Sabtu, 24 Oktober 2020

Pada Mulanya Agustus

(Foto:ko in)

Mengawali di bulan Agustus untuk mengusahakan memberi catatan pada hari. Sebab waktu tidak dapat diulang, terimakasih untukmu yang menjaga separo hatiku dari dulu hingga saat ini. Yang telah engkau curi dimasa-masa itu.

But please, August don't hurt me again. Semua orang pernah terluka hatinya oleh orang yang mencintai dan dicintai. Jadi teringat lagu jadul yang berjudul Don't Tell Me Stories.

Di awal bulan Agustus bencana terjadi di Lebanon, bukan karena alam tetapi keteledoran manusia. Ledakan cukup keras terjadi, korban juga tidak sedikit.

(Bunga Waru, Foto,:Ko In)


Kembali ke negeri kita, Indonesia. Suasana peringatan Kemerdekaan mulai terasa sejak awal Agustus. Bendera Merah Putih mulai dipasang, atribut perjuangan, benda-benda jadul terkait dengan masa kemerdekaan mulai dikeluarkan.

Tak ketinggalan sepeda onta dan semua yang bernuansa merah serta putih. Teringat bagaimana perjuangan para pahlawan. Orang-orang yang berjuang demi kemerdekaan, rela mengorbankan segalanya. Termasuk nyawa.

Tidak sedikit tetenger atau monumen berdiri untuk mengingat jasa mereka. Jadi ingat pesan seseorang, lebih sulit mempertahankan. Walau untuk memperoleh juga bukan hal mudah, buktinya hampir di kota besar kita memiliki makam pahlawan. Baik yang dikenal atau yang tak dikenal.

(Monumen, Foto:Ko In)

Monuemt 17 Agustus momen yang sangat berarti bagi semua warga negara Indonesia. Apalagi jelang detik-detik proklamasi. Tahun ini , tahun yang penuh keprihatinan. Upacara bendera tidak dapat dilakukan seperti biasanya, semua gara-gara pandemi Covid-19 atau Corona.

Tidak ada juga pesta rakyat seperti malam tirakatan atau lomba 17an. Menghias gapura juga tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.

Depan Istana Kepresidenan Yogya (foto:Ko In)

Detik-detik Proklamasi (foto:ko in)

Agustus kenapa tidak baik sama aku lagi seperti waktu dulu. Saat tembang Hello, milik Lionel Richie populer dikumandangkan.

I've been alone with you inside my mind 
And in my dreams I've kissed your lips a thousand times
I sometimes see you pass outside my door 
Hello, is it me you're looking for?
I can see it in your eyes, I can see it in your smile
You're all I've ever wanted and my arms are open wide
'Cause you know just what to say, and you know just what to do
And I want to tell you so much, I love you
I long to see the sunlight in your hair
And tell you time and time again how much I care
Sometimes I feel my heart will overflow 
Hello, I've just got to let you know
'Cause I wonder where you are and I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely or is someone loving you? 
Tell me how to win your heart, for I haven't got a clue. but let me start by saying, I love you
Hello, is it me you're looking for?
'Cause I wonder where you are and I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely or is someone loving you?
Tell me how to win your heart, for I haven't got a clue
But let me start by saying, I love you

Hello (foto:ko in)



Selasa, 25 Agustus 2020

Malam Minggu Bersama "Carol" di Swiss-Bel Hotel Jogja

   

dok pribadi

  Sabtu petang, 26 Februari mendung menyelimuti sebagian besar langit Jogja yang penuh dengan awan berwarna abu-abu. Bergegas aku menuju Jalan Jend. Sudirman Jogja untuk memenuhi undangan makan malam Swiss-Belhotel bersama KJOGers, sebutan untuk Kompasianers Jogja.

            Senyum dan sapaan ramah bell boy menyambut kedatanganku untuk yang pertama kali di Swiss-Belhotel. Masuk ke lobby langsung disambut concierge perempuan yang langsung mengarahkanku untuk menuju Chadis Roof Top Bar yang berada di lantai sepuluh dengan menggunakan lift.

anti belok kanan ada lift,” jelasnya dengan penuh keramahan.

            Sampai di lantai sepuluh, di atap hotel beberapa wanita cantik dan pria berpenampilan rapi menyambut kedatanganku dengan senyuman serta sapaan yang ramah. Rupanya mereka adalah sebagian dari orang-orang yang mengelola hotel Swiss-Bel di Jogja.

            Bukan hanya mereka yang menyambutku tetapi juga hujan akhirnya ikut menyambut kedatanganku dengan tarian airnya yang jatuh di kolam renang, yang terletak di atap hotel. Membuat permukaan kolam renang nampak indah dengan gelombang-gelombang kecil apalagi ditambah warna air yang bisa berubah-ubah  karena permaianan cahaya lampu yang ada di dalam kolam. Ada warna biru, hijau dan merah.

dok pribadi

            Malam minggu terasa istimewa bertemu dengan empat belas KJOGers dan tentunya senyuman yang tak pernah lepas dari bibir karyawan Swiss-Belhotel. Hotel yang mulai beroperasi pada awal bulan Desember 2016.

            “Silahkan regristasi dahulu dan menikmati welcome drink,” sapa wanita cantik dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibir.

            Usai regristasi, mata ini bukannya tertuju pada minuman dan makanan kecil yang telah disiapkan pihak hotel tetapi mata malah membawa kaki untuk bekeliling melihat-lihat dan mengabadikan moment pergantian hari dari Chadis Roof Top Bar, tempat paling atas dari Swiss-Belhotel. Jadilah welcome drink untuk sementara dicuekin guna mengambil gambar lewat kamera pocket.

            Betul seperti yang diinfromasikan Swiss-Belhotel Jogjakarta, ini merupakan tempat yang luar biasa untuk menikmati matahari terbenam atau menikmati pemandangan kota Jogjakarta. Walau kami harus berebut dengan mendung untuk mengabadikan matahari yang akan tidur setelah seharian berusaha menyinari kota Jogja. Namun KJOGers nampaknya tidak mau kalah dengan hujan dan mendung untuk mengambil gambar indahnya matahari perlahan berangkat keperaduannya.

            Sepertinya tidak ada kata menyerah bagi kelima belas Kompasianers Jogja yang memiliki berbagai latar belakang pendidikan, usia serta topik kegemaran menulis. Mereka sibuk dengan kamera dan smartphonenya untuk mengabadikan segala sesuatu yang ada disekitar Chadis Rooftop and Pool Bar. Sampai-sampai beberapa kali tawaran welcome drink dibalas dengan anggukan kepala atau jawaban singkat,  “Oh, iya…”.

dok pribadi

            Setelah acara seremonial, berupa ucapan selamat datang, sambutan dan perkenalan dari pihak management Swiss-Belhotel, komplit dengan stafnya. KJOGers mendapat kesempatan  melakukan tour hotel yang dipandu oleh bagian sales marketing. Ada Leon, Dita, Novi dan Wella yang cantik-cantik.

            Malam itu KJOGers mendapat keesempatan untuk showing room dari tipe Deluxe room, Grand Deluxe room, Executive suite  dan Business suite milik Swiss-Bel Hotel Jogja. Jumlah total ada 121 kamar dimana gaya interior kamar diadaptasi dari gaya klasik kolonial. Tujuannya agar tamu mudah mengingat kesan dan kenyamanan saat menginap di Swiss-Belhotel Jogjakarta.

            Jujur, hotel ini terlihat kecil namun dari hal tersebut malah mendapat rasa kedekatan yang menumbuhkan kesan keakraban antara tamu yang satu dengan tamu yang lain dan tentunya dengan karyawan hotel juga.  Sapaan ramah antar sesama tamu saat bertemu di koridor hotel atau di dalam lift menjadikan hotel ini terasa nyaman untuk menjadi alternatif pilihan wisatawan saat menginap di Jogja.

            Nuansa kamar-kamar di Swiss-Belhotel Jogja didominasi warna lembut seperti warna krem, coklat dan abu-abu yang membuat orang betah untuk tinggal di dalam kamar apalagi dengan berbagai fasilitas yang telah disiapkan. Seperti televisi LCD dengan saluran internasional, akses internet dengan kabel atau Wi-Fi yang dapat di akses di area umum seperti di loby serta kotak penyimpanan pribadi yang ada di dalam setiap kamar. Semakin memberi rasa aman dan nyaman tamu meninggalkan barang berharganya saat berpergian menikmati berbagai obyek wisata di Jogja.

www.swiss-belhotel.com

            Di lantai enam ada ruangan yang dindingnya terbuat dari kaca. Ruangan Kahyangan Lounge demikian sebutannya, merupakan tempat yang kedap suara, terbebas dari gangguan dari luar karena tempat ini merupakan tempat yang pas untuk melakukan aktivitas pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan keseriusan.

            “ Sssst….., ruangan ini kedap suara lho.”

            Oleh karena itu anak-anak dilarang memasuki ruangan ini guna menjaga ketenangan yang ada dalam ruangan.

            Tamu dapat memanfaatkan ruangan ini untuk melakukan aktivitas pribadi yang membutuhkan konsentrasi dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti membuat tulisan, laporan atau membaca.

            Hotel ini memiliki beberapa ruang pertemuan yang mampu menampung 50 sampai 150 orang yang terletak di lantai dua, yang dapat dipergunakan untuk pertemuan bisnis atau kegiatan pesta perayaan pernikahan. Untuk menuju ruang pertemua tersedia tangga dan lift.

            Tidak terasa tour hotel berakhir di lantai satu namun bukan berarti kegiatan di Swiss-Belhotel Jogja selesai karena tiba saatnya KJOGers menikmati makan malam di Swiss Cafe  Restaurant, waiter dan waitress telah menunggu di pintu masuk café.

dok pribadi

            “Selamat malam, silahkan….,” sapa mereka ramah ditambah senyuman yang membuat malam minggu di Swiss-Bel Hotel terasa gimana….

            Lagi-lagi KJOGers berebut mengambil makanan. Eh, gambar di dalam restoran. Tidak hanya waiter dan waitress yang mempersilahkan kami untuk segera mengambil makanan tetapi juga sales marketing yang sejak petang menemani kami melakukan tour promotion hotel, untuk segera mencicipi aneka menu makan malam yang telah tersedia.

            “Silahkan sambil dicicip makanannya,” kata mereka berkali-kali.

dok pribadi

            KJOGers rupanya tidak ingin melewatkan aneka sajian makanan di atas meja dengan melakukan aksi mengambil gambar atau foto. Dan mengabadikan aksi para chef yang sedang memasak di dapur, yang dapat dilihat langsung dari meja makan di  Swiss Café Restaurant. Karena antara dapur dan ruang makan sebagian tembok pemisahnya diganti  dengan kaca sehingga makana yang kita pesan cara memasaknya dapat dilihat secara langsung.

dok pribadi

            Restoran  letaknnya bersebelahan dengan lobby hotel menjadikan dinner  terasa istimewa, sambil menikmati makan mendapat hiburan pertunjukan tari yang diambil dari penggalan kisah Ramayana. Walau durasi tarian hanya sekitar sepuluh menit, suasana ke khasan Jogja menjadi sangat terasa di dalam Swiss-Belhotel.

foto: Ardian Kusuma

            Belum usai menikmati makan malam, dari lobby sudah terdengar alunan musik kroncong yang membuat suasana malam minggu begitu hangat bersama Kompasianers Jogja ditambah sales marketing Swiss-Belhotel Jogja yang cantik-cantik.

            Lagu kroncong mengalun lembut dari bibir mbak yang berbaju kuning sementara pemain musiknya memakai baju tradisional khas Jogja lengkap dengan blangkonnya. Dan Malam di Swiss-Belhotel semakin berkesan, membuat betah  tetap duduk di restoran atau lobby hotel untuk menikmati lagu-lagu barat tahun 1960an yang dinyanyikan dengan irama kroncong.

            Sebagaimana seorang bapak yang terlihat betah duduk sendiri di kursi lobby menyaksikan dan menikmati aksi pemusik yang membawakan lagu-lagu kroncong. Sesekali terlihat kakinya bergerak mengikuti lagu  “Carol” yang dipopularkan oleh Neil Sedaka.

            ………Oh! Carol, I am but a fool

                        Darling I love, now you though you treat me cruel

                        You hurt me and you made me cry

                        But if you leave me, I will surely die

                        Darling, there will never be another

                        Cause I love you so,

                        don’t ever leave me,

                        Say you’ll never go

                        I will always want you for my sweetheart

                        No matter what you do

                        Oh! Carol, I am so in love with you………

dok pribadi

            Tidak terasa malam semakin larut dan rasanya berat untuk meninggalkan Swiss-Bel Hotel dengan keramahan dan keakrabannya. Andai aku menginap di Swiss-Bel Hotel, keramahan dan keakraban tentu akan membawa tidurku pada mimpi yang indah.  


Senin, 22 Juni 2020

Belajar Pahami Hutan Lewat Pohon

(Foto: koleksi pribadi)

Sebagian orang begitu meremehkan perubahan iklim yang terjadi sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Padahal dengan perubahan itu, alam berusaha untuk berkata-kata kepada manusia. Alam ingin pesannya tidak hanya didengar tetapi juga ditanggapi lewat tindakan atau perbuatan.

Sulitkah merasakan perubahan iklim yang terjadi disekitar kita? Perubahan musim yang terjadi sepanjang tahun antara panas dan dingin. Barangkali mengurangi kepekaan kita akan perubahan terkait dengan iklim secara lokal, regional atau global.

Akibatnya tidak sedikit diantara kita yang harus melihat sebuah area luasnya sekitar 2,5 km persegi dengan sejumlah pepohonan besar, tinggi dan lebat. Bernama hutan, hilang diganti dengan pemukiman, gedung tinggi berupa apartemen atau perkantoran. 

Dengan demikian tidak perlu waktu lama merasakan perubahan iklim. Mulanya sejuk terlihat asri menjadi terasa panas dan nampak gersang. Sebaiknya jangan berharap sampai melihat hal itu terjadi. Jika tidak ingin menyesali diri, yang tidak mampu melakukan sesuatu untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan beserta segala isinya.

Tidak jarang kesadaran akan pentingnya mempertahankan dan menjaga hutan terlambat. Hutan secara perlahan berubah menjadi kawasan pemukiman. Diisi gedung tinggi bertingkat untuk perkantoran, mall atau apartemen, serta kegiatan ekonomi lainnya. 

Matahari menjadi lebih leluasa mengirim sinarnya sehingga dengan mudah menaikkan suhu tanah. Atap dan tembok gedung, mudah memantulkan sinarnya kesana kemari. Sehingga menjadikan iklim atau suhu sekitar kawasan tersebut menjadi lebih panas.

Mengapa kita tidak belajar peduli dengan perubahan iklim lewat sesuatu yang sederhana. Dimulai dari dekat rumah dengan merasakan perbedaan suhu atau suasana sekitar rumah. Antara ada pohon dan tidak ada pohon di sekitar rumah.

(Foto: koleksi pribadi)

Sebagian besar orang pernah mendapat pengalaman sejuknya udara dan merasakan semilirnya angin yang berhembus. Saat berada di dekat sebuah pohon. Satu pohon mampu menyadarkan sebagian orang untuk peduli dengan lingkungan karena mengerti dan sadar. Kehadiran satu pohon di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, sangat bermanfaat. Apalagi jika sampai belasan atau puluhan jumlahnya dalam satu area.

Saat orang mulai jarang bertemu dengan pohon. Saat merasa kegerahan dan kepanasan. Orang biasanya baru menyadari perlunya kehadiran pohon. Atau sebaliknya, dimana kebutuhan akan hal yang natural seperti kesejukan. Dapat diganti dengan alat modern seperti pendingin ruangan. Lewat gambar-gambar pohon, pemandangan dengan lingkungan yang asri, dipasang di dnding atau tembok rumah, tempat kerja, hotel atau ruang pertemuan. Termasuk di layar laptop serta telpon pintar. 

Orang merindukan kehadiran hutan kemudian berhalusinasi akan keberadaan hutan lewat gambar-gambar. Dampak deforestasi, menjangkiti sebagian orang sebagai sebuah penyakit sosial. 

Deforestasi adalah istilah untuk menyebut sebuah aktivitas atau kegiatan di kawasan atau lingkungan hutan dengan melakukan penebangan secara besar-besaran. Sehingga ada yang menyebut deforestasi ini merupakan penggundulan hutan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan deforestasi sebagai penebangan hutan di areal hutan dimana pohon-pohonnya ditebang habis, kemudian lahannya digunakan atau diubah fungsinya. Seperti untuk pertanian, peternakan, pemukiman.

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.30/ Menhut II/ 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan, tegas menyebutkan yang dimaksud deforestasi adalah perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.

(Foto: koleksi pribadi)

Penyakit Generasi Instan, Berhalusinasi tentang Hutan
Dapat dibayangkan bagaimana dampak hilangnya sejumlah pohon atau tanaman di sebuah kawasan yang jumlahnya tidak sedikit. Sementara itu, saat pohon jambu di halaman rumah kita. Pohon mangga atau pohon rambutan yang terletak di depan rumah ditebang, memberikan efek perubahan suhu disekitar rumah. Kita menjadi sering mengeluh kepanasan. 

Berhalusinasi akan keberadaan hutan di tengah-tengah lingkungannya namun tidak melakukan aksi atau tindakan apapun demi menjaga, merawat atau menghadirkan hutan secara nyata. Baik di dekat atau jauh dari kota tempat tinggalnya. Kebijakan menghadirkan hutan kota pun nampak ogah-ogahan.

Deforestasi tidak hanya mempengaruhi perubahan iklim tetapi juga perubahan sosial ekologis dan sosio kultural yang menimbulkan berbagai gesekan kepentingan antar mahluk hidup. Demikian pula dengan tanah atau bumi akan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di atasnya. Baik atau buruk dampaknya ? Bumi yang akan menjawabnya. 

Manakala tinggal di atas bumi menjadi kurang nyaman karena terlalu panas atau terlalu dingin. Bumi sejatinya sedang menjawab segala perilaku manusia terkait kepeduliannya dengan masalah lingkungan hidup. Bumi memberi imbal balik sesuai apa yang kita perbuat.

Bumi akan memberi hal yang baik manakala kita menanam dan merawat satu pohon di dekat rumah, tempat kerja atau kantor. Terlibat dalam proses pertumbuhan sebuah pohon, sekaligus terlibat nyata dalam melestarikan lingkungan hidup.

Tapi rasanya itu hanya mimpi ditengah gelombang budaya instant yang sudah merasuk diberbagai kehidupan masyarakat. Sebuah mimpi yang dulu pernah kami lakukan dalam komunitas peduli lingkungan bernama Seribu Daun.

Mimpi menanam dan membagikan bibit pohon mahoni agar ditanam di sisi kanan kiri jalan. Apakah jalan perkampungan, jalan di desa atau jalan raya yang ramai oleh lalu lalang kendaraan. 

(Foto: koleksi pribadi)

Inspirasinya saat melewati kawasan Kotabaru Yogyakarta yang terkesan adem banyak pohon tanjung, beringin dan mahoni. Kerap terdengar kicauan burung kutilang di antara pepohonan yang tumbuh di sekitar jalan utama di salah satu kawasan yang cukup padat di Yogya. Tidak jarang melihat burung perkutut atau derkuku bebas turun ke jalan beraspal atau halaman kantor yang berumput, seperti mencari sesuatu. 

Hal itu menginspirasi kami untuk mengumpulkan dan memanfaatkan biji pohon mahoni, untuk dijadikan bibit. Hasilnya bibit mahoni siap tanam. Tapi mengajak orang peduli lingkungan dengan menanam pohon mahoni  bukan perkara mudah. Pada akhirnya bibit tersebut kam bagikan ke mahasiswa yang sedang melakukan kuliah kerja nyata atau KKN di sebuah daerah masih di wilayah Yogyakarta.

Ingin rasanya mengumpulkan biji-biji mahoni  kembali, dengan harapan setelah jadi bibit dapat dibagikan ke sekolah, kantor atau tempat publik lainnya. Tapi apakah sekolah-sekolah masih memiliki lahan guna memberi kesempatan pohon tumbuh ? Memberi kesempatan siswa untuk menikmati dan memahami arti kata teduh dan sejuk dari pohon. Bukan dari alat pendingin ruangan atau AC. Supaya mereka lebih paham akan hutan.

Paham bahwa udara bersih itu salah satunya dari pohon dan teman-temannya yang bergerombol di suatu area atau kawasan yang dinamakan hutan. Alangkah akan lebih mudah orang memahami pentingnya hutan dan udara bersih jika di tiap kota memiliki hutan kota.

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini

Minggu, 12 Januari 2020

Lewat Kak Mici, Pesan Disampaikan

(foto:healthline)
Berkontribusi tidak cukup hanya aktif dan berperan dalam memberikan gagasan atau pemikiran untuk sebuah kemajuan, tetapi terlibat dalam perubahan secara nyata. Lewat sumbangsih kegiatan, dalam bentuk bantuan sarana prasarana ataupun finansial.

Berkontribusi dalam pembangunan tidak harus selalu diukur dengan sesuatu yang dapat ditangkap oleh mata, dirasakan hasilnya seketika. Seperti keberadaan sarana prasarana transpotasi, kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Itu tidak salah, tetapi jangan sekali-kali memandang remeh kontribusi  dalam meningkatkan sumberdaya manusia. Walau tidak dapat dirasakan langsung, sebab membutuhkan waktu serta proses untuk menikmati hasilnya.

Pendidikan sumberdaya manusia bertujuan menyiapkan masa depan yang lebih baik. Dunia ini dibangun oleh orang--orang yang memiliki mimpi dan kemampuan berpikir secara visioner. Mengatasi kekinian, menggunakan nalar secara komperhensif dalam menghadapi serta menyelesaikan persoalan.

Pemikirannya tidak terpaku pada masa sekarang dan berdimensi tunggal tetapi menyeluruh. Semua aspek yang mempengaruhi dan terpengaruh oleh keputusannya, dipertimbangkan secara masak dan matang.

(foto:the Jakarta post)
Bumi harus dijaga
PT. Freeport Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan dengan cara mengekplorasi bumi. Memahami bumi harus dijaga. Kekayaan bumi sejatinya bukan sesuatu yang gratis, tinggal ambil, eksplorasi begitu saja.

Ada saatnya diberi ada masanya memberi. Alam membiarkan dirinya untuk dimanfaatkan manusia. Tetapi pada masanya alam menuntut pertanggungjawaban.

Untuk itulah Freeport Indonesia menyiapkan sumberdaya manusia masa depan yang menghargai alam, lingkungan dan sesamanya lewat pendidikan. Sebagai salah satu bentuk kontribusi nyata bagi Papua dan sumbangsih bagi negeri Indonesia.

Memilih bukan perkara mudah, sebagaimana menentukan pilihan memberi kesempatan kepada beberapa warga asli Papua untuk mengenyam pendidikan di luar negeri guna meningkatkan kualitas diri. Agar kontribusi PT. Freeport Indonesia memiliki efek domino bagi kemajuan Papua.

Salah satu pilihan jatuh pada Mici Eka Wontini Maniagasi guru bahasa Inggris di Jayapura. Berkesempatan menimba ilmu di Northern Virginia Community College, Virginia untuk mempelajari seluk beluk tentang pendidikan anak usia dini atau PAUD.
(Foto;PT.Freeport)
Menentukan apa dan siapa yang dipilih untuk ikut terlibat langsung dan nyata bagi kemajuan Papua, sesuatu yang tidak gampang. Kebermanfaatan kontribusi dari PT. Freeport Indonesia benar-benar dipikirkan supaya memiliki efek jangka panjang bagi Papua dan warganya.

Pendidikan dini sejatinya merupakan dasar atau landasan bagi pendidikan selanjutnya. Termasuk bagaimana anak sejak awal dibiasakan untuk menghormati dan menghargai orang lain sebagai sesama manusia yang memiliki harkat dan martabat yang sama.

Peraturan Pemerintah no 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 61 dan 62. PAUD berfungsi mengembangkan potensi anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan sesuai dengan tahap perkembangannya. Agar siap memasuki pendidikan selanjutnya.

Tujuan PAUD membentuk peserta didik  menjadi manusia yang berkepribadian luhur, berakhlak mulia. Tidak hanya cakap tetapi juga kritis, kreatif dan inovatif. Lewat pendidikan dini mereka dipersiapkan agar menjadi pribadi-pribadi yang percaya diri, sehingga kedepannya menjadi warga negara yang demokratis, bertanggungjawab dan mandiri.

Upaya mengembangkan potensi kecerdasan anak-anak sejak lahir sampai enam tahun, lebih mengutamakan terciptanya lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

Artinya, yang menggembirakan akan membawa kesan mendalam sehingga pesan-pesan yang diterima akan lebih mudah diingat dan lama tinggal dalam pikiran atau ingatan anak.

(foto:aminef.or.id) 
Mengirimkan Mici Eka Wontini Maniagasi untuk memperdalam ilmu tentang pendidikan anak usia dini atau PAUD, seperti menyiapkan kemandirian masyarakat Papua agar menjadi warga negara yang kritis, kreatif, demokratis dan bertanggung jawab dalam 15 sampai 20 tahun ke depan.

Kontribusi PT. Freeport Indonesia terkait masalah pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, salah satunya lewat Mici Eka Wontini. Merupakan bukti bahwa berkontribusi itu tidak hanya sebatas pada ide atau gagasan. Tetapi juga terlibat dalam mewujudkan gagasan-gagasan baik tersebut.

Mimpi Kak Mici
Freeport Indonesia menjadikan Mici seperti garam atau ragi bagi warga Papua, khususnya di sekitar Jayapura. Namun bukan berarti hasil pendidikan yang didapat Mici, hanya untuk warga sekitar Jayapura. Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh Mici disebarkan ke daerah-daerah lain lewat pendidik atau pengajar lain, yang memperoleh transfer ilmu dari Mici. Dengan demikian kebermanfaatan ilmu pengetahuan yang dipelajari Mici dapat dirasakan bagi banyak orang.

Sebagaimana diungkapkan, nanti dirinya ingin membuka workshop kecil untuk ibu-ibu muda tentang cara mengurus anak dan memberikan pengetahuan mengapa pendidikan itu penting dan harus dimulai sejak usia dini.

Apa yang ingin dilakukan Mici memang nampak sederhana. Namun dari hal sederhana itu, letak dasar pondasi pembangunan untuk Papua. Dimana keberhasilan pembangunan diawali dari keluarga.

Kontribusi Freeport untuk masyarakat  terbilang banyak jumlahnya. Di sektor pendidikan selain mengirim pemuda Papua untuk belajar berbagai macam ilmu ke luar negeri dan beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.  Freeport Indonesi juga memberikan aneka macam pelatihan agar warga Papua lebih berdaya secara ekonomi dan terlibat langsung dalam pelestarian alam.

Belajar ilmu, pengetahuan dan aneka budaya (foto:ko in)
Ribuan pemuda mendapatkan pengetahuan terkait kesadaran lingkungan sehingga diharapkan mereka menjadi duta-duta lingkungan. PT. Freeport Indonesia menjalin kerjasama dengan berbagai instusi untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan berbagai kegiatan. Seperti penerbitan buku tentang lingkungan dan keanekaragaman hayati serta melepaskan satwa ke habitat alaminya.

Untuk memberdayakan warga, Freeport Indonesia memberi perhatian kepada nelayan di berbagai desa di Papua dengan melakukan pelatihan, memberi bantuan bibit, pendampingan cara bercocok tanam. Termasuk bantuan ketrampilan mengelola peternakan ayam agar dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan terbuka kemungkinan serta kesempatan meningkatkan perekonomian keluarga warga Papua.

Kontribusi Freeport tidak kecil dan  skalanya tidak lokal. Tidak cukup menceritakan sumbangan Freeport untuk warga Papua dalam waktu semalam atau dalam satu tulisan. Belum perannya dalam pembangunan sejumlah infrastruktur, sarana prasarana kesehatan seperti rumah sakit lengkap dengan peralatan medis dan ambulans.

(foto:PT.Freeport Indonesia)
Sarana prasarana pendidikan, seperti pendirian Institut Pertambangan Nemangkawi dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga profesional di pertambangan yang dikelola Freeport Indonesia. Namun semua itu tidak akan ada artinya jika tidak terbentuk sumberdaya manusia yang cakap, kreatif, inovatif dan rendah hati.

(foto:richarderari.wordpress.com)

Sikap rendah hati dapat tertanam dan akan menjadi karakter kepribadian seseorang sepanjang hidupnya jika diajarkan sejak masih anak-anak. Masih di usia dini sampai usia enam tahun. Pesan orang bijak yang pernah disampaikan ratusan tahun lalu mengatakan, "Makin besar engkau, makin patut engkau rendahkan dirimu."

Mici Eka Wontini Maniagasi sebelum berangkat memperdalam ilmu PAUD, memiliki mimpi yang sederhana. Jika sudah menyelesaikan studinya, Mici ingin membuka workshop kecil untuk ibu-ibu muda tentang cara mengurus anak dan memberikan pengetahuan serta penjelasan tentang pendidikan anak sejak usia dini itu sangat penting.

Penting juga mengajarkan sikap rendah hati. Iya khan, kak Mici ?
















Senin, 30 Desember 2019

Enam Langkah Strategis Mewujudkan Sumberdaya Manusia Unggul dan Produktif

(Foto:stoinvestor news.com)
Hidup ini dinamis, selalu ada yang baru sehingga menuntut manusia untuk mampu mengatasi setiap masalah dan tantangan zaman yang tidak kenal kata berhenti. Orang dituntut memiliki kemampuan pikir analistis, kritis, kreatif dan solutif.

Menjadi manusia unggul atau sumberdaya manusia yang unggul itu jauh dari kata eksploitatif, lebih menekankan pada tindakan yang sifatnya keberlanjutan untuk menjaga keseimbangan. Blog competition yang diselenggarakan Kamar Dagang Indonesia atau Kadin dengan hadiah  kendaraan yang menggunakan energi listrik sebagai penggeraknya. Menggelitik pikiran saya.

Apakah ini salah satu cara Kadin mengajak masyarakat untuk berpikir visioner ?

Nampaknya Kadin secara halus mengajak sumberdaya manusia siap menghadapi perubahan zaman. Dimana orang mesti peka jka industri otomotif yang akan  bergeser dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan dengan energi listrik sebagai motor penggeraknya.

Kadin ingin membangun budaya dan etos sumberdaya manusia Indonesia yang mampu berpikir secara menyeluruh atau komprehensif. Setiap keputusannya memperhatikan kepentingan serta aspek dari hulu sampai hilir,  mengingat dan memperhatikan luasnya cakupan wilayah Indonesia, keragaman budaya dan kompleksitas akibat dari sebuah perubahan yang terjadi.

(Foto: Kadin Indonesia)
Menjadi manusia unggul itu artinya memiliki sikap serta cara berpikir yang antisipatif. Bukan reaktif, tidak membiarkan diri menjadi generasi kagetan, gumunan atau mudah tercengang dan terkesima dengan segala sesuatu yang baru. Generasi unggul atau sumberdaya manusia unggul tidak hanya memikirkan masalah kekinian.

Tidak heran jika peringkat sumberdaya manusia Indonesia jauh tertinggal dibandingkan tetangga kanan kirinya karena cara berpikir yang pragmatis sehingga menghasilkan budaya konsumtif bukan produktif.

Keanekaragaman kultur dan luasnya wilayah serta masalah sosial lainnya, jangan dijadikan alasan sulitnya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Menjadi produktif dan manusia unggul itu pilihan.

Sebagaimana kata sosiolog kelahiran Jerman Maximilian Weber atau lebih dikenal Max Weber menyebutkan bahwa setiap orang menyadari adanya ideologi dominasi. Bahwa keberhasilan seseorang dalam hidup dikarenakan oleh upaya mereka sendiri.

(Foto:katadata.co.id)
Untuk menjadi sumberdaya manusia unggul, terbentuk individu-individu yang produktif, tangguh serta ulet dan tahan banting dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Pendidikan atau pelatihan merupakan salah satu cara dalam upaya meningkatkan kualitas diri atau sumberdayanya.

Menekankan pengalaman sebagai cara lain agar seseorang terlatih dan terdidik. Dirasa kurang efisien dan tidak efektif karena membutuhkan waktu yang lebih lama dan tenaga serta biaya yang tidak sedikit. Trial and eror tidak salah namun kurang bisa mengimbangi cepatnya perubahan yang terjadi.

Strategi unggul dan produktif
Oleh karena itu dalam upaya mendorong Indonesia produktif dengan sumberdaya manusianya yang unggul perlu memperhatikan strategi sebagai berikut:

Pertama, menentukan target, tujuan atau goal dari sebuah rencana.Dari tema besar tentang sumberdaya manusia unggul dan produktif. Sebagai contoh, terkait dengan kendaraan berenergi listrik.

Target sasaran atau goal apa yang ingin dicapai dengan  sumberdaya manusia unggul dan produktif. Terkait dengan tema ini contohnya adalah menargetkan dalam kurun waktu 5 tahun kedepan, jalan-jalan raya di Indonesia sudah bebas dari kendaraan berbahan bakar fosil. Diganti dengan kendaraan berenergi listrik.

Dari target tersebut akan muncul beberapa masalah yang harus dinventarisasikan. Masalah mana yang perlu mendapat prioritas utama dan yang dapat dikerjakan sejalan dengan proyek atau target 5 tahun kedepan terkait pergantian energi fosil ke listrik untuk kendaraan.

(Foto:antaranews.com)
Kedua, pelatihan atau pendidikan menjadi sangat penting bukan hanya bagi pelaksana administratif dan lapangan. Tetapi termasuk bagi kaum cendikiawan untuk terus menerus melakukan kajian, penelitian dan diskusi guna mengantisipasi dan menyiapkan perubahan terkait penggunaan energi listrik untuk kendaraan.

Bagaimana kesiapan penyediaan sumber daya listrik dari tingkat hulu sampai hilir dari sisi teknis, sistem distribusi, penjualan, pembelian sampai penggunaan atau pemakaian. Termasuk bagaimana industri otomotif menyiapkan teknisinya untuk siap menerima pekerjaan perubahan atau penambahan beberapa komponen untuk kendaraan yang sudah ada. Sekaligus menciptakan jenis kendaraan baru berenergi listrik.

Termasuk bagaimana memberikan pemahaman kepada konsumen atau masyarakat terkait perubahan yang terjadi pada kendaraan yang dimiliki. Sebab perubahan tersebut secara langsung dan tidak langsung akan memberikan dampak pada peribahan perilaku manusia atau penggunaannya.

(Foto:mpssoft.co.id)
Pendidikan atau pelatihan penting bagi siapa saja termasuk bagi karyawan dari produsen bahan bakar minyak. Bahwa dengan hadirnya energi listrik akan berdampak pada penggunaan bensin seperti premium, solar, pertalite dan yang lainnya yang akan mengurangi keuntungan tempat mereka bekerja. Dan akan berpengaruh dengan kelangsungan usaha, disini letak arti pentingnya pendidikan bagi peningkatan sumberdaya manusia.

Demikian pula dengan mereka yang terkait langsung dengan perubahan ini. Ahli kelistrikan dituntut untuk meningkatkan ketrampilan dan kreativitasnya dalam memanfaatkan listrik sebagai energi yang hemat, ramah lingkungan. Serta dituntut mampu menciptakan produk baru yang dibutuhkan oleh banyak orang.

Untuk menjadi sumberdaya manusia produktif dan unggul, Indonesia perlu memiliki orang-orang yang kritis mencermati perubahan. Inilah strategi ketiga menjadikan sumberdaya manusia Indonesia mampu berpikir dan bersikap kritis terhadap setiap fenomena dan perubahan. Tujuannya agar dapat mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Baik berjalan secara lambat atau cepat.

Tidak cukup lewat pendidikan atau pelatihan tetapi juga kepedulian dalam berbagai sektor kehidupan. Supaya antar sesama anak bangsa saling bahu membahu atau tolong menolong untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

(Foto:hotroontap.com)
(Foto:freepik.com)

Hadiah kendaraan listrik seperti sepeda atau sepeda motor dalam lomba blog competition Kadin Indonesia, mestinya mampu menjadi pemicu salah satu kesadaran dan pikiran kritis bagi siapa saja. Bahwa era energi listrik mulai dan sedang berlangsung.

Perubahan ini cepat atau lambat akan terjadi. Sumberdaya manusia yang unggul akan melihat hal ini sebagai peluang yang menantang, guna menjadikannya produktif sesuai kemampuan yang dikuasai.

Sikap kritis dalam cara berpikir dan cara pandang akan memunculkan budaya antisipatif, bukan reaktif, yang dibutuhkan dalam menghadapi perubahan zaman. Baik bersifat lokal atau mengglobal. Kemampuan berpikir dan bersikap antisipatif ini dapat ditumbuhkan atau dilatih lewat berbagai macam pelatihan, pendidikan, mengedepankan berbagai pengalaman dan tidak lupa dengan biasa membaca buku.

Kemampuan antisipasi ini akan memunculkan orang-orang kreatif. Orang atau sumberdaya manusia yang tidak gampang menyerah. Selalu berusaha mencari cara atau jalan keluar dalam menghadapi sebuah masalah atau persoalan.

Strategi memperoleh sumberdaya manusia unggul yang produktif adalah dengan mendorong kemunculan perilaku kreatif. Bukan sekedar berani beda. Tetapi kreatif yang konstruktif, inovatif akan segala perubahan.
(Foto: finansialku.com)
Produk-produk orang kreatif mengandung sesuatu yang visioner. Bukan hanya sekedar menghasilkan produk atau barang yang habis pakai. Selesai dikonsumsi, dibuang dan menjadi sampah. Tetapi harus selalu memiliki nilai guna secara berkelanjutan, yang memiliki multiple efect. Efek berantai bagi kesejahteraan manusia secara menyeluruh. Inilah strategi keempat membangun sumberdaya manusia Indonesia yang unggul, lewat hasil produk-produk yang memilik efek berantai.

Tidak ada salahnya strategi keempat ini menjadi target bayangan agar negeri ini benar-benar menjadi negeri yang hijau dan jauh dari limbah berbahaya. Unggul itu menjadi yang pertama tanpa merasa utama atau minta diutamakan karena dalam diri manusia unggul itu ada kesadaran bahwa dalam keunggulanya terkandung  arti kerja keras dan cerdas dalam menyikapi segala sesuatu.

Orang yang unggul itu selalu berpikir visioner, jauh kedepan melampaui masanya. Sumberdaya manusia unggul yang produktif  mesti dimaknai tidak sebatas pada produk fisik saja. Tetapi juga produk-produk jasa dan layanan lainnya.

(Foto:antaranews.com)
Unggul itu tidak perlu ditunjukkan dengan sikap pamer kekuatan atau kelebihan tetapi harus ditunjukkan lewat kerja atau karya. Berperilaku santun, menghargai orang lain, rendah hati, murah senyum dan suka menolong adalah perilaku unggul yang pernah diajarkan oleh generasi masa lalu.

Keunggulan bukan untuk mendapat pujian dengan cara memamerkan kemampuan diri lewat media sosial, media televisi dan media publikasi lain lewat adu argumen, pandangan politik, gagasan yang mengundang decak kagum tetapi nir aksi. Jauh dari sikap saling menghargai dan menghormati. Tidak ada tindakan nyata yang menghasilkan kemanfaatan dan kemaslahatan bagi orang banyak.

Strategi kelima, jangan lupa untuk memasarkan atau mengabarkan produk. Menjadi sumberdaya manusia unggul tidaknya hanya aktif berproduksi tetapi dituntut pula untuk mampu mengabarkan kepada banyak orang lewat strategi pemasaran atau komunikasi massa yang efisien dan tepat sasaran. Tujuannya agar produk tersebut menjadi budaya baru, sehingga menjadi bagian hidup setiap orang.

(Foto: kajian pustaka.com)
Orang yang unggul dan produktif memiliki banyak ide atau gagasan kreatif dalam mengenalkan produk yang dihasilkan. Cara-cara promosi yang konvensional sampai modern, terbuka digunakan bahkan tidak menutup kemungkinan memiliki cara yang lebih efektif dalam mengabarkan setiap produk.

Listrik tidak hanya lampu, listrik tidak hanya untuk rumah, untuk peralatan rumah tangga dan kendaraan. Listrik juga untuk kesehatan ? Sebuah pertanyaan sekaligus tantangan yang perlu jawaban segera.

Enam, menyadari bahwa hidup ini tidak hanya dinamis tetapi juga siklis atau berputar. Semua ada masanya dan ada waktunya. Temuan atau setiap produk yang dihasilkan akan selalu mendapatkan reaksi. Ciri manusia unggul tidak panik dan reaktif dengan munculnya perlawanan atau persaingan. Tetapi malah menjadikan sebagai pendorong untuk memikirkan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Menjadikannya lebih produktif.

(Foto: danareksaonline.com)
Setiap produk memiliki masanya sendiri-sendiri. Hanya sedikit yang dapat dikatakan abadi. Lampu pijar yang bertahan beberapa abad akhirnya tergantikan dengan lampu LED.

Demikian pula  produk dari sumberdaya unggul. Namun orang yang produktif dan unggul tidak pernah dan tidak ingin  menyerah oleh waktu dan masa. Oleh karena itu mereka selalu berpikir visioner jauh ke depan, mengatasi masanya. Sebab hidup ini dinamis.

Sedinamis pikiran dan gagasan manusia yang unggul, untuk mewujudkan gagasan  atau keinginan. Mesti memiliki langkah-langkah strategis,
  • Pertama, menentukan target.
  • Kedua, pelatihan atau pendidikan.
  • Ketiga, menjadikan sumberdaya manusia Indonesia mampu berpikir dan bersikap kritis terhadap setiap fenomena dan perubahan. 
  • Keempat membangun sumberdaya manusia Indonesia yang unggul, lewat hasil produk-produk yang memilik efek berantai.
  • Kelima, memasarkan atau mengabarkan produk. 
  • Enam, menyadari bahwa hidup ini tidak hanya dinamis tetapi juga siklis.
Sebagaimana seorang bijak pernah berpesan. Jika seseorang ingin membangun sebuah menara, tentu akan duduk menghitung dahulu biayanya. Supaya mengetahui berapa lama waktu dibutuhkan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan menara itu.

Senin, 23 Desember 2019

Jalan Brambang Goreng

Jalan sempit (foto:ko in)
Menuju rumahnya melewati jalan kampung yang tidak lebar dan ada bagian yang lebih sempit. Sesekali berpapasan dengan warg. Di jalan yang berbelok mesti lebih awas supaya tidak terkejut saat berpapasan. Ada kalanya mendengar langkah-langkah kaki atau sayup-sayup terdengar suara orang berbicara.

Manakala berpapasan, entah sudah kenal atau belum ada kebiasaan saling menghormati dan menyapa. Cukup dengan anggukan atau sapaan. "Monggo....."  Atau ucapan "Nderek langkung..." yang artinya numpang lewat atau cukup dengan mengatakan "Permisi..." saat ada dua orang atau lebih sedang berdiri atau duduk di dekat jalan yang akan kita lewati.

Jalan menuju rumah pengrajin brambang goreng Bertha Rinawati tidak terlalu jauh dari jalan utama di kampung Prawirodirjan, Gondomanan, Yogakarta dan mesti di tempuh dengan jalan kaki. Mobil tidak dapat masuk. Menuju rumahnya jika membawa sepeda motor, mesinnya mesti dimatikan .

Satu lagi, jika belum pernah ke sana mesti mengantongi catatan alamat yang lengkap dan jangan malu bertanya, supaya cepat menemuka rumahnya. Siang itu saya berkesempatan ngobrol ringan dengan Rina, pemilik brand brambang goreng "BuRina" di rumahnya.
Motor dimatikan (foto:ko in)
Brambang goreng BuRina (foto:ko in)
Tulisannya memang disambung untuk membedakan dengan brand lain. Dengan roman muka yang menggambarkan kegiranga dia mulai berbagi cerita dalam  merintis usaha. Sambil menawari saya minum dan mengeluarkan beberapa botol plastik brambang goreng.

Rina membuka ceritanya dengan berkata, "Pada awalnya.....," seperti mengajak saya untuk mundur ke beberapa tahun lalu.Rina bekerja membantu suami yang tidak dapat bekerja optimal karena sakit, sebagai penjual mie instan matang. Rebus atau goreng. Dari situ Rina mengamati pelanggannya makan dengan lahap jika mendapat tambahan brambang atau bawang merah goreng buatannya.

Muncullah gagasan untuk menjual brambang goreng. Namun untuk meraih keberhasilan usaha memang tidak selamanya mudah dan instant. Pengalaman pahit getir telah dialami, dari warung yang tidak membayar barang dagangannya sampai tertipu oleh orang yang memanfaatkan kejujuran dan kekurangan hati-hatiannya saat membawa uang hasil kumpulan jualan brambang.

Untung dan malang itu sama, semua orang pasti mengalami. Perjalanan memproduksi dan menjual brambang setelah sekian lama akhirnya mempertemukan dengan orang-orang yang memberi bantuan yang tulus. Sehingga mempertemukannya dengan beberapa institusi swasta atau pemerintah yang memang memiliki kepedulian kepada UKM seperti  Rina.
Brambang Goreng (foto:ko in)
Lika-liku perjalanan usaha mempertemukannya dengan komunitas pemilik toko kelontong yang pernah mendapat bantuan, pendampingan dan pelatihan dari SRC ( Sampoerna Retail Community). Lembaga binaan Sampoerna yang mendorong pemilik toko kelontong agar mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dalam mengelola usaha  lewat tiga kata kunci. Rapi, bersih dan terang.

Potensi lokal menjadi salah satu titik fokus utama dalam mengembangkan usaha toko kelontong modern atau toko kelontong milenial. Pendampingan dan pengetahuan dari SRC menjadi modal utama perubahan tampilan toko kelontong yang kini bernama SRC ACDC milik Sukmawati, yang berada di Jl. Kyai Mojo Yogya.

Transformasi toko kelontong dariwarung yang lekat degan gambaran tempat jualan yang terkesan penuh, tidak enak dipandang, barang-barang tergeletak di sana sini. Tidak tertata rapi. Menjadi toko yang bersih, terang, rapi dan barang jualannya dikelompokkan sesuai jenis kegunaan serta peruntukannya menjadikan toko kelontong SRC ACDC menarik banyak pembeli.
Toko kelontong (foto:ko in)
Perubahan ini menyadarkan Sukma untuk berbagi kegembiraan karena toko kelontongnya mengalami kemajuan luar biasa, setelah bergabung dengan SRC.

Caranya, gantian mendorong para produsen kerajinan lokal untuk memperbaiki kualitas produk dari tampilan, kemasan, ukuran serta rasa jika itu terkait dengan makanan atau minuman. Kedua, menyediakan space khusus untuk memajang atau mendisplay produk-produk lokal. Di toko-toko kelontong SRC dikenal dengan Pojok Lokal, penempatannya langsung mudah dilihat oleh pelanggan.
Pemilik toko kelontong acdc
Brambang goreng BuRina juga dapat ditemui di toko kelontong SRC ACDC. Pertemuan Rina dan Sukma tidak sederhana mesti lewat jalan berliku. Sebagaimana saya mencoba menemukan rumah tempat produksi brambang goreng BuRina siang itu.

Saya harus menempuh perjalanan lebih dari 60 km terlebih dahulu. Dimulai dari Bentara Budaya Yogyakarta menuju toko kelontong SRC Rukun yang letaknya sangat dekat dengan pantai. Setelah melihat bagaimana transformasi toko kelontong yang awalnya hanya menempati teras rumah, setelah bergabung dengan SRC sekitar dua tahun lalu.

Purwanto pemilik toko kelontong SRC Rukun mengorbankan ruang tamu rumah, untuk memperluas tokonya. Padahal Purwanto beberapa kali mendapat tawaran bergabung ke SRC sejak tahun 2013 namun baru tahun 2017 dia memutuskan untuk bergabung.
Toko kelontong Rukun(foto:ko in)
Mencapai keberhasilan memang banyak cara, salah satunya lewat jalan berliku. Tetapi disitulah orang mendapatkan nilai bukan sekedar nilai uang atau materi tetapi juga nilai kehidupan lainnya.

Perjalanan berliku saya menemui Rina berlanjut dengan menyusuri Jl. Parangtritis kembali ke Yogya dan akhirnya bertemu dengan Rina yang supel pembawaannya. Lebih dari dua jam perjalanan saya untuk menemuinya. Walau sebenarnya waktu tempuh dapat diperpendek hanya sekitar 20 menit dari Bentara Budaya ke kampung Prawirodirjan.

Tetapi kita tidak pernah tahu secara jalan yang apa dan bagaimana kita  tempuh dalam kehidupan termasuk usaha atau bisnis. Jika saya. Eh, Rina menemukan jalan brambang goreng diawali lewat jualan mie instan matang.
Jamal dengan produknya (foto:ko in)
Jalan berliku tidak kalah seru dengan perjalanan Andreas Jamal Hardani pengrajin cemilan stick bawang, keripik talas dan keripik pangsit dari Gunungsari, Sambirejo, Prambanan. Dalam mencapai keberhasilan.

Hampir putus asa menawarkan produk makanan cemilan yang mendapat penolakan untuk titik di warung atau toko-toko. Jika ada yang menerima produknya ternyata banyak tidak laku. Hingga suatu kesempatan yang tidak disengaja, Jamal ketemu dengan Sukma pemilik SRC ACDC.

Dalam beberapa kesempatan Sukma meminta pada Jamal untuk memperbaiki kemasan, ukuran dan rasa dari cemilannya. Berkali-kali, produknya ditolak oleh Sukma karena kurang ini itu. Jamal mengaku sedih saat itu dan jujur mengatakan sempat nangis di jalan  usai mendapat kritikan dari pemilik toko kelontong SRC ACDC.

Mendengar cerita tersebut, Sukma terkejut dan meminta maaf sebab tujuannya untuk meningkatkan kualitas cemilan produksi UKM Jamal. Siang itu mereka berdua berada di acara yang sama untuk berbagi pengalaman bagaimana menempuh jalan yang berliku hingga akhirnya dipertemukan dalam komunitas SRC.

Menempuh jalan berliku sudah mereka temukan hasilnya. Jamal kini harus sibuk memenuhi pesanan atau order dari beberapa daerah. Dengan muka cerah Jamal bercerita sedang berusaha memenuhi pesanan dari Tanggerang.

Sukma, usianya yang sudah tidak muda. Parasnya masih nampak cantik dengan menyebarkan semangat berbagi kepada orang-orang di sekitarnya. Demikian pula pesanan brambang goreng BuRina tidak pernah sepi. Dan saya dari hasil menempuh jalan berliku, saat akan pulang dari rumah Rina. Tiba-tiba dia memasukkan satu botol brambang goreng ke tas saya. Benar-benar rejeki menempuh jalan brambang.
Kerja sambilan (foto:ko in)
Kupas bawang merah (foto:ko in)
Dalam perjalanan pulang saya masih teringat cerita Rina bagaimana tetangganya berharap jika usaha Rina bertambah besar, supaya Rina tidak menggunakan mesin pengupas brambang. Harapannya agar mereka mendapatkan penghasilan dari mengupas brambang.

Ingatan saya semakin jelas saat melihat perempuan berusia lanjut cekatan mengupas brambang, seorang nenek yang tinggal tidak jauh dari rumah Rina. Dalam waktu dua jam bisa mengupas 8 kg brambang. Demangat berbagi ternyata tumbuh subur di orang-orang sederhana. Tak terasa mata ini berair  saat mengucek mata yang gatal . Rupanya saya lupa cuci tangan usai megenggam racikan brambang di rumah Rina.

Jalan brambang ini ada di juga di jalan www.kompasiana.com/koin1903

Itsmy blog

 It's my mine