Rabu, 07 Juli 2021

Ketika Selera Hilang

Mi Jowo (foto: ko in)

Mi Jowo, umumnya buka sore atau malam hari. Tapi ada satu penjual Mi Jowo di daerah Pakem yang buka siang hari. Cara cerdas menjaring pembeli dan cara kreatif keluar dari kebiasaan penjual Mi Jowo lainnya.

Tempatnya mudah dijangkau berada di pinggir jalan dan pembeli dapat duduk leluasa di warung yang khusus lesehan. Praktis tidak banyak mengeluarkan dana untuk membeli kursi.cukup meja kecil dan pendek serta tikar pengganti kursi. 

Mi Jowo apalagi yang rebus atau godog memang pas dinikmati saat suhu udara dingin seperti saat ini walau sudah siang. Apalagi Pakem lokasinya lebih tinggi dari kota Yogyakarta, masih banyak pepohonan. Jadi cukup sejuk. Tapi saat matahari jaga jarak dengan bumi. Hawa dingin yang terasa.

Namun sayang kekurangan yang sangat esensial pada warung ini. Penjualnya selalu pasang muka masam, cemberut atau kecut. Tidak ramah sama sekali. 

Ada yang kapok untuk tidak lagi datang ke warung ini. Demikian halnya saya. Tapi karena kepepet terpaksa kembali kunjungi warung ini. Padahal kunjungan saya terakhir ke warung ini mungkin lebih dari tiga tahun lalu dan muka penjualnya masih sama. Tidak ramah.

Tidak hanya satu dua orang pembeli yang mengatakan demikian.

Jajan atau makan di warung Mi Jowo ini khusus dan hanya jika terpaksa. Rasanya Mi Jowo rebusnya juga biasa-biasa saja. Peluang yang disia-siakan.

Akhirnya, hanya kerja keras bukan kerja cerdas. Ramah dan sedikit senyum itu tidak mahal ibu ?
Peluang atau harapan itu dapat dijaga, diantaranya dengan senyum dan keramahan. Pikiran positif sedikitnya ikut menggambar raut muka yang penuh persahabatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Itsmy blog

 It's my mine