Rabu, 20 Desember 2017

Ada Cinta di Rupiah, Tapi Bukan Gambar Hati atau Kata "Love"



Foto: www.bi.go.id

Mencintai artinya memberi kesempatan kepada orang  atau sesuatu yang dicintai untuk tumbuh dan berkembang, sehingga keberadaan atau kehadirannya dapat menambah warna-warni kehidupan. Mencintai itu tidak sebatas memiliki. Mencintai itu mengembangkan, merawat dan menjaga terhadap apa yang dicintai.
Mencintai itu rela berkorban, murah hati, sabar dan ingin saling membahagiakan. Tidak ada istilah untung rugi, jauh dari keinginan untuk saling memanfaatkan. Yang ada keinginan untuk saling melindungi dan peduli, agar cintanya tumbuh dan berbunga suka cita sehingga menghasilkan buah-buah kedamaian.
Negeri ini bebas dan berdaulat karena tidak lepas dari cinta. Cinta para pejuang dan pahlawan yang rela mengorbankan jiwa raganya demi kemerdekaan bangsa dan negara, yang diperuntukan bagi anak-anak negeri. Agar generasi pengisi kemerdekaan dapat menjalani kehidupan yang bebas bertanggung jawab,  sejahtera, sentosa, diliputi rasa keadilan, penuh sukacita dan rasa damai.

Tidak  mudah mendefenisikan cinta. Tetapi  tidak sulit untuk merasakan dan mewujudkanya. Pejuang dan pahlawan telah memberikan teladan serta contoh bagaimana mencintai negeri ini. Pengorbanan menjadi kunci, hingga kemerdekaan dapat terwujud di tanah air .
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Cinta itu bukan menguasai karena merasa memiliki. Cinta itu menjadi bagian atau terlibat dalam dinamika kehidupan orang atau sesuatu yang dicintai. Mengenal, menerima apa adanya dan mendorong untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Namun  tidak sedikit orang yang terjebak pada pemahaman sempit. Memaknai cinta sebatas memiliki dalam arti menguasai, sesuka hati memperlakukan orang atau menggunakan sesuatu yang dicintai tanpa mempedulikan perasaan dan akibatnya.
Dalam beberapa kondisi memiliki boleh dimaknai menguasai. Namun memiliki tidak sama artinya dengan mencintai karena memiliki uang belum tentu mencintai uang.
Memiliki sedikit atau banyak  uang atau rupiah belum tentu sama artinya mencintai rupiah. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah, yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam UU no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang.
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Memiliki rupiah berbeda maknanya dengan mencintai rupiah. Memiliki rupiah memungkinkan seseorang merasa menjadi berkuasa, bertindak sesuai apa yang menjadi keinginannya. Seperti membeli sesuatu yang dikendaki atau diinginkan. Namun cinta tetap tidak dapat dibeli dengan uang. Karena mencintai rupiah itu harus terlibat atau berperan menjaga dan ikut menumbuh kembangkan agar semakin berdaulat di negeri sendiri.
Cinta pada rupiah harus terlibat secara nyata, berusaha membuat  nilai tukar rupiah kuat. Sehingga memiliki nilai yang signifikan terhadap mata uang negara lain. Khususnya terhadap mata uang dollar Amerika Serikat. Supaya nilai mata uang rupiah tidak merosot tetapi semakin memiliki posisi tawar dalam percaturan ekonomi global.

Mencintai Rupiah Itu Menjaga

Mencintai rupiah tidak sebatas menjaga bentuk fisiknya. Mencintai rupiah mesti turut andil dalam memperkuat nilai tukarnya terhadap mata uang asing. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh semua anak bangsa Indonesia agar  rupiah mempunyai kekuatan atau posisi tawar yang tinggi.  
Pertama, dengan memiliki atau mempunyai rupiah. Artinya,  ikut menjaga rupiah supaya berharga sebagai alat tukar di negeri sendiri. Jumlah penduduk yang cukup banyak mestinya menjadi kekuatan bagi bangsa ini dalam menjaga nilai mata uangnya.
Kedua, menjaga rupiah itu tidak hanya dengan mencintai secara fisik supaya  tidak cepat kusam atau rusak. Tidak cukup dengan:
Tidak melipat, supaya rupiah tidak cepat robek. Melipat rupiah akan memudahkan tekstur kertas rupiah patah, sehigga mudah robek. Sebagaimana lebih mudah merobek kertas yang sudah dilipat dibanding yang belum pernah dilipat.
Tidak membasahi, walau  dengan alasan yang kurang rasional. Dimana sebagian orang ada yang sengaja merendam atau membasahi rupiah dengan air. Alasannya supaya tidak mudah diterbangkan oleh angin karena terlalu ringan.
Tidak menulisiatau mencoret-coret rupiah. Ada sebagian orang yang haus akan eksistensi diri, ingin dikenal dimana orang lain mengerti bahwa dirinya pernah memiliki, pernah ada dengan uang itu disuatu waktu. Perilaku vandalis dan kekanak-kanakan terhadap rupiah mesti diakhiri karena mencoret rupiah itu mencoreng kewibawaan rupiah. Sekaligus kewibawaan bangsa sendiri.
Tidak menstaples. Perilaku cari gampang sebagian orang agar lembar-lembar rupiahnya mudah dikelompokan. Padahal dengan menstaples, lembaran rupiah akan mudah rusak akibat berlobang. Lobang kecil tersebut jika sering kegesek akan bertambah lebar sehingga memperpendek umur uang tersebut.
Tidak meremas. Kebiasaan meremas uang kertas rupiah sama artinya tidak menghargai rupiah sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah di negeri ini. Padahal sejarah keberadaan rupiah tidak lepas dari perjuangan, pengorbanan dan kerja keras banyak orang demi kedaulatan bangsa dan negara Indonesia.
Ketiga, menjaga rupiah perlu dengan sikap, perbuatan, aksi atau tindakan. Caranya dengan menggunakan rupiah sebagai alat transaksi utama selama melakukan kegiatan ekonomi, perdagangan dan bisnis. Pelaku ekonomi industri tanah air mesti lebih percaya diri dalam mengandalkan rupiah sebagai alat utama transaksi ekonomi.
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Industri pariwisata tanah air yang bersentuhan langsung dengan para wistawan manca sudah semestinya menjadikan rupiah sebagai alat pembayaran utama bukan mata uang lain seperti dollar Amerika Serikat.  Pasal 21 UU no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang menyebutkan rupiah wajib digunakan dalam  setiap transaksi yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewajiban tersebut tidak berlaku  diantaranya bagi transaksi perdagangan internasional, simpanan di bank dalam bentuk valuta asing atau transaksi pembiayaan internasional.
Keempat, di mata uang rupiah terkandung simbol kedaulatan negara. Dimana rupiah beredar disitu terletak kedaulatan bangsa.  Langkah menarik, Bank Indonesia yang belum lama ini membuat iklan layanan masyarakat dan menayangkan di televisi. Iklan tersebut menggambarkan bagaimana rupiah diedarkan sampai pelosok negeri dengan dikawal aparat bersenjata. Melewati medan yang tidak mudah untuk dilalui alat transpotasi.
Ini menunjukkan rupiah sangat berharga bagi keutuhan, kesatuan, serta upaya menjaga kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Gambar pahlawan di tiap lembar kertas rupiah harusnya mengingatkan setiap orang yang memegang rupiah. Bahwa ada cinta dan pengorbanan dari para pahlawan bagi kemerdekaan serta kedaulatan bangsa .
Web site Bank Indonesia (Foto:Ko In)
Web site Bank Indonesia (Foto:Ko In)
Pesan para pahlawan dan pejuang mungkin retoris tetapi pengorbanannya nyata karena cinta kepada nusa dan bangsa. Mereka hanya menginginkan terjaganya kedaulatan serta kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Menjaga kemerdekaan bermakna mengisi kemerdekaan dengan menciptakan masyakarat yang adil, makmur, sejahtera dan menjadi bangsa yang cerdas.
Cerdas memperlakukan rupiah dan cerdas menggunakan agar nilainya semakin berarti dalam percaturan ekonomi global. Mencintai rupiah mesti bersedia berkorban demi kuatnya nilai rupiah. Tidak memikirkan untung rugi. Pengorbanan cinta pejuang dan pahlawan tidak pernah berbicara tentang untung rugi bagi dirinya.
Ingat, jatuh bangunnya ekonomi nasional salah satunya tergantung pada kekuatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain khususnya terhadap dollar Amerika Serikat. 

Rupiah Simbol Kedaulatan Negara

Mencintai rupiah itu bersedia berkorban. Teladan  pengorbanan ada pada diri para pahlawan dalam upaya memperoleh kemerdekaan yang hasilnya sudah kita rasakan bersama. Pertanyannya, apa peran kita sebagai generasi pengisi kemeredekaan terkait dengan upaya penguatan  nilai rupiah? 
Rupiah salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dijaga oleh seluruh warga negara. Karena rupiah merupakan sarana dan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Foto: www.bi.go.id (repro)
Foto: www.bi.go.id (repro)
Mengamati selembar rupiah pada sisi  gambar pahlawan. Terbesit pikiran bagaimana rasanya para pejuang dan pahlawan kita menahan dan mengendalikan kegalauan hatinya  saat berjuang. Tentang ketakutannya, kepedihannya kehilangan orang-orang yang ada disekitarnya karena terlebih dahulu gugur dalam medan perang.
Atau tentang kerinduan yang dalam terhadap orang - orang yang dicintai karena harus meninggalkannya untuk memenuhi panggilan ibu pertiwi. Untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan bagi bangsa dan negara.
Bayangkan bagaimana mereka harus mengendalikan pergolakan dan campur aduk hatinya saat memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Mereka juga manusia yang memiliki hati. Memiliki cerita tentang cinta terhadap kekasih atau keluarga. Namun itu semua mereka nomor duakan, demi kemerdekaan yang dipersembahkan untuk kita, yang hidup di masa merdeka saat ini.
Pengorbanan mereka teramat besar. Bagaimana kita mampu membalas pengorbanan para pahlawan. Jika kita tidak dapat mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan menjaga kekuatan nilai tukar rupiah. Sebagai salah satu cara menghormati simbol kedaulatan bangsa dan negara.
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Menegakkan kedaulatan ekonomi harus dengan tindakan. Tidak cukup dengan kata-kata tetapi harus  lewat aksi. Caranya, setia dan komit menggunakan rupiah dalam setiap transaksi ekonomi di seluruh wilayah Negera Kesatuan Republik Indonesia.
Sebab  mencintai rupiah itu harus rela berkorban, mengembangkan dan berkomitmen. Dalam cinta tidak ada istilah untung rugi yang ada pengorbanan dan rela membagi kebahagaian satu dengan yang lain. 
Apakah kita sudah membahagiakan jiwa para pahlawan yang telah memberikan cinta, jiwa dan raganya untuk kemerdekaan kita dan kemerdekaan bangsa? Masihkah akan meremas-remas uang kertas rupiah yang berisi gambar pahlawan yang banyak berkorban demi kita. Atau malah "mengkhianati" mata uangnya sendiri dan memberi keuntungan bagi  mata uang dari negara lain. 
Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Jangan sekali-kali melupakan cinta para pahlawan. Lihat dan amati di tiap lembaran rupiah. Disitu kita temukan cerita tentang cinta dan tentang pengorbanan. Bukan tentang untung rugi.  
Di atas kertas berpengaman yang bernama rupiah. Kita lihat karya atau hasil kerja berdasarkan cinta. Gabungan kata-kata,  titik-titik dan garis-garis yang tertata secara simetris dan estetis. Sampai aneka gambar yang bercerita tentang keaneka kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Bangsa yang penuh cinta akan adat istiadat serta budaya, yang mencerminkan keakraban dengan lingkungan. Bahasa cintanya lugas walau terkadang simbolik, penuh makna. Bahkan terkadang terkesan malu-malu. Yang jelas bahasa cinta rupiah bukan bahasa cinta yang berbentuk gambar hati atau kata "Love".
Masihkah menolak ungkapan cinta rupiah? Bangsa ini merdeka tidak lepas dari cinta. Jadikan rupiah berdaulat di rumahnya sendiri. Rumah yang hangat akan cinta kepada rupiah. 
Tulisan ini juga ada di rumah tempat ini

Senin, 11 Desember 2017

Kayu Putih Aroma, Jembatan Generasi Z yang Hidup di Dua Dunia

Kayu Putih Aroma, Jembatan Generasi Z yang Hidup di Dua Dunia
Setiap orang membutuhkan rasa hangat diterima dilingkungan dimana dirinya berada. Merasa aman, nyaman  dan tentram. Merasa mendapat cinta. Mereka yang sedang sensitif karena merasa tidak enak badan dan hati, terbantu mengembalikan moodnya manakala mendapat kehangatan baluran minyak kayu putih dari orang terdekat atau orang tercinta.
Dari generasi ke generasi, hangat minyak kayu putih dan sentuhan lembut dari orang tercinta. Memberi dampak positif secara fisik dan psikologis bagi mereka yang sedang bermasalah dengan tubuh dan suasana hatinya. Tambahan aroma, di minyak kayu putih Cap Lang memberikan efek menenangkan bagi mereka yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang lebih dari biasanya.
Anak kami tiga, walau sudah beranjak dewasa mereka tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Dua perempuan dan satu laki-laki, sejak bayi mereka terbiasa merasakan baluran minyak kayu putih dari tangan mamanya. Ungkapan kasih sayang, tradisi tidak tertulis keluarga yang dilakukan istri, orang tua, sampai nenek ke anak-anaknya.
Kami belajar tentang ungakapan cinta yang tak terucap,  termasuk dari tante atau bibi. Mereka biasa membaluri saudara sepupu dengan minyak kayu putih usai mandi, manakala masih balita atau kanak-kanak.
Generasi harapan masa depan (Foto: Ko In)
Bagaimana jembatan mereka Generas Z...? Baca selengkapnya di jembatan ini

Jumat, 08 Desember 2017

Gaya Isyana Sarasvati dan Gayaku

"Book and Mio S, It's my Style"
Book and Mio S, It's My Style (Foto: Ko In)
Pesona atau daya tarik seseorang tidak  terletak pada hal-hal yang kosmetis. Lewat cara yang instant dengan riasan yang mencolok. Mengenakan baju rancangan disainer ternama supaya terlihat cantik atau tampil tampan. Atau melakukan terapi khusus pada tubuh dan diet ketat. Agar nampak indah, molek atau atletis untuk sekedar memperoleh pujian.
Seseorang itu mempesona dan menarik  karena gaya atau sikapnya yang menunjuk pada kedewasaan berpikir dan berperilaku. Dewasa, tidak menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian dan kepentingan. Tetapi lebih mengutamakan kepentingan orang lain dan lingkungannya.
Keputusan atau tindakan yang diambil berasas semangat rendah hati bukan menonjolkan diri. Sikap rendah hati menjadi daya tarik karena mampu menempatkan orang lain, sama pentingnya dengan dirinya sendiri. Sekecil apapun tindakan yang dibuat atau diputuskan untuk orang lain, memberikan efek berantai yang dampaknya luas.
Brosur Mio S
Brosur Mio S
Perpaduan Smart dan Sophisticated
Isyana Sarasvati dan Yamaha adalah perpaduan antara kecerdasan dan kepedulian pada sekitar. Nona cantik ini memiliki prestasi seabrek  tingkat nasional dan internasional, yang diperolehnya tidak secara instant namun lewat berbagai proses yang cukup panjang.
Selanjutnya seperti apa gaya Isyana...? Baca selengkapnya di My style and Mio S

Kerokan dengan Bawang Merah Sensasi Kehangatan Cinta Simbah

Kerokan dengan Bawang Merah, Sensasi Kehangatan Cinta Simbah
Simbah putri (Dok Pribadi
Pengalaman guru paling berharga. Kerokan atau kerikan buah pengalaman turun-temurun dari nenek moyang. Merupakan wujud sikap arif bagaimana nenek moyang menjaga badan tetap sehat tetapi tanpa menjadikan tubuhnya resisten atau melawan terhadap obat yang dikonsumsi.
Manakala gejala peyakit seperti masuk angin, pusing atau badan pegal menyerang. Mereka tidak terburu-buru untuk minum obat. Cukup dengan uang koin dan  minyak klenthik atau minyak goreng, bahkan ada yang memakai minyak rambut untuk kerokan.
Waktu itu usia saya belum mencapai angka dua digit, wajar jika rasa ingin tahu sangat besar. "Ini apa Mbah..?, tanya saya waktu itu.
"Itu buat kerikan atau kerokan kalau badan simbah pegel atau masuk angin. Dikeriki pakai itu" jelasnya. Saya sering melihat mata uang jaman Belanda. Ada di tatakan gelas, dengan minyak klenthik atau minyak goreng.
uang jaman Belanda (dok pribadi)
uang jaman Belanda (dok pribadi)
Pernah saat di rumah simbah, saya merasa tidak enak badan. Dengan kesabarannya membujuk saya untuk dikerok. Walau sudah pelan, saya tetap protes merasa sakit. Kemudian simbah ngeroki saya dengan bawang merah sebagai gantinya.
Awalnya merasa aneh, kayak diri ini siap dimasak. Bau bawang merah mulai menyebar apalagi simbah meletakkan tepat di dekat kepala saya yang tidur telungkup.
Geli saat pertama kali dikerok ditambah dengan bau yang menyengat. Ingin rasanya hidung ini dibenamkan ke dalam bantal menghindari aroma bau bawang merah.
Kerokan demi kerokan terus berlanjut, rasa geli dikerok dengan brambang atau bawang merah membuat posisi tidur saya menjauhinya. Simbah tidak kalah cekatan untuk mengerok punggung walau kata geli berkali-kali keluar dari mulut saya.
Rumah simbah (dok pribadi)
Rumah simbah (dok pribadi)
Aroma bawang memenuhi kamar, serasa seperti di dapur manakala simbah masak. Ketika selesai, saya melihat punggung dari kaca lemari. Terlihat penuh dengan garis-garis tipis yang berbentuk seperti duri ikan.
Sambil meyelimuti badan saya dengan selimut, simbah berkata lirih dan menepuk pelan kaki saya."Wis, bobok....Engko nak tangi khan seger."
Simbah sudah pulang ke rumah yang abadi.  Saya tahu dia sudah tiada namun saya tetap melakukan kebiasaan waktu kecil. Menyapa, "Simbah......"Membuka pintu kamarnya. Rindu akan senyum, sapaan, serta lembut tangannya saat menggosok punggung dan dada saya. Juga aroma bawang merah yang seolah tidak pernah hilang dari tangannya. Kehangatan cintanya selalu di hati.
Balsem waktu itu belum populer seperti sekarang. Pertengahan tahun 70an nampakya simbah baru mengenal balsem. Waktu itu saya menanyakan "Ini apa...?" saat menemukan ada botol balsem tergeletak di kasur, di samping bantalnya. Sayang saya tidak ingat merek balsem yang selalu tersedia di samping bantalnya.
Balsem Lang (dok pribadi)
Balsem Lang (dok pribadi)
Saat masih kuliah, saya kerap  kerumah simbah dengan naik bus. Diperjalanan kadang kepala pusing karena asap rokok atau penuhnya penumpang. Sampai di rumahnya saya memanggil "Simbah....!!!," yang disambut dengan senyuman.
"Kok mukamu pucet. Dikeriiki yo....." katanya sambil membuatkan teh panas. Simbah sudah hafal kalau saya bersedia dikeroki jika hanya dengan bawang merah.
Usai dikerok saya tidur pulas di kamarnya dengan parfum aroma bawang merah. Saat bangun, badan terasa ringan. Sementara bau badan, jangan ditanya. Kamar simbah serasa pindah ke dapur yang menyebarkan bau bumbu masak.
Kini tidak ada lagi yang ngerok saya dengan bawang merah kemudian di balur dengan minyak kayu putih atau balsem.Tradisi kerokan simbah menurun ke ibu juga adik. Saat mengunjungi rumahnya, langsung disambut cerita keponakan.
"Lagi ganti baju, habis kerokan pak dhe.....Biasa lagi pegel-pegel. Bentar lagi selesai kok."katanya. "Ibu,  kalau dikeroki itu lucu. Kayak anak kecil.Bilang sakit tapi minta diteruskan." jelasnya.
www.sawarna-hidup.blogspot.com
www.sawarna-hidup.blogspot.com
Pengalaman membuktikan. Tidak hanya simbah, saya dan adik yang merasakan manfaat kerokan . Riset Prof . Dr. Didik Gunawan menunjukkan beberapa kelebihan kerokan.  Diantaranya membuat kadar endorfin naik secara bertahap.
Endorfin menurut mediskus.com  ialah hormon seperti morfin yang diproduksi  tubuh. Efeknya mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan tenang. Fungsinya meningkatkan imunitas, mood dan sebagai zat anti penuaan.
Sementara kehadiran Balsem Lang membantu menjaga suhu tubuh tetap hangat selama dikerok. Selain memberi beberapa manfaat :
Pertama, sebagai media melicinkan aktivitas kerokan. Kedua, aroma terapi dengan rasa mint atau menthol merupakan aroma khas yang mampu menciptakan suasana rileks dan menenangkan.
Saat melakukan kerokan aroma Balsem Lang membantu menciptakan suasana nyaman. Tidak heran jika ada istilah kapok lombok. Pedas atau sakit tetapi masih menginginkan lagi untuk dikerok.
Ketiga,  Balsem Lang tidak meninggalkan  kesan lengket dibadan. Sehingga balsem ini membuat pemakainya merasa lebih nyaman Rasa lengket kadang  membuat orang lupa membasuh dengan air atau mandi. Sangat tidak diajurkan usai kerokan langsung mandi karena adanya perbedaan suhu badan dan air 
KeempatBalsem Lang berfungsi meringankan rasa sakit seperti pusing, masuk angin, pegal-pegal dan nyeri  sendi. Membantu mengurangi rasa mual atau mabuk perjalanan. Juga menghilangkan gatal karena gigitan serangga.
Dengan kata lain tradisi kerokan dan Balsem Lang  mengajak masyarakat untuk tidak mudah mengonsumsi obat atau latah dikit-dikit minum obat tanpa rujukan dari dokter. Manakala mengalami pusing, kembung, mual dan pegal-pegal cukup kerokan dengan Balsem Lang. Sebab terlalu sering minum obat tanpa ukuran tepat akan membuat tubuh resisten atau berusaha melawan akan segala jenis obat yang masuk ke tubuh. Kerokan tidak kuno tetapi merupakan bentuk melestarikan tradisi yag arif.
Pengalaman kerokan sudah, pengalaman lain dapat dilihat di www.kompasiana.com/koin1903 

Kamis, 07 Desember 2017

Bertemu Teh Toebroek dan Rawon Bungkul di Mall

Bertemu Teh Toebroek dan Rawon Bungkul di Mal
Teh Toebroek dan Rawon Bungkul Khas Jawa Timur (Foto: Ko In)
Hidup ini memang sulit diduga, sebagai orang yang kurang suka jalan-jalan ke mall. Mendapat undangan makan siang dari GM Coffee and Lounge di Hartono mall. Salah satu mall yang cukup besar di Yogya, merupakan ajakan yang sulit untuk ditolak. 
Berusaha keras  menghadirkan kembali memori tentang mall saat terakhir kali kesana. Tentang besar bangunan dan isinya. 
GM Coffee and Lounge. Hartono Mall Yogyakarta, Ground Floor no 1. Alamat yang cukup jelas terbaca. Tersimpan rapi di gadget untuk memudahkan pencarian. Informasi  yang lebih dari cukup. Terbayang tidak akan ada kata sulit untuk mencarinya walau Hartono Mall cukup besar dan luas.
Lokasi di Hartono Mall Yogyakarta (Foto: Ko In)
Lokasi di Hartono Mall Yogyakarta (Foto: Ko In)
Dengan penuh percaya diri melangkahkan kaki dari tempat parkir kendaraan. Menuju tempat yang dimaksud. Perkiraannya, tempat food court umumnya lantai tersebut banyak outlet makanan. Baik franchiseatau fastfood.
Dua kali mengelilingi tempat tersebut ternyata bukan cara tepat menemukan keberadaan GM Coffe and Lounge. Buyar sudah imagi bagaikan seorang detektif yang selalu berhasil memecahkan masalah. Dengan langkah gontai menggambarkan kegagalan. Akhirnya berjalan ke arah tempat petugas keamanan mall, menanyakan letak  GM Coffee and Lounge.
"Silahkan naik satu lantai lagi, bla....bla.....bla.....bla....... Belok kiri nah disitu tempatnya," lemes rasanya. Serasa diri ini kalah dengan modernisasi. Bener-bener  merasa tersesat di rimba pertokoan modern.
Lega akhirnya ketika melihat beberapa teman-teman Kjogs (Kompasiana Jogja) sedang menuju ke arah yang sama. Mungkin jika tidak bertemu dengan mereka saya sudah tersesat lagi. Bukan karena tertarik untuk membeli. Maaf, saya bukan tipikal orang yang konsumtif. 
Selamat datang .........(Foto: Ko In)
Selamat datang .........(Foto: Ko In)
Tidak lama kemudian kami disambut ramah oleh Ardhi Widjaya, Public Relations Consultant dari GM Coffee and Lounge. Membuat hati ini kembali gembira .
Tidak lama kemudian.  Mendapat suguhan spesial berupa teh toebroekpanas lengkap dengan teko, cangkir, lepek dan gula batu. "Ssstttt........Ini khusus untuk  saya." Aroma bau teh toebroeknya memberikan sensasi tersendiri seakan membawa  suasana ke rumah kakek di sebuah desa di dekat pantai utara Jawa Tengah. 
Setiap pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-harinya kakek selalu menikmati teh toebroek persis seperti  apa yang ada di hadapan saya. Bedanya, teh kakek selalu ditemani pisang goreng, ubi atau tempe mendoan. 
Masa lalu hadir di GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Masa lalu hadir di GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Teh di tuangkan dalam cangkir yang sudah berisi beberapa butir gula batu. Ternyata uap panasnya masih nampak yang menandakan jangan coba-coba untuk langsung meminumnya. Jika tidak ingin lidah kepanasan. Ambil lepek dan tuangkan ke dalam lepek sambil ditiup sebelum di serutup. "Sruuuppp....". Bunyi yang khas seperti kakek saat menikmati tehnya.
"Enak.......?" suara itu membuyarkan kenangan masa kecil bersama kakek saat duduk di beranda rumah kakek. Menyadarkan bahwa saat itu saya berada di GM Coffee and Lounge. Pertanyaan salah seorang rekan Kjogs, membawa saya kembali ke dunia nyata. Di ruangan yang dihiasi dengan aneka gambar, benda atau barang favorit di tahun 1960 sampai 1970an.
"Rawon Bungkulnya tunggu beberapa menit lagi ya," ujar Ardhi Wijaya yang setia menemani kami waktu itu.
Teh toebroek panas langkap dengan gula batu. Jadul banget (Foto: Ko In)
Teh toebroek panas langkap dengan gula batu. Jadul banget (Foto: Ko In)
Belum hilang sensasi teh toebroek. Ardhi sudah menawarkan sensasi masa lalu kehidupan masa kecil saya. Membangkitkan rindu pada kakek nenek yang sudah lama tinggal di rumah keabadian. Terlintas sedikit doa untuk mereka dari dalam hati.
Sungguh tidak menyangka ada makanan tradisional di mall. Konon mall adalah potret modernitas bagi anak-anak millenias. Walau sejatinya masih banyak hal yang dipertanyakan dan diragukan dengan identitas itu. 
Kehadiran makanan-makanan tradisional yang benar-benar mengakar pada budaya Indonesia berani eksis di mall. Bukti bahwa modern itu bukan berarti fastfood, franchise, instant dan tidak peduli.  
Tidak lama kemudian rawon tersaji di depan saya, menemani teh toebroek yang masih panas. Warna hitam kuah rawon yang khas hitam dari kluak menjadi pesona tersendiri untuk mengambil sendok dan mengaduk isi di dalamnya. 
Rawon yang menggoda selera.....(Foto: Ko In)
Rawon yang menggoda selera.....(Foto: Ko In)
Beberapa potongan daging ikut numpang dalam sendok. Membuat diri bergegas mengambil nasi putih yang sudah ditaburi dengan bawang goreng. Beberapa teman Kjogs nampaknya memperhatikan "ritual" saya saat akan menikmati rawon Bungkul .
Pertama, cicip kuahnya. Kedua, mengambil bebera potong daging dengan sendok sambil menikmati keempukannya. Ketiga, mengambil jeruk nipis. Memerasnya. Kemudian mencicip lagi kuah rawon yang sangat terasa kluaknya.
Tidak terasa nasi sudah hampir habis tetapi kuah rawon dan telur asin masih cukup untuk menemani tambahan nasi.  Yang suka pedas dan taoge atau kecambah dapat dicampur untuk menambah kenikmatan. 
Nasi sudah habis, kuah rawon di mangkok masih. Sesekali saya pandangi. Kasihan ditinggal sendirian sementara teman-temannya. Seperti telur asin, kecambah dan sambal sudah pergi entah dimana. 
Pertemuan indah rawon dan teh toebroek (Foto: Ko In)
Pertemuan indah rawon dan teh toebroek (Foto: Ko In)
"Bagaimana rawonnya...., " tanya Ardhi yang ternyata dari tadi diam-diam mengamati dan berusaha menangkap reaksi kami saat menikmati menu yang disajikan oleh GM Coffee and Lounge.
"Pedas mricanya pas dan rasa kluaknya benar-benar terasa," jawab saya yang disambut dengan senyum  Ardhi .
"Tapi ada satu yang kurang..." lanjut saya. Yang membuatnya sedikit kaget dan beberapa teman Kjogs pandangan matanya  menatap tajam ke arah saya. 
"Kurang banyak dagingnya......" langsung meledak tawa teman-teman. Termasuk Ardhi.
Yang jelas  GM Coffee and Lounge menurut saya berhasil menjawab kebutuhan sebagian orang saat jalan-jalan atau liburan ke Hartono Mall. Yang bingung mencari makanan, yang sesuai dengan seleranya. Yang sesuai dengan lidah orang Indonesia karena kebanyakan mall menyajikan makanan fast foodbukan makanan yang authenticIndonesia.
Koki trampil dan cekatan dengan menu authentic (Foto: Ko In)
Koki trampil dan cekatan dengan menu authentic (Foto: Ko In)
Menu GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Menu GM Coffee and Lounge (Foto: Ko In)
Seperti bakmi jowo, rawon, bakmi magelangan, tengkleng, empal gepuk, tongseng, sate, nasi goreng, soto, sop buntut. Bahkan GM Coffee and Lounge menyediakan cemilan seperti pisang goreng, sukun goreng, lumpia, tahu pong. Tentu nikmat jika disantap bareng teh toebroek.
Duduk santai sambil ngobrol di teras GM Coffee and Lounge bersama anak-anak. Sambil menunggu ibu dan anak yang satunya, yang asyik jalan-jalan dan melihat-lihat isi mall. Suami atau bapak biasanya  senang  jika tidak harus mengikuti kemana saja  ibu jalan-jalan di mall.
Teras yang diminati pengunjung mall (Foto: Ko In)
Teras yang diminati pengunjung mall (Foto: Ko In)
Siapa tahu suami atau bapak bertemu kolega bisnis di mall. Kemudian ngobrol santai di GM Coffee and Lounge sambil menunggu keluarga,  berbicara ringan soal rencana bisnis ke depan. Tentu ditemani menu authentic.
Karena manusia modern sejatinya bukan manusia yang mudah terbuai oleh berbagai tawaran tetapi mereka yang memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan. Bukan yang diinginkan.
Bisa ketemu tulisan ini juga di www.kompasiana.com/koin1903  

Memilih "Sekolah" untuk Perhiasan Berharga Kita

Memilih "Sekolah" untuk Perhiasan Berharga Kita
Foto :www.tribunnews.com
Masih teringat pesan orangtua saat kita masih kecil, saat kita malas untuk pergi ke sekolah. Nasehatnya sederhana. "Ayo sekolah biar pinter!" Pengalaman membuktikan, sungguh kita menjadi pinter atau pandai dalam mengakali berbagai kesulitan hidup.
Salah satu kesulitan tersebut terkait dengan persoalan keuangan atau perekonomian keluarga. Bahkan sebagian dari kita, saat menjadi mahasiswa menjadi cerdik mengatasi keterlambatan kiriman uang dari orang tua. Salah satunya dengan "menyekolahkan" barang berharga yang dimiliki saat itu.
Mesin ketik manual pada masanya sangat berharga. Kini masa berganti dan laptop menjadi barang favorit mahasiswa untuk "disekolahkan".  Tidak ketinggalan perangkat komunikasi modern.
www.businessinsider.com
www.businessinsider.com
Seperti gadget atau telpon pintar menjadi pilihan utama untuk digadaikan mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan keuangan. "Sekolah" di pegadaian konvensional.
Manakala seseorang mengunjungi tempat pegadaian sudah hampir dapat dipastikan mereka tengah mengalami kesulitan keuangan.  Dengan berbekal perhiasan dan logam mulia seperti emas. Berharap memperoleh dana segar.
Namun seiring dengan berkembangnya jasa pelayanan keuangan. Sulit untuk menengarai apakah seseorang sedang mengalami kesulitan keuangan atau sebaliknya manakala mendatangi bank. Apakah menabung atau mengambil uang. Termasuk saat mendatangi bank syariah menyediakan produk pegadaian syariah.
Brosur produk keuangan syariah (Foto:Ko In)
Brosur produk keuangan syariah (Foto:Ko In)
Masyarakat kini memiliki beberapa pilihan untuk melakukan transaksi  keuangan guna memperoleh dana segar dengan cepat. Tidak harus ke pegadaian konvensional untuk menggadaikan perhiasan emasnya.
Lembaga keuangan seperti bank syariah, membuka diri menerima jasa gadai emas dalam bentuk batangan selain perhiasan emas.  Jasa gadai emas bank syariah merupakan salah satu produk yang memiliki beberapa kelebihan atau keuntungan dibandingkan dengan lembaga pegadaian konvensional. 
Gadai Emas di Kantor Pos oleh Bank Syariah (Foto;Ko In)
Gadai Emas di Kantor Pos oleh Bank Syariah (Foto;Ko In)
Sehingga tidak terlihat secara kasat mata, apakah kita sedang membutuhkan uang atau tidak.
Bahkan ada bank syariah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat atau calon nasabahnya dengan sistem jemput bola. Sebuah bank syariah membuka counter atau semacam lapak di salah satu sudut kantor pos. Ide yang cukup kreatif. Lembaga keuangan yang berusaha mendekati masyarakat. Bukan sebaliknya.
Kelebihan kedua dengan hadirnya gadai emas di bank syariah, skema keuangannya terletak pada sistem pinjaman dan sewa. Jika di pegadaian konvensional terdapat biaya administrasi dan bunga maka di pegadaian syariah atau pegadaian yang dikelola bank syariah tidak ada bunga.  
Tetapi nasabah pegadaian bank syariah dikenakan biaya administrasi dan biaya sewa, sesuai dengan prinsip syariah yang merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam. 
Tanda Nasabah Bank Syariah (Foto:Ko In)
Tanda Nasabah Bank Syariah (Foto:Ko In)
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi  Indonesia prinsip ekonomi Islam memiliki beberapa karakter diantaranya; pelarangan riba dalam berbagai bentuk. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang. Uang sebagai alat tukar bukan komoditas. 
Karakter lainnya, tidak diperbolehkan melakukan kegiatan spekulatif. Tidak diperbolehkan menggunakan dua harga untuk satu barang dan tidak diperbolehkan melakukan dua transaksi dalam satu akad.
Akad dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya perjanjian, kontrak  atau perjanjian kontrak kredit.  Gadai syariah menggunakan akad Qardh.
Dalam beberapa literatur tentang lembaga keuangan syariah, yang dimaksud dengan Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan peminjam untuk melakukan pembayaran secara cicilan dalam jangka waktu tertentu atau sekaligus.
Syariah aman (Foto: Ko In)
Syariah aman (Foto: Ko In)
Adapun penerapan transaksi ekonominya disebut Rahn yang maknanya gadai. Bank syariah meminjamkan uang (akad Qardh) kepada nasabahnya dengan jaminan barang yang dititipkan ke bank. Seperti perhiasan atau logam mulia. Pihak bank syariah kemudian menarik biaya penitipan jaminan.  
Dalam menitipkan atau menggadaikan barang, harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama barang yang digadaikan merupakan barang milik nasabah sendiri.  Barang yang digadaikan harus jelas ukurannya, sifat dan nilainya ditentukan berdasakan pada nilai riil pasar. Barang gadai dapat dikuasai oleh bank  syariah tetapi tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Dengan kata lain saat ini semakin mudah orang untuk melakukan transaksi keuangan yang sesuai dengan kaidah ekonomi Islam. Bank syariah salah satu pelaku usaha keuangan berdasar pada manajemen syariah.
Manajemen yang melihat ke depan tiap masalah atau persoalan agar memiliki implikasi yang baik dan terpuji. Prinsip manajemen syariah tersebut meliputi keadilan, amanah dan pertanggungjawaban serta komunikatif. Hakekat manajemen tersebut terkandung dalam Al Quran .
Menilik lebih dalam manfaat gadai emas di bank syariah yang memiliki beberapa kelebihan dan menguntungkan. Tidak ada salahnya pegadaian syariah atau bank syariah gadai emas layak menjadi pertimbangan utama jika memerlukan dana tunai.
Bagi teman-teman mahasiswa ada baiknya mulai meninggalkan sikap konsumtif yang gemar gonta-ganti gadget keluaran terbaru dengan perhiasan berharga atau logam mulia. 
Aku Cinta Keuangan Syariah (Foto: Ko In)
Aku Cinta Keuangan Syariah (Foto: Ko In)
Jika suatu saat kiriman uang dari orangtua ada masalah, terlambat karena beberapa faktor dan alasan.  Teman-teman mahasiswa dapat menggadaikan perhiasan emasnya di pegadaian syariah atau gadai emas di bank syariah. 
Nilai taksir perhiasan emasnya  pasti lebih tinggi dibandingkan dengan nilai taksir gadget keluaran terbaru. Dan hampir dipastikan gadget keluaran terbaru tidak laku menjadi barang jaminan di bank syariah.
Kecuali jika "sekolah" di pegadaian konvensional, kemungkinan masih  dapat diterima menjadi "muridnya". Untuk itu tidak ada salahnya memilih sekolah yang bermutu untuk "menyekolahkan" perhiasan berharga dan bernilai yang kita miliki.
**** Tulisan ini "sekolah" juga di www.kompasiana.com/koin1903 

Senin, 04 Desember 2017

Jogja dan The Power of Ngobrol

Jogja dan The Power of Ngobrol
foto:mayakhowordpress.com
Manusia modern mengalami kerinduan akan hakekat dirinya sebagai manusia yang membutuhka ndialog secara faktual lewat sapaan dalam percapakan atau obrolanNgobrol tentang sesuatu yang remeh sampai yang membuat kening berkerut. Semua dapat ditemukan di Jogja
Duduk dicafe-cafe bersama kawan dalam suatu komunitas atau kelompok sekedar ngobrol tidak tentu arah untuk melepas kepenatan kerja sehari. Atau melepas kangen dengan sahabat yang lama sudah tidak bertemu sambil menikmati minuman hangat jahe, secang yang airnya merah, wedang uwuh atau kopi.
Ngobrol bisa dimana saja tidak harus di ruangan khusus, lengkap dengan alat-alat penunjang untuk sebuah diskusi. Tetapi bisa terjadi di pinggir jalan saat bertanya alamat atau arah tempat yang mendapat jawaban ramah dan niat tulus membantu dari warga Jogja.
Ngoborol dan diskusi di pendopo (Dok Pribadi)
Ngoborol dan diskusi di pendopo (Dok Pribadi)
 Warung angkringan adalah surga bagi sebagian orang di Jogja.
Karena di angkringan kebutuhan dasar manusia yang ingin selalu membangun relasi antar sesamanya lewat dialog atau obrolan dengan langsung bertatap muka. Dapat ditemukan di angkringan.
Perjumpaan dengan sesama menjadikan diri berarti dalam hidup yang penuh dengan masalah. Di angkringan, cafe, dan tempat ngobrol lainnya pengalaman hidup yang getir sampai yang lucu dan membahagiakan akan keluar dengan sendirinya dalam suasana penuh ke akraban.
angkringan malam hari di Jogja (dok pribadi)
angkringan malam hari di Jogja (dok pribadi)
Pelaku industri wisata di Jogja patut merasa gembira ditengah perubahan perilaku sebagian masyarakat dalam berkomunikasi lewat gadget atau smatphone yang membuat komunikasi antar manusia tidak harus dituntut bertatap muka secara fisik.Yang menjadikan mereka merasa terasing dan teralienasi dalam menyikapi teknologi 
Pelaku industri wisata di Jogja patut merasa gembira ditengah perubahan perilaku sebagian masyarakat dalam berkomunikasi lewat gadget atau smatphone yang membuat komunikasi antar manusia tidak harus dituntut bertatap muka secara fisik.Yang menjadikan mereka merasa terasing dan teralienasi dalam menyikapi teknologi 
Hahaket diri manusia membutuhkan keberadaan orang lain secara fisik saat berkomunikasi. Tidak cukup dengan bahasa teks dan menajamkan telinga untuk mendengar kata-kata dari lawan bicara di smartphonenya.
Wisatawan manca negara menyadari kebutuhan untuk berdialog secara humanis. Menggambarkan citra manusia yang beradab, santun dan bersahaja. Itu ditemukannya di Jogja.
Jogja mengakomodasi kebutuhan itu. Tidak hanya di warung angkringan, cafe-cafe atau di Malioboro. Tetapi di dalam bus kota, di pasar tradisional, di terminal atau stasiun saat menunggu kereta api atau bus. Dimana pun anda berada di Jogja, orang Jogja enak untuk diajak ngobrol.
Diskusi digitalisasi wisata ditemani ingkung ayam. (Dok pribadi)
Diskusi digitalisasi wisata ditemani ingkung ayam. (Dok pribadi 
Sebagaimana disampaikan Imam Pratanadi Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Jogja. Dari hasil kajian terkait pariwisata Joglosemar (Jogja, Solo dan Semarang). Wisatawan mancanegara usai mengunjungi Borobudur selalu ingin ke Jogja.
“Di Jogja mereka mengalami hidup bernuansa Jawa. Selain karena keramahan. Orang Jogja saat ditanya akan selalu berusaha membalas,” jelas Imam Pratanadi dalam sebuah diskusi pariwisata dengan tema Digitalisasi Wisata Jogja (21/4).
Keinginan berkomunikasi menjadi unique selling pointnya Jogja. Sebab local people mempunyai keinginan dan usaha untuk berkomunikasi walau bahasa terkadang menjadi kendala. Namun hal itu yangmenciptakan suasana hangat dalam obrolan di Jogja.
Ang Tek Khun dari Masyarakat Digital Jogja menuturkan, salah seorang rekannya dari Jakarta melihat  orang Jogja tidak habis kretivitasnya.
Awalnya merasa bingung melihat  cafe yang buka malam hari, membuka show room sepeda motor di depannya. Dibariskan rapi sampai panjang. Dari malam sampai subuh.
“Pagi ngobrol, siang ngobrol. Apa saja sih yang diobrolkan ?”, tanyanya kepada Ang Tek Khun .
 Ngobrol bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai kegiatan yang buang-buang waktu. Tetapi di Jogja ngobrol bersama teman di cafe atau di warung angkringan dapat menjadi jalan munculnya gagasan atau ide terkait dengan kegiatan produktif.
Tidak sedikit kegiatan ngobrol yang terkadang tanpa arah tetapi menghasilkan sesuatu gagasan besar yang jika direalisasikan berdampak luas ke masyarakat. Bahkan tidak jarang membuahkan aksi atau kegiatan yang memiliki nilai ekonomis.
Ngobrol, salah satunya di angkringan secara tidak langsung membuat sehat secara mental atau psikologis. Tidak jarang pengunjung angkringan tiba-tiba lancar mengeluarkan uneg-unegnya terkait pekerjaan atau masalah keluarga kepada pengunjung lainnya.
Padahal mereka tidak saling kenal dan saat meninggalkan angkringan pun mereka tidak pernah mengetahui namanya masing-masing.
Obrolan dapat terbangun antara lebih dari dua tiga orang. Saling tidak mengenal namun tercipta obrolan serius tapi penuh canda. Terselip satire, kegalauan atau kegundahan sebagain rakyat kecil yang melihat berbagai persoalan bangsa.
Dari masalah toleransi, korupsi sampai masalah bau menyengat dari depo pengisian tabung LPG yang tercium dari pagi sampai pagi lagi. Atau obrolan penuh rasa bangga manakala tentara Indonesia berkali-kali menjadi juara tembak tingkat dunia walau peralatannya kalah modern dibanding negara lainnya.
Dan isi obrolan angkringan terkadang sangat dalam. Seperti mengapa tentara kita menjadi juara menembak tingkat dunia. Dalam obrolan itu semua hampir sependapat jika dalam mengerjakan tugasnya tentara kita menggunakan hati. Sehingga bidikannya tepat sasaran.
Tentunya obrolan tersebut berputar-putar kesana kemari. Membandingkan tentara Indonesia dengan negara yang memiliki senjata modern sampai kehebatan Majapahit, Singosari dengan Ken Arok dan keris bertuah buatan Mpu Gandring.
Kekuatan ngobrol atau The Power of  Ngobrol di Jogja tidak jarang membuat aneh wisatawan nusantara yang melihat pengemudi becak duduk dengan santai di atas becaknya sementara wisatawan manca negara yang mengayuh becak .
Kekuatan ngobrol antara pengemudi becak dengan penumpangnya baik itu wisatawan manca negara atau wisatawan nusantara merupakan salah satu kekuatan tersendiri yang mampu menghangatkan Jogja.

Demikian pula para duta wisata seperti Cici Koko Jogja, Putera Puteri Pendidikan, Duta Mahasiswa atau Dimas Diajeng Jogja tidak cukup pasang senyum ramah kepada setiap tamu yang datang dalam sebuah acara.Tetapi ikut ngobrol bersama tamu atau peserta diskusi saat acara belum dimulai atau saat rehat snack atau makan.
Semoga the power of ngobrol mampu membangun suasana hangat bagi siapa saja yang datang dan tinggal di Jogja.
Kegiatan ngobrol walau mendapat saingan dengan ngobrol di dunia maya yang dikenal dengan chatting. Sejatinya bukan ngobrol yang sesungguhnya . 
Chating menjadikan manusia  kehilangan jati dirinya.Terasing dalam keramaian yang semu. Yang diciptakan oleh dunia maya. Obrolan di dunia maya rasanya hambar karena emosi atau ruh seseorang saat berbicara tidak dapat terwakili oleh susunan kata atau kalimat.
Oleh karena itu datanglah ke Jogja dan ke www.kompasiana.com/koin1903 Kita ngobrol....












Itsmy blog

 It's my mine