Ko In)
Siapa tahu suami atau bapak bertemu kolega bisnis di mall. Kemudian ngobrol santai di GM Coffee and Lounge sambil menunggu keluarga,  berbicara ringan soal rencana bisnis ke depan. Tentu ditemani menu authentic.
Karena manusia modern sejatinya bukan manusia yang mudah terbuai oleh berbagai tawaran tetapi mereka yang memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan. Bukan yang diinginkan.
Bisa ketemu tulisan ini juga di www.kompasiana.com/koin1903  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Itsmy blog

 It's my mine