Sabtu, 30 November 2019

Minuman Menjaga Kesehatan Ojol. Eh, Tubuh

Minuman penjaga kesehatan tubuh (foto: Ko in)
Bekerja menjadi driver ojek on line atau ojol dengan menggunakan sepeda motor. Wajib menjaga kesehatan atau stamina sebagai tuntutan utama supaya mampu menempuh jarak, yang jauhnya belasan bahkan mungkin puluhan kilometer dalam sehari.

Makan secara teratur merupakan hal yang wajib dan sebuah keharusan. Sarapan atau makan pagi sebelum ngojek tidak boleh lupa. Tidak ada alasan untuk tidak atau menunda sarapan. Pekerjaan sebagai pengemudi ojek on line merupakan pekerjaan yang menuntut stamina lebih.

Supaya mampu menjaga konsentrasi di jalan dan kesabaran, sebab tidak sedikit pengguna jalan yang mengendarai kendaraannya dengan cara yang berbahaya bagi dirinya atau pengendara lain.

Jalan raya tempat orang melakukan aktivitas dalam tempo cepat dibantu dengan alat transportasi seperti mobil atau motor. Frekuensi perjumpaan dengan berbagai jenis kendaraan juga semakin  sering karena jumlah kendaraan semakin bertambah. Tidak sebanding dengan penambahan panjang dan jumlah jalan.

Jalan semakin ramai (foto: ko in)
Beraktivitas di jalan raya dalam musim panas atau hujan sama-sama membutuhkan ketahanan tubuh. Saat musim panas jalan raya menjadi seperti tempat panggangan daging yang cepat menguras energi. Untuk itu daya tahan tubuh harus benar-benar dijaga jika tidak ingin mudah terkena penyakit seperti influenza yang mengganggu pekerjaan dan membuat tidak nyaman konsumen ojol.

Makan teratur dan memberi asupan gizi yang tepat, salah satu cara menjaga daya tahan tubuh. Tetapi suhu udara yang cukup panas dan rasa lelah kerap membuat orang malas untuk makan. Inginnya minum terus-menerus. Tubuhnya hanya diisi air terus menerus. Tidak salah, karena dapat mencegah dehidrasi namun makan rutin dan bergizi itu perlu untuk menahan stamina tubuh.

Guna mendorong nafsu makan, saya minum es Herbadrink Temulawak. Selain membuat tubuh segar. Kandungan temulawaknya sudah diyakini mengandung beberapa zat yang mampu menjaga kesehatan tubuh dan mendorong nafsu makan.

Herbadrink di tas (foto:ko in)
Herbadrink Temulawak dalam ukuran sachet selalu tersedia di kantong baju atau di dalam tas kecil yang selalu saya slempangkan di badan, saat ngojek. Kemasan yang mudah di bawa kemana-mana membantu saya minum temulawak walau saat istirahat di warung angkringan. Cukup pesan air es kemudian dicampur dengan ekstrak temulawak, yang sudah saya bawa dari rumah.

Sachet Herbadrink (foto: ko in)
Saat musim hujan, cukup pesan air putih panas atau hangat kemudian dicampur ekstrak Sari Temulawak. Sambil menunggu order penumpang lewat aplikasi ojol di handphone. Jika baru saja duduk, tiba-tiba akun atau account ojol berbunyi tanda mendapatkan order. Dengan cepat minuman temulawak dihabiskan walau belum sempat isi perut untuk makan siang atau panganan ringan sekedar pengganjal perut.

Sari Temulawak dalam Herbadrink mengandung zat yang dapat mencegah berkembangnya kanker dalam tubuh. Kanker muncul salah satu pemicunya akibat pola makan dan polusi udara. Sebagai orang lapangan faktor makanan kerap kurang mendapat perhatian dari sisi higienitasnya. Ditambah faktor buru-buru serta pencemaran udara.

Temulawak selain membangkitkan nafsu makan, mencegah munculnya kanker hati seperti sirosis hati. Adakalanya diawali dengan sakit hepatitis atau kuning. Walau tidak selamanya penyakit kuning menjadi kanker hati.   Selain itu temulawak memiliki manfaat mengurangi risiko serangan jantung, stroke dan tekanan darah tinggi.

Teman di jalan (foto;ko in)
Herbadrink Sari Temulawak seperti penyeimbang bagi asupan makanan dan minuman saya yang tergolong kurang sehat. Makan di warung pinggir jalan kebanyakan lauknya sejenis goreng-gorengan yang dapat meningkatkan kadar DHL jahat dalam darah. Jika kadarnya terlalu banyak akan berisiko menimbulkan penyumbatan dalam saluran darah. Ujung-ujungnya bisa terjadi serangan stroke atau jantung.

Bekerja di jalanan cukup melelahkan khususnya dengan sepeda motor sebagai driver ojol. Pekerjaan lapangan yang rasanya selalu bergerak namun sesungguhnya kurang gerak. Hanya duduk kurang aktivitas fisik. Kurang olahraga, salah satu penyebab lain yang sebabkan tubuh mudah terserang penyakit.

Manakala sepi orderan, saya mulai membiasakan diri untuk melakukan peregangan, saat parkir di taman sambil istirahat. Atau melakukan lari kecil di tempat supaya berkeringat sebab keringat hasil olahraga dan panas karena terik matahari, rasanya berbeda di tubuh.

Haus...? Tinggal buat sendiri minuman Sari Temulawak Herbadrink. Jika memang keburu tidak dapat menahan haus. Tinggal mencampur ekstrak Sari Temulawak Herbadrink dengan air putih. Persediaan air putih,cukup banyak di bagasi motor.

Sachet praktis (foto:ko in)
Ukuran bungkus atau kemasan Herbadrink yang dikemas dalam sachet memudahkan untuk dibawa dan membuatnya.  Praktis sehingga sangat membantu saya dalam upaya menjaga daya tahan tubuh. Apalagi Herbadrink juga memiliki produk seperti Herbadrink Kunyit Asam dan Sari Jahe.

Minuman jahe, siapa yang tidak kenal. Minuman tradisional yang memiliki banyak manfaat. Manfaat yang paling mudah dirasakan, usai meminumnya tubuh terasa hangat. Minuman jahe sangat cocok manakala cuaca dingin, seperti saat musim hujan.

Menjadi pengojek ojol, mesti siap dalam kondisi cuaca apapun. Bagaimana mempertahankan suhu tubuh hangat manakala hujan. Apalagi jika di warung makan atau warung angkringan tidak menyediakan wedang jahe. Karena memang tidak menyediakan atau penjual warung amgkringan langganan yang biasa menyediakan minuman jahe asli mengatakan "Jahe lagi mahal mas...!"


Produk Herbadrink lainnya (foto:ko in)
Herbadrink Sari Jahe salah satu solusi mendapatkan minuman penghangat tubuh. Demikian juga dengan Herbadrink Kunyit Asam. Berbagai penelitian telah membuktikan banyak manfaat positif dengan meminum kunyit asam. Salah satunya menyembuhkan rasa mual atau kembung.

Makan makanan kurang higienis di pinggir jalan adalah masalah bagi kebanyakan mereka yang bekerja di jalanan. Dari rasa tidak enak sampai membuat perut mual atau kembung.

Produk Herbadrink sangat membantu untuk ikut menjaga kesehatan tubuh bagi para pekerja lapangan yang mengandalkan kesehatan fisik.

Kini saya tidak begitu khawatir saat akan mampir ke warung untuk makan siang. Tiba-tiba handphone berbunyi menandakan panggilan order penumpang. Sebab di tas saya ada kue kering atau kue basah yang dapat menunda jadwal makan siang.

Setelah mengantar penumpang baru mencari warung makan sambil meminta air putih hangat untuk campuran Herbadrink Temulawak.

Kawan segala cuaca (foto:ko in) 
Saya sudah mencoba semua jenis Herbadrink. Dari Temulawak, Kunyit Asam, Sari Jahe, Beras Kencur dan Lidah Buaya. Semua bermanfaat bagi ketahanan tubuh. Namun saya lebih memilih Herbadrink Temulawak mengingat pekerjaan yang membutuhkan kondisi tubuh selalu prima.

Tetapi jika ada yang menawari Herbadrink selain Temulawak, siapa yang dapat menolak tawaran minuman sehat.

Selasa, 29 Oktober 2019

Maaf, Ini Bukan Bahasa (Basa) Basi Indozone

(Foto:castbox.fm)
Saat Indozone menantang netizen untuk mereview websitenya lewat pengalaman saat membaca atau berinteraksi dengan berbagai macam jenis informasi yang disajikan. Terlintas sebuah pertanyaan di kepala, sungguh Indozone menerima catatan kritis pembacanya? Menerima bahasa yang bukan basa basi.

Benarkah www.indozone.id bersedia menerima paparan beberapa kekurangan terkait dengan tampilan maupun konten dari websitenya? Mampukah Indozone mengelola berbagai kekurangan yang disampaikan oleh pembacanya dengan cara yang cerdas, kreatif. Sehingga menjadikan Indozone bertransformasi ke arah yang lebih baik?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul karena tidak sedikit lomba review lebih mengedepankan pujian dari para peserta terkait keunggulan produk, barang atau jasa. Ketimbang pernyataan jujur, pahit bahkan terkadang membuat merah telinga.

Tidak sedikit penyelenggara lomba review membungkus keinginan untuk mendapatkan pujian terhadap produk barang serta jasanya dengan harapan sebagai bagian dari strategi branding, promosi dan pencitraan.

(Foto:pixabay)
Dalam syarat dan ketentuan kata-kata yang mengandung makna kritikan, kekurangan atau masukan dikemas sedemikian rupa. Sehingga membiaskan perhatian dan pemahaman peserta lomba. Review tidak lagi menyajikan keberimbangan tetapi cenderung menjadi keberpihakan.

Dilema review
Indozone pasti memahami dibalik pernyataan bahwa kenyataan itu kadang terlalu keras dan berat untuk seseorang. Kejujuran itu tidak jarang menyakitkan dan tidak mudah diterima. Mereka yang mampu melihat mutiara dbaliknya, biasanya akan mengerti pentingnya mengucapkan terimakasih setelah mendapat kritikan.

Manakala ungkapan kasih dalam bentuk kritikan dan masukan membangun diterima dengan lapang hati. Menghargai dengan ucapan terimakasih merupakan bentuk totalitas sebuah rasa untuk berterimakasih. Hadiah uang atau barang tidak akan pernah mampu menggantikan rasa dan keinginan untuk berterima kasih.

(Foto: Indozone)
Namun hubungan itu menjadi transaksional, mengurangi ketulusan manakala ada saling kepentingan yang terselubung. Satu pihak membungkus keinginan untuk dipuji, sementara pihak lain menginginkan balas jasa dalam bentuk hadiah.

Itu catatan pertama buat Indozone sebagai bahan renungan dalam mengelola bisnis di dunia maya. Ingat sifat warga netizen itu seperti kutu loncat, loyalitasnya patut sering dipertanyakan.

Kedua, nama domain Indozone kurang menunjukkan identitas diri sebagai apa dan siapa. Kata Indo sudah banyak yang menggunakan dari produk makanan, pertanian, peternakan, teknologi sampai satelit sudah banyak yang menggunakan atau memakainya. Branding merek produk akan sulit untuk diingat oleh konsumen atau user.

Pengalaman saya yang ingin mengetik kata Indozone, secara tidak sengaja salah ketik satu huruf langsung dengan mudah mengarahkan pada domain lain. Bukan Indozone dan saya sempat berlama-lama main di web yang secara tidak sengaja salah masuk kamar.

(Foto:alumnimaterdei)
Bagaimana jika waktu itu saya tiba-tiba terburu untuk melakukan aktivitas lain hingga akhirnya lupa dan tidak jadi bahkan tidak pernah lagi membuka Indozone dalam satu hari itu.

Hati-hati merah
Ketiga, pilihan warna merah mencolok yang begitu kontras dengan warna putih jadi pilihan Indozone kurang ramah untuk mata. Pada mulanya tampilan tersebut memang mampu menarik perhatian tetapi tidak lama kemudian pikiran ini ingin menggerakkan jari untuk swipe Indozone.

Tampilan warna Indozone membuat mata cepat lelah dan perih. Jika tetap menginginkan warna merah, ada baiknya Indozone lebih meredupkan warna merahnya. Atau mengganti warna yang lebih lembut di lihat dan tidak cepat membuat mata lelah.

(Foto: Indozone)
(Foto: istimewa)
Empat, terkait dengan penggunaan tagar #KAMUHARUSTAU, sah-sah saja menggunakannya sebagai kebebasan berekspresi yang dijamin oleh undang-undang. Namun sayang tagar itu terkesan memaksa. Jikalau pengunjung akhirnya mampir ke Indozone dan mendapati informasi yang disajikan kurang menarik dan kurang sesuai kebutuhan pembaca. Bukankah hal itu kontraproduktif dengan citra Indozone.

Masih terkait dengan tagar #KAMUHARUSTAU, web ini berisi tentang berbagai macam informasi sekaligus sebagai penyedia informasi. Maka tidak ada salahnya Indozone dapat menjadi penjaga nilai. Nilai kemanusiaan atau aturan yang ada. Tidak membiasakan atau mengedukasi dengan berbagai hal yang kurang pas. Tahu menjadi tau.

Tidak ada salahnya berkreasi tetapi apakah Indozone berkenan kata "i" diganti dengan "e" sehingga menjadi Endozone ? Bukankah pengucapannya hampir sama antara Indozone dengan Endozone sebagaimana kata "tahu" dengan "tau".

(Foto: pixabay)
Kelima terkait dengan foto yang dapat di swipe atau di geser dengan foto-foto kecil dalam lingkaran. Sebaiknya dipilih salah satu, sehingga dapat memuat informasi, gambar atau foto yang lain yang lebih dibutuhkan pengunjung Indozone. Contoh, kartun atau gambar animasi terkait dengan isu atau peristiwa yang sedang populer atau hangat jadi perhatian masyarakat.

Keenam, gambar grafis diperlukan Indozone untuk memperkuat berita atau informasi dalam bentuk teks. Sehingga akan menjadi lebih menarik untuk dilihat sehingga membuat pengunjung betah lama-lama di Indozone. Namun sayang gambar grafis yang ditampilkan masih terlalu banyak teks di dalamnya.

Pengunjung merasa cepat bosan dan halaman terlihat menjadi terlalu penuh. Semestinya cukup dengan gambar serta angka atau grafik yang mewakili informasi dalam bentuk teks. Bukan teks dikuatkan lagi dengan teks sehingga terkesan mubazir.

(Foto: Indozone)
Menggarami lautan
Tujuh, memilih segmentasi tentu memiliki latar belakang dan alasan. Namun mencermati isi informasi atau berita, pilihan Indozone dengan segmentasi umum sepertinya kurang kuat dalam potitioningnya. Sehingga kalah dengan dengan portal atau web sejenis yang menawarkan konten yang sama.

Indozone tidak memiliki unsur pembeda atau ciri yang membuat orang kalau ingin atau membutuhkan sesuatu ke Indozone. Dalam hal ini Indozone belum memiliki. Tidak ada salahnya untuk segera memperbaiki diri sebelum tergilas oleh persaingan. Jangan menggarami lautan.

Bagaimana saya mesti bercerita banyak dari kanal per kanal jika isinya nyaris tidak ada bedanya dengan portal berita lainnya. Jangan terlalu cepat berpuas diri karena banyak yang mampir atau "klik". Namun apalah artinya jika sepersekian detik jari ini menggesernya ke portal lain.

(Foto: Indozone)
Mari bangun negeri ini dengan kedalaman hati dan cara berpikir komprehensif, serta santun dalam bertutur kata atau bertindak. Salah satu caranya membaca konten menarik dan inspiratif yang dapat ditemukan di www.indozone.id . Ini sebuah tantangan buat Indozone.

 #INDOZONEBLOGREVIEWCONTEST

Kamis, 10 Oktober 2019

Karena Jakarta Terlalu Cepat Menjadi Tua

(Foto:antara berita satu)
Indonesia usianya baru 74 tahun namun ibu kotanya sudah nampak jelas lebih tua. Beban hidupnya jelas tergambar dalam wajah Jakarta, sarat dengan kemacetan dan hiruk pikuk berbagai aktivitas yang seolah tak pernah berhenti dari pagi, siang, malam dan sampai pagi lagi.
Lelah dan penat seolah tak pernah dirasa namun tak mampu disembunyikannya dari wajah Ibu Kota, sebagaimana gambaran wajah-wajah yang minim senyum penghuninya.
Hiasan wajah entah gabion atau karya instalasi bambu getih getah, menghias seperator jalan dengan cat warna-warni bahkan sampai memasang pohon plastik. Termasuk memasang berbagai macam lampu hias namun seperti tak mampu menghilangkan kerut-kerut wajah kota.
Perawatan wajah kota dari waktu ke waktu oleh para kepala daerah yang menjabat kala itu. Memang sedikit membantu wajah kota kembali nampak cantik dan terkadang nampak lebih muda serta mempesona. Sehingga mengundang para bujang dan pencari kerja untuk melakukan pedekate dengan cara tinggal di dekatnya atau ngekost di rumahnya.
(foto:cnnindonesia)
(foto:cnnindonesia)
Namun upaya mempercantik rupa kota malah mendatangkan masalah baru. Bisa jadi karena kurangnya koordinasi sampai egoisme sektoral dinas yang ingin kelihatan menonjol dan berprestasi dengan mengorbankan wajah Jakarta itu sendiri.
Maka tidak heran jika menemukan wajah Jakarta yang bopeng tertutup bedak tebal. Kawasan kumuh di pinggir sungai tertutup bangunan tinggi dengan rancangan arsitektur yang menawan. Belum lagi orang-orang yang tinggal di bawah kolong jalan layang. Tersamarkan lampu-lampu jalan yang menerangi jalan bukan orang.
(foto:the Jakarta post)
(foto:the Jakarta post)
Daya tarik Jakarta sebagai Ibu Kota, pusat pemerintahan sekaligus menjadi pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan dan jasa yang berskala nasional. Menjadikan Jakarta seperti magnet tersendiri bagi laron-laron yang ingin mencari terang dan hangatnya kehidupan.
(foto:kompas)
(foto:kompas)
Memoles wajah Jakarta oleh kepala daerah atau gubernur Jakarta seperti hal wajib yang sulit ditinggalkan oleh para gubernur yang pernah memimpin Jakarta. Sutiyoso, tidak lama setelah dilantik membuat patung-patung pahlawan sesuai nama-nama jalan yang ada.
Salah satu ikon Jakarta tugu Monas dipagari atas perintah Sutiyoso dengan tujuan melindungi nilai historis monumen tersebut dari pedagang kaki lima dan gelandangan. Wajah kota Jakarta semakin bersinar dengan memberi pencahayaan patung Selamat Datang di bunderan HI, setelah melakukan renovasi pada air mancurnya.
(foto: Wikimapia)
(foto: Wikimapia)
Tentu Jakarta semakin cantik dan tambah menarik, masalah urbanisasi semakin sulit dicegah. Jakarta bagaikan lampu atau cahaya yang menarik laron-laron. Tidak sedikit orang yang mencoba mencari peruntungan dengan hidup dan tinggal di Jakarta walau tidak memiliki ketrampilan serta pendidikan yang minim.
Urbanisasi menjadi masalah yang tidak mudah diatasi oleh pejabat kepala daerahnya. Kebijakan membatasi pendatang usai Idul Fitri pernah menjadi fokus perhatian Gubernur DKI Sutiyoso dalam upaya menahan laju pendatang yang terus bertambah karena tertarik dengan kerlap-kerlip kehidupan kota Jakarta.
Sutiyoso pernah menggulirkan wacana pembatasan penduduk Jakarta guna mengerem arus urbanisasi dengan menerbitkan Perda mengenai kependudukan yang mengatur persyaratan penduduk di DKI Jakarta seperti memiliki tempat tinggal dan pekerjaan tetap di Jakarta.
(foto:kompas)
(foto:kompas)
Menjaga Jakarta agar tidak bertambah tambun oleh jumlah penduduk yang semakin bertambah cukup cepat dalam kurun waktu singkat. Pernah dilakukan oleh Gubernur Soemarno yang menjabat di tahun 1960an dengan menginstruksikan ke RT dan RW untuk melaporkan setiap pendatang baru. Mereka yang tidak memiliki pekerjaan dilarang masuk. Tetapi kebijakan ini gagal.
Upaya diet dari tambahan penduduk dari  luar Jakarta dengan menjadikannya sebagai kota tertutup oleh Gubernur Ali Sadikin, juga mengalami kegagalan. Kesulitan juga dialami oleh Djarot Saiful Hidayat yang mencoba mengantisipasi arus urbanisasi untuk  melakukan pendataan bagi pendatang lewat RT dan RW.
Djarot meminta mereka pulang bila tidak memiliki identitas resmi sebagai warga DKI namun sebelum mereka pulang, mereka dibina di panti-panti yang disediakan Dinas Sosial DKI. Tetapi kebijakan tersebut tidak lama kemudian hilang seperti tertiup angin.
(foto:nbcnews)
(foto:nbcnews)
Wajah Jakarta yang bolak-balik dipermak dan terkadang kurang memperhatikan kebijakan yang ramah lingkungan serta berkelanjutan dari gubernur sebelum-sebelumnya.
Atau karena perilaku warganya yang kurang memperhatikan kondisi fisik Jakarta ikut memperparah keadaan Jakarta. Maka tidak heran jika Jakarta kelihatan cepat tua dari usianya.
Intruisi air laut ke daratan Jakarta membuatnya cepat keropos. Entah karena penurunan permukaan tanahnya. Akibat dari penggunaan air tanah yang sangat eksploitatif atau karena pemanasan suhu global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut.
Demikian pula kualitas udara Jakarta yang menempati urutan pertama dalam beberapa hari di awal bulan Agustus. Jika pun tidak menempati urutan teratas, masuk dalam barisan sepuluh besar kota dengan kualitas udara terburuk. Jelas membahayakan bagi paru-paru dan saluran pernafasan warganya.
(foto: Tribunnews)
(foto: Tribunnews)
Gas buang rumah tangga, industri dan kendaraan yang tidak dikelola dengan baik jelas ancaman serius bagi hak hidup secara sehat. Paru-paru kota yang pernah digadang-gadang sebagai kebutuhan mendesak realisasi jauh dari harapan. Kemana hutan kota dan taman kota yang dapat memberikan kesejukan hati serta pikiran warganya.
Jika kebijakan berorientasi pada menyerap anggaran bukan sebaliknya. Anggaran dipergunakan untuk merealisasikan kebijakan yang berpihak pada pelestarian lingkungan, yang dapat mempertahankan Jakarta supaya tetap kelihatan muda, cantik dan menarik untuk dikunjungi.
Menjadikan Jakarta sebagai tempat tujuan wisata tidak salah. Tetapi apakah tempat-tempat wisata yang sudah ada ramah kepada wisatawan. Bukan hanya terkait layanan dan obyek wisata tetapi juga ramah edukasi akan pentingnya hiburan yang berkelanjutan.
(foto:kontak banten)
(foto:kontak banten)
Tidak heran jika Jakarta nampak cepat tua. Adakah beberapa tempat dan event hiburan yang tidak terurus atau hilang dalam kalender pariwisata di Jakarta?
Pindahnya ibu kota menjadi hal yang urgent dan mendesak agar Jakarta dapat kembali berbenah. Supaya menjadi kota yang lebih humanis, mengedepankan keseimbangan kepentingan penghuninya.
Salah satunya dengan mengurangi beban yang ditanggung sebagi kota, yang menjadi pusat pemerintahan. Terimakasih, Jakarta, sudah menjadi ibu kota.
Tulisan ini nampak juga di www.kompasiana.com/koin1903

Hanya Segitukah Menghias Ibu Kota ?


(Foto: kompas.com)

Menata Ibu Kota memerlukan keseriusan karena dari sana orang melihat beranda negara. Kesan pertama mesti baik, indah, unik dan menarik sehingga menimbulkan kesan mendalam supaya tidak  mudah dilupakan. Oleh karena itu menata kota mesti memperhatikan berbagai macam aspek. Bukan alakadarnya, sekedar pasang, nir pesan dan kesan.
Ibu Kota itu menjadi beranda negeri. Tamu-tamu penting dari berbagai negara yang memiliki pengaruh dalam hubungan bilateral dan kekuasaan di negaranya. Datang dan pergi dalam waktu singkat atau lama. Melihat Indonesia melalui Jakarta, bukannya tidak mungkin dianggapnya sudah melihat Indonesia. Kemudian di kepalanya terlintas sejumlah rencana.
Sebuah keputusan  atau kebijakan tidak sedikit terinspirasi oleh peristiwa atau sesuatu yang sederhana. Apalagi jika melihat Jakarta merasakan kesan positif. Bukannya tidak mungkin, kemudian muncul berbagai gagasan pentingnya menggandeng Indonesia untuk bekerjasama yang saling menguntungkan.
Maka cukup mengherankan bila menata kota di salah satu taman di pusat kota dimaknai sebagai aktivitas yang remeh. Hanya.

Kepala Dinas Kehutanan dan Pertamanan DKI Jakarta, Suzi Marsita mengatakan instalasi Gabion bukan karya seni seperti Getih Getah karya Joko Avianto. Menurutnya, instalasi Gabion itu hanya sebagai penghias kota menyambut HUT ke-74 RI kemarin. (Merdeka.com/23/8/2019)
Hanya penghias kota. Hanya segitukah menghias kota? Jakarta Ibu Kota negara sampai saat ini masih Ibu Kota. Belum pindah walau sudah diputuskan pilihan kota baru untuk Ibu Kota Republik Indonesia.
Jika gabion bukan seni, tidak heran muncul pro kontra atas keberadaannya di taman yang terletak di pusat kota. Dari dana cukup besar untuk sebuah hiasan yang bukan seni, sampai mempertanyakan maksud serta tujuan membuat hiasan tersebut. Jika gabion tersebut tidak memiliki nilai seni maka apa bedanya dengan bronjong ?
(foto:tebar)
(foto:tebar)
Jika tumpukan batu yang ditempatkan dalam sebuah keranjang besar terbuat dari sulaman kawat bukan seni. Maka tidak heran jika upaya menghias kota Jakarta tidak terasa ruh estetikanya. Jakarta menjadi miskin akan nilai-nilai keindahan.
Menghias kota hanya sekedar kewajiban dan tugas. Mengesampingkan sentuhan cita rasa seni. Hasilnya, hiasan taman-taman di Ibu Kota terasa kering. Tidak ada "dialog" yang intim antara bangunan atau benda yang berada di taman dengan mereka yang ada di kota.
Jika tumpukan batu itu bukan seni mengapa ditempatkan di tengah kota. Artinya tumpukan batu itu seperti barang lainnya yang sifatnya lebih mementingkan fungsinya.  Tidak harus repot memikirkan unsur harmoni. Bentuk, pesan dan kesan bagi mereka yang melihatnya.
Jika bukan seni maka tumpukan batu dalam kranjang kawat di taman bundaran HI, keberadaannya mestinya fungsional. Seperti menahan longsoran tanah atau tebing di pinggir sungai. Dikenal dengan nama bronjong. Maka kurang tepat meletakkan bronjong di tengah kota. Apalagi tanah taman kota di bunderan HI tidak rawan longsor karena cenderung landai, tidak berbukit. Maka menempatkan bronjong tidak sesuai peruntukannya.
(foto:kebur)
(foto:kebur)
Gabion itu tumpukan batu dalam kranjang. Ditata sedemikian rupa memperhatikan nilai-nilai estetika. Keberadaannya bukan hanya fungsional tetapi juga memberi nilai tambah. Supaya lingkungan  sekitar gabion menjadi lebih menarik dan  indah.
(foto:indiamart)
(foto:indiamart)
Gabion berbeda dengan bronjong. Gabion memiliki nilai serta fungsi  yang lebih dibandingkan dengan bronjong.  Oleh karena gabion bukan sekedar hiasan tetapi juga memiliki fungsi mempercantik sebuah tempat atau ruang terbuka. Memperindah taman di komplek perumahan atau taman kota, sehingga membuat kota nampak lebih ramah. Tidak kaku serta monoton.
(foto:Alibaba)
(foto:Alibaba)
Karya  seni instalasi menjadikan kota memiliki sentuhan rasa tentang keindahan. Bukan sekedar benda atau barang yang mengisi lahan atau ruang kosong.
Aneh jika gabion bukan seni tapi hanya sekedar hiasan. Bukankah hiasan itu juga mengandung unsur seni? Atau jangan-jangan selama ini dalam menghias taman kota jauh dari melibatkan citra seni. Sehingga hasilnya terasa kaku, kering atau hambar. Kurang memberi makna bagi warga kota, yang penting sekedar ada.
(foto:detik)
(foto:detik)
Apakah Jakarta akan menjadi kota yang dingin dan kaku, kurang ramah terhadap penghuni dan tamu-tamunya ? Apa jadinya Jakarta jika sudah tidak menyandang status sebagai Ibu Kota? Ah, semua  berpulang pada warganya.

Artikel ini menghiasi www.kompasiana.com/koin1903

Minggu, 22 September 2019

Aksi Sederhana Membudayakan Kegiatan Literasi di Keluarga dan Kampung

(Foto:berdikaribook) 
Literasi itu tidak sebatas pada kegiatan membaca, merenungkan dan memahami teks cetak atau digital sehingga menjadi bagian pengetahuan yang ada dalam diri. Tetapi berlanjut pada upaya mengembangkan potensi tersebut dalam bentuk nyata yang bermanfaat bagi sesama dan lingkungan sekitar.

Membaca kata literasi, ingatan ini langsung dibawa ke masa sewaktu umur masih  sepuluh tahunan. Liburan sekolah di rumah atau di rumah nenek. Kala itu musim kemarau, ingin main ke rumah sepupu, malas karena terik matahari yang membuat jalanan berdebu dan panas.

Berdiam diri di rumah merupakan pilihan tetapi rasa bosan menjadi musuh utama. Untuk mengatasinya saya membongkar rak buku., yang koleksinya tidak pernah bertambah. Mencari buku dengan harapan ada halaman yang belum pernah dibaca.

(Foto: Tribunnews/floblamor)
Buku yang kami miliki umumnya buku lama atau majalah bergambar seperti komik. Ada juga buku tidak bergambar, dalam satu buku kurang dari sepuluh gambar. Dikemudian hari saya baru mengetahui, buku itu dinamakan novel.

Mengawali dari buku
Buku itu milik ibu yang jadi satu dengan majalah, buku resep dan beberapa buku-buku milik bapak yang isinya terkait dengan pekerjaannya. Waktu itu saya sering membuka-bukanya walau tidak tahu apa maksud dan isi buku itu. Saya cukup puas dengan melihat gambar-gambarnya. Tentang teknik beladiri dan tafsir mimpi plus angka-angkanya.

Kegiatan bongkar-bongkar buku menjadi kegiatan rutin saat memasuki liburan sekolah, jika tidak ada teman untuk diajak bermain karena mereka pergi atau karena cuaca panas. Membuka-buka, membaca ulang hingga hafal isi ceritanya.

Dari sekian buku lama di rumah, ada buku atau majalah pengetahuan populer yang belum saya mengerti isinya. Buku itu biasanya nenjadi teman pengantar tidur, saat siang atau malam. Walau ibu sering marah mengetahui saya membaca sambil tiduran.

(foto:pixabay)
Kebiasaan itu terus berlanjut sampai saya duduk di kelas satu Sekolah Menengah Pertama. Saat itu saya baru memahami isi novel cerita anak dengan meminjam di perpustakaan sekolah.

Keberadaan buku-buku lama yang sudah lusuh sampulnya, secara tidak sengaja menjadikan saya gemar membaca buku. Saat memasuki usia remaja, saya kerap menyewa komik atau membeli majalah remaja.

Seturut perkembangan umur, kemampuan saya dalam memahami aneka macam buku semakin bertambah. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Umum, saya gemar berkunjung ke perpustakaan daerah. Disana saya seperti menemukan kepuasan tersendiri, hampir semua buku menggoda.

Setiap usai pelajaran sekolah khususnya Jumat dan Sabtu, berkunjung ke perpustakaan seperti kewajiban yang tidak dapat ditawar.  Apakah saya seorang kutu buku ? Entahlah.

Perpustakaan (foto: ko in) 

Literasi adalah......
Saat ini muncul istilah literasi yang artinya kegiatan bukan sekedar membaca teks dalam bentuk tulisan cetak atau digital. Literasi itu bagian dari aktivitas intelektual seseorang dalam rangka mengembangkan kemampuan akal budinya, supaya menjadi mahluk yang beradab dalam memaknai zaman dengan berbagai perubahannya.

Kemampuan seseorang dalam membaca tanda-tanda zaman tidak mungkin didapat dalam semalam, hanya membaca satu buku sampai selesai halamannya. Sebab kegiatan literasi itu tidak cukup dengan membaca.

Unesco mendefinisikan literasi sebagai kemampuan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung dengan menggunakan bahan tertulis cetak atau digital yang terkait dengan berbagai konteks.

(Foto:slideplay)
Kegiatan literasi melibatkan rangkaian pembelajaran, yang memungkinkan setiap orang atau individu mampu mencapai apa yang menjadi tujuan terkait dengan pengembangan pengetahuan serta potensi diri. Supaya dapat terlibat dan berpartisipasi dalam komunitas baru lingkungan dimana dirinya tinggal serta berada.

Kegemaran saya membaca berlanjut mendorong saya untuk mengeluarkan pergolakan pikiran serta perasaan dalam sebuah tulisan. Walau awalnya hanya dalam bentuk puisi-puisi cengeng atau galau.

Keberadaan buku-buku tua di rak waktu itu yang sering saya baca berkali-kali pada masa kecil. Menyadarkan saya untuk menyempurnakan, bagaimana cara menumbuhkan kegemaran membaca pada anak-anak saya. Mengingat hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga nasional atau internasional minat baca kita sangat rendah.

(foto:Tirto)
Tujuh tahun lalu, Unesco merilis data dari setiap 1.000 orang Indonesia hanya satu yang memiliki minat baca. Bahkan di tahun 2015 skor membaca pelajar Indonesia menurut data Program for Internasional Student Assessment berada di urutan 69 dari 76 negara, respondennya anak-anak sekolah usia 15 tahun.

Saya terbiasa meletakkan berbagai macam buku di atas meja kerja. Bahkan terkadang di tempat tidur sehingga siapa saja yang ada di rumah dapat melihat buku apa yang sedang saya baca. Baik sebagai pengantar tidur atau mengisi waktu luang di rumah. Tujuannya untuk memberi contoh pada anak-anak supaya gemar membaca.

Buku (foto:ko in)
Itu adalah salah satu cara bagaimana menumbuhkan #literasikeluarga. Sebab kegiatan literasi bukan hanya sekedar membaca tetapi juga kemampuan untuk mengembangkan potensi diri.

Peran di keluarga 
Beberapa hal yang saya lakukan di keluarga diantaranya:
  • Pertama, memberi contoh untuk gemar membaca. Selalu mengisi waktu luang dengan membaca, frekuensi membaca buku lebih banyak dibandingkan dengan waktu untuk menonton televisi atau sibuk melihat layar smartphone.
  • Kedua, sering mengajak anak berkunjung ke perpustakaan dengan cara menunjukkan koleksi perpustakaan dan menjadi anggota sehingga memudahkannya untuk meminjam buku yang disukai atau digemari.
  • Ketiga, sesekali mengajak anak untuk belanja buku di toko buku. Apalagi saat ada pesta diskon membiarkan anak untuk memilih buku-buku yang disukai.
  • Keempat, jika anak menunjukkan rasa malas membaca, saya terbiasa menawarkan diri pada anak-anak untuk dipinjamkan buku jenis apa di perpustakaan.
Dari kebiasaan memperhatikan kesenangan jenis buku yang kerap dilihat atau dipinjam anak, saya menjadi mengerti buku apa yang menjadi kesukaannya. Buku tentang hewan dan bintang kerap menjadi tujuan pertama yang dicari saat di perpustakaan atau toko buku.

Maka saat dia kebingungan dalam menentukan jurusan atau fakultas yang menjadi pilihan untuk melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Saya dengan mudah memberikan tiga tawaran kepadanya. Fakultas Peternakan, Kedokteran Hewan atau Kehutanan. Rupanya dia cenderung memilih pilihan terakhir setelah berdiskusi cukup lama.

Saat ini dia sedang menyelesaikan kuliahnya di fakultas kehutanan ditambah dengan kegemarannya dalam memelihara beberapa hewan reptil seperti ular dan iguana, tidak ketinggalan kura-kura.

Iguana (foto:ko in)
Ular hias peliharaan anak (foto: Ady)
Dengan hobinya itu dia aktif dalam berbagai komunitas penggemar reptil dan belajar menjadi intepreneuer dengan teman-temannya. Maka literasi bukan sekedar kemampuan membaca tetapi juga kemampuan untuk mewujudkan potensi diri.  Syukur kalau dia dapat mendokumentasikan kegiatan serta pengalamannya dalam bentuk tulisan atau gambar.

Komunitas penggemar reptil (foto:Ady)
Guna mengembangkan budaya literasi dalam keluarga yang dibutuhkan adalah contoh atau teladan bukan sekedar kata-kata. Maka tidak ada salahnya orang tua mulai mendokumentasikan pengalaman hidup anak-anaknya dan dirinya dalam bentuk teks atau gambar. Tulisan atau video sebagai sarana pembelajaran yang efisien bagi generasi selanjutnya.

Peran di masyarakat
Bagaimana peran saya sebagai dalam mengembangkan budaya literasi di masyarakat terdekat? Mari bersama mengawali dengan membangkitkan kesenangan membaca buku di lingkungan tempat tinggal. Membentuk perpustakaan di kampung atau desa dengan sasaran utama anak-anak. Menjadikan buku #sahabatkeluarga, langkahnya:
  • Pertama, menyediakan sarana serta prasarana seperti tempat dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Tidak harus baru tetapi yang masih dapat digunakan atau manfaatkan. Tempat dapat mengoptimalkan balai pertemuan RT atau pos ronda.
  • Kedua, penyediaan buku dapat bekerjasama dengan perpustakaan daerah, dimana kita dapat meminta sumbangan buku sesuai kebutuhan untuk mengisi koleksi  buku di balai RT atau pos ronda. Tidak sedikit perpustakaan yang dikelola pemerintah daerah menerima sumbangan buku bekas dari masyarakat dalam bentuk bank buku. Sehingga buku tersebut dapat disalurkan kembali ke masyarakat yang membutuhkan.
  • Ketiga, menyusun jadwal bersama agar anak-anak di kampung mempunyai waktu yang sama untuk mengunjungi perpustakaan desa atau kampung. Apakah anak-anak akan didampingi orang tuanya atau datang sendiri tergantung perkembangan kemandirian anak.
  • Keempat, di periode waktu tertentu membuat kegiatan untuk membuat replika benda atau mahluk hidup seperti yang sudah dilihat atau dibaca dari bahan-bahan yang ada di sekitar. Kegiatan ini dapat dikoordinasikan dengan kegiatan Paud setempat.
Kegiatan tersebut untuk menumbuhkan minat baca sekaligus belajar mengenali potensi anak-anak, sebagai aktualisasi kegiatan literasi yang dapat menjadi sarana mengenali potensi anak.

Kegiatan Paud (foto: ko in)
Harapannya masyarakat tidak merasa aneh atau asing jika melihat orang lain memiliki hobi atau aktivitas yang unik. Tidak mudah berprasangka buruk melihat sesuatu yang berbeda. Sebab tidak sedikit aktivitas yang tidak umum dapat mendatangkangkan keuntungan, termasuk keuntungan finansial.

Senin, 16 September 2019

Gisel, Mengapa Iri ?

(Foto:kompas)

Mengapa masih merasa iri Gisel, tidak ada yang nyinyir terkait kepergian mantan suamimu ke Bali. Jika dirimu mengaku sudah tidak terlalu memikirkan pendapat netizen atau warganet sebab hanya akan menggangu pikiran.
Pendapat seseorang atau yang terkait dengan seseorang tidak lepas dari apa yang pernah dilakukan. Sebab hal itu tidak terlepas dari perjalanan hidup atau sejarah hidup seseorang.
Setiap orang memiliki standar penilaian tentang yang ideal dan yang patut. Manakala gambaran yang ideal itu runtuh karena sosok ideal itu tidak dapat memenuhi apa yang menjadi harapan. Maka yang terjadi kekecewaan.
Demikian juga dengan pendapat publik atau masyarakat menyikapi figur artis, khususnya terhadap Gisel di media sosial. Pada mulanya, Gisel adalah harapan. Gisel adalah panutan. Gisel adalah nilai ideal yang ingin dicontoh. Gisel dengan kecantikan, kemampuan personal saat tampil di media, menjadi harapan dan representasi tentang yang baik bagi masyarakat.
(foto: liputan 6)
(foto: liputan 6)
Manakala publik, penonton, masyarakat tidak dapat mewujudkan hal ideal pada dirinya sendiri. Mereka memindahkan ke figur lain yang dirasa cocok, untuk mewakili harapan dan keinginan yang tidak tercapai.
Sadar atau tidak, publik  masih kecewa dengan runtuhnya rumah tangga Gisel Gading. Kemudian diutarakan dalam berbagai bentuk. Entah ungkapan halus sampai yang kasar. Bahkan dalam beberapa kasus lain ada yang tidak cukup dengan kata vulgar tetapi juga tindakan.
Ungkapan hati Gisella Anastasia yang bernada keirian terhadap mantan suaminya Gading nampak manakala menjawab sebuah pertanyaan dari wartawan. Namun jawabannya mengandung kegetiran terkait masalah rumah tangganya.
"Mas Gading lagi ke Bali, nih. 'Tuh, kalau bapaknya ke Bali, enggak ada yang nyinyir.' Kalau saya yang ke Bali, (saya) dibilang puber," kata Gisel (16/8/2019) ditemui dalam acara ulang tahun Rafathar di Jakarta, (kompas.com).
(foto:Jpnn)
(foto:Jpnn)
Perlakuan berbeda menurut anggapan  Gisel dari Netizen merupakan bagian dari kekecewaan publik. Mereka mencoba mencari tahu akar masalah. Manakala publik merasa menemukan salah satu pasangan sebagai sumber perpisahan dan perpecahan sebuah nilai. Maka publik tidak enggan mencibir, nyinyir, menyalahkan, melakukan bully yang tidak ada habisnya.  
Benar atau salah jawaban yang diperoleh, dapat dipercaya atau tidak kebenarannya. Kurang mendapat perhatikan. Sehingga terbentuk opini publik.

Walau kemudian Gisel mengaku tidak terlalu memikirkan pendapat Netizen atau opini publik.Namun dengan membandingkan reaksi warganet terhadap dirinya dengan mantan suaminya. Ini menunjukkan masih ada kepedulian, pikiran dan keinginan tahu Gisel akan reaksi publik terhadap dirinya.
(foto:WowKeren)
(foto:WowKeren)
Menjadi perhatian banyak orang, populer adalah salah satu keinginan sebagian orang. Khususnya para selebritis. Mengejar ketenaran, menjadi pusat perhatian merupakan kepuasan tersendiri yang memaknai perhatian adalah keberhasilan dari usaha mewujudkan eksistensi.
Pada dasarnya setiap orang membutuhkan perhatian. Dengan perhatian dirinya merasa diperlukan. Keberadaannya berarti. Entah melakukan perbuatan atau tidak.
Seseorang yang mendapat perhatian secara psikologis membuat dirinya merasa nyaman dan aman karena merasa tidak sendirian. Kemajuan teknologi komunikasi membantu seseorang menjadi lebih mudah memaknai diri ada artinya bagi orang lain. Khususnya yang menghubungi lewat smartphone atau gadget atau yang menanggapi dengan komentar di wall atau status di  media sosial. Walau itu nyinyir sekalipun.
(foto: WowKeren)
(foto: WowKeren)
Apakah keirian Gisel yang mendapat perhatian lebih, dari Netizen. Dibandingkan mantan suaminya. Tidak dimaknai positif masih  ada kepedulian dan perhatian dari publik?  Walau perhatian yang diperoleh lebih bermakna negatif karena Netizen banyak nyinyir pada dirinya. Dibandingkan perhatian publik pada mantan suaminya.
Kemampuan memaknai peristiwa secara menyeluruh memang tidak mudah. Membutuhkan kelapangan dan kedewasaan hati dalam menyikapi perbuatan atau tindakan. Baik aksi atau reaksi.
Tinggal bagaimana menempatkan dalam sudut pandang dimana dan yang mana. Rasa iri Gisel boleh jadi benar. Kenapa Netizen kerap nyinyir jika Gisel melakukan sesuatu. Atau barangkali kita, netizen yang gemar menghakimi lewat kata-kata nyinyir. Tanpa mencoba lebih tahu duduk perkaranya. Yang penting posting dulu karena kecewa, tidak memperoleh sesuatu seperti diharapkan terkait apa yang terjadi dengan publik figurnya.
(foto:Asni)
(foto:Asni)
Atau kita tidak menyadari bahwa kita yang sebenarnya iri pada Gisel ? Tentu bukan terkait dengan perjalanan rumah tangganya.

Tulisan ini iri klu gak ada di www.kompasiana.com/koin1903

Itsmy blog

 It's my mine